Dokumen tersebut membahas landasan filosofis, psikologis, dan yuridis pembelajaran tematik serta model kurikulum pembelajaran tematik untuk SD. Secara filosofis pembelajaran tematik didasarkan pada progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme. Secara psikologis mempertimbangkan perkembangan dan belajar anak. Secara yuridis didasarkan pada perlindungan hak anak dan sistem pendidikan nasional. Model kurikulumn
1. Nama : Nastiti Rahajeng
PEMBELAJARAN TERPADU NIM : 109151415406
Prodi : S1 PGSD
Lembar Penilaian 2.4 (Tugas Individu) Off : B 09
Soal
1. Jelaskanlah secara detail tentang landasan filosofis pembelajaran tematik?
2. Jelaskanlah secara detail tentang landasan psikologis pembelajaran tematik?
3. Jelaskanlah secara detail tentang landasan yuridis pembelajaran tematik?
4. Jelaskanlah secara detail model kurikulum pembelajaran tematik bagi SD?
Jawaban
1. Dalam landasan filosofis pembelajaran tematik terdapat tiga aliran yaitu:
a. Progresivisme: penekanan proses pembelajaran pada pembentukan kreativitas, pemberian
sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural) dan memperhatikan pengalaman siswa.
Aliran ini cock digunakan karena melalui pembelajaran tematik yang menghubungkan
pengalaman anak-anak di kehidupan sehari-harinya dapat meningkatkan kreativitas anak
sehingga pembelajaran dapat menjadi lebih bermakna.
b. Konstruktivisme: penekanan pembelajarannya pada pengetahuan siswa yang dibangun
sendiri melalui pengalaman langsung dan pembelajarannya bersifat student centered. Aliran
ini cocok digunakan karena pada dasarnya pengetahuan tidak dapat ditransfer langsung oleh
guru tanpa siswa harus mengalami atau membuktikannya sendiri, selain itu pembelajaran
tematik juga memusatkan pembelajaran pada siswa bukan pada guru.
c. Humanisme: penekanan pada segi keunikan/kekhasan, potensi dan motivasi yang dimiliki
setiap siswa. Aliran ini juga cocok karena setiap anak berhak mengembangkan dan
mengoptimalkan bakat dan minatnya yang disesuaikan dengan kemampuan masing –
masing anak. Sehingga pembelajaran tematik dimaksudkan untuk memfasilitasi tiap
keunikan anak agar berkembang secara optimal.
2. Dalam landasan psikologis pembelajaran tematik terdapat dua point penting yaitu psikologi
perkembangan dan psikologi belajar anak . Psikologi perkembangan berperan untuk
menentukan isi materi pelajaran anak SD kelas awal sedangkan psikologi belajar berperan
untuk menentukan cara penyampaian materi terhadap siswa siswi sehingga pembelajaran
tematik dapat berjalan dengan baik dan lebih bermakna karena sesuai dengan kebutuhan dan
tingkat perkembangan anak pada usia kelas awal SD.
3. Landasan Yuridis pembelajaran tematik berkaitan dengan kebijakan pemerintahan, antara lain:
a. UU No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak yang menyatakan bahwa setiap anak
berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam pengembangan pribadinya dan
tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9).
UU ini digunakan karena dengan menggunakan pembelajaran tematik, dapat
mengoptimalkan pendidikan dan pengajaran anak didik sejak dini sehingga dapat memnuhi
tuntutan global dan disesuaikan dengan tingkat kecerdasan serta kebutuhan siswa. Selain
itu, pembelajaran tematik juga mampu menggali bakat dan potensi anak yang
memungkinkan pembelajarannya bisa lebih bermakna dan sesuai dengan tingkat
perkembangan anak (golden age).
2. b. UU No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Bab V Pasal 1b) yang menyatakan bahwa
setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya.
UU ini cocok digunakan sebagai landasan yuridis pembelajaran tematik karena
pembelajaran tematik dapat mewadahi kebutuhan belajar anak yang di integrasikan dengan
bakat dan minat siswa di semua sekolah atau satuan pendidikan dan tak terkecuali para
siswa siswi yang kurang beruntung atau kurang mampu secara finansial.
4. Model kurikulum pembelajaran tematik mencakup dua hal yaitu pengorganisasian dan
klasifikasi kurikulum. Jika dilihat dari pengorganisasiannya, ada tiga tipe kurikulum
pembelajaran yaitu
a. Separated Subject Curriculum: antara mata pelajaran satu dengan yang lain tidak saling
berkaitan. Contoh yang paling sering ditemui dalam dunia pendidikan adalah kurikulum
yang biasa diterapkan pada sekolah menengah. Pelajaran geografi, sejarah, matematika,
bahasa indonesia, biologi, fisika dan pelajaran yang lain diajarkan secara terpisah sesuai
dengan kajian bidang ilmu masing-masing.
b. Correlated Curriculum: dalam kurikulum ini terdapat hubungan antara mata pelajaran satu
dengan mata pelajaran yang lain, namun dalam keterhubungan tersebut masih tetap
memperhatikan karakteristik tiap mata pelajaran. Pembelajaran dalam kurikulum ini tidak
menggunakan tema namun dengan cara mengaitkan satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran lain. Contohnya yaitu dengan mengumpulkan bidang study sejarah, ekonomi,
geografi dan sejenisnya ke dalam mata pelajaran IPS. Model kurikulum ini cocok bila
diterapkan pada SD kelas tinggi yang sudah mampu berpikiran lebih tinggi daripada anak
SD kelas rendah, selain itu juga untuk memudahkan siswa siswi SD kelas tinggi untuk
mempersiapkan ujian kelulusan mereka dan mendewasakan pikirannya.
Korelasi pada model kurikulum ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu insidental
(secara kebetulan terdapat hubungan antar mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran
yang lain), hubungan yang lebih erat, dan Broad Field (batas mata pelajaran disatukan dan
difungsikan).
c. Integrated Curriculum: kurikulum ini memusatkan pembelajaran pada topik atau tema
tertentu yang didalam tema tersebut terdapat beberapa mata pelajaran yang saling
berhubungan dan batasan dari tiap mata pelajaran seolah tidak terlihat. Tema yang disajikan
dikaitkan dengan kehidupan siswa siswi sehari – hari sehingga para siswa dapat lebih
mudah memahami materi yang diajarkan. Model kurikulum ini sangat cocok bila diterapkan
pada pembelajaran tematik anak SD kelas awal.
Kelebihan Integrated Curriculum menurut Nurdin, S dan Usman, B.M (2003): a) segala
permasalahan yang dibicarakan dalam unit bertalian erat, b) sangat sesuai dengan
perkembangan modern tentang belajar-mengajar, c) memungkinkan adanya hubungan
antara sekolah dan masyarakat, d) sesuai dengan ide demokrasi, e) penyajian bahan
disesuaikan dengan kemampuan siswa.
Jika ada kelebihan, maka ada kekurangannya yang antara lain lain: a) guru tidak dilatih
menggunakan kurikulum seperti ini, b) organisasinya tidak logis dan kurang sistematis, c)
terlalu memberatkan tugas guru, d) kurang memungkinkan untuk dilaksanakan ujian umum,
e) sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan kurikulum ini kurang memadai, f)
sulit dalam hal evaluasi.
3. Menurut Fogarty (1991) jika dilihat dari segi klasifikasi pengintegrasian tema atau materinya
terdapat sepuluh model pembelajaran terpadu yaitu the fragmented model, the connected
model, the nested model, the squenced model, the shared model, the webbed model, the
threaded model, the integrated model, the immersed model dan the networked model.
Kemudian secara umum dari kesepuluh model pembelajaran terpadu tersebut dikelompokkan
lagi menjadi tiga klasifikasi pengintegrasian kurikulum antara lain:
a. Pengintegrasian di dalam satu disiplin ilmu (inter disiplin ilmu)
Dalam model pembelajaran ini yang ditautkan adalah dua atau lebih bidang ilmu yang
serumpun. Contohnya pada bidang ilmu sosial, menautkan antara dua tema dalam sejarah
dan geografi yang memiliki relevansi. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa model ini sifat
perpaduannya hanya dalam satu rumpun bidang studi.
b. Pengintegrasian beberapa disiplin ilmu (antar disiplin ilmu)
Model pembelajaran ini menautkan antar disiplin ilmu yang berbeda. Contohnya antara
tema yang ada dalam ilmu sosial dengan bidang ilmu alam.
c. Pengintegrasian di dalam satu dan beberapa disiplin ilmu (multi disiplin ilmu)
Model pembelajaran ini merupakan gabungan dari dua model pengintegrasian yang telah
dibahas sebelumnya. Model ini menautkan antar bidang ilmu yang serumpun maupun
bidang ilmu yang berbeda. Misalnya tema kebersihan yang dalam pengajarannya dapat
dihungkan dengan bidang studi agama, teknologi, matematika, ilmu sosial maupun ilmu
alam. Dengan begitu semakin mudah dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna
bagi siswa, hal ini dikarenakan pada dasarnya tak ada satupun permasalahan yang dapat
ditinjau hanya dari satu sisi saja dan hal inilah yang menjadi prinsip utama dalam
pembelajaran terpadu.