SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
PERATURAN PEMERINTAH
                                  NOMOR 9 TAHUN 2003

                                         TENTANG

                   WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN
                      PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

                            PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang :

bahwa untuk melaksanakan salah satu fungsi manajemen kepegawaian dan dalam upaya
meningkatkan hubungan antara Pemerintah dengan Daerah Provinsi dan daerah Kabupaten /
Kota, serta untuk mendorong peranan Pegawai Negeri Sipil sebagai salah satu unsur perekat
dan pemersatu bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, dipandang perlu mengatur
kembali ketentuan mengenai wewenang pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil dengan Peraturan Pemerintah.


Mengingat :

1.   Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2.   Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran
     Negara Tahun 1974       Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor         3041)
     sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran
     Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);
3.   Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
     Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
4.   Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
     Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan
     Lembaran Negara Nomor 3848);
5.   Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
     Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor
     54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952).


Menetapkan :
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN,
DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL.


                                         BAB I
                                    KETENTUAN UMUM

                                          Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1. Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada
    Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Kejaksaan
    Agung, Kesekretariatan Lembaga Kepresidenan, Kantor Negara Koordinator, Kantor
    Menteri Negara, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Lembaga Pemerintahan Non-
    Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Badan Narkotika Nasional,
    Kesekretariatan Lembaga lain yang dipimpin oleh Pejabat struktural Eselon I dan bukan
    merupakan bagian dari Departemen/Lembaga Pemerintah Non-Departemen, Instansi
    Vertikal di Daerah Provinsi / Kabupaten / Kota, Kepaniteraan Pengadilan atau dipekerjakan
    untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya.
2. Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada
   Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah
   Provinsi/Kabupaten/Kota atau dipekerjakan di luar instansi induknya.

3. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat adalah Menteri, Jaksa Pimpinan Kesekretariatan
   Lembaga Kepresidenan, Kepala Kepolisian Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-
   Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Kepala
   Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional, serta Pimpinan Kesekretariatan Lembaga lain
   yang dipimpin oleh pejabat Struktural Eselon I dan bukan merupakan bagian dari
   Departemen/Lembaga Pemerintah Non-Departemen.

4. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi adalah Gubernur.

5. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota.

6. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat,
   memindahkan, dan memberhentikan Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan ketentuan
   peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan adalah Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan
   tugas di luar instansi induknya yang gajinya dibebankan pada instansi yang menerima
   perbantuan.

8. Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seseorang Pegawai Negeri Sipil
   berdasarkan Jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai
   penggajian.

9. Golongan ruang adalah golongan ruang gaji pokok sebagaimana diatur dalam ketentuan
   peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang gaji Pegawai Negeri Sipil.

10. Jabatan Struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab,
    wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka memimpin suatu satuan
    organisasi negara.

11. Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab,
    wewenang, dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka menjalankan tugas
    pokok dan fungsi keahlian dan/atau keterampilan untuk mencapai tujuan organisasi.


                                  BAB II
                   PENGANGKATAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL
                        DAN KEPEGAWAIAN NEGERI SIPIL

                                        Pasal 2

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan :
    a. pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil Pusat dilingkungannya;
    b. pengangkatan menjadi Pegawai Negeri Sipil Pusat bagi Calon Pegawai Negeri Sipil
        Pusat di lingkungannya, kecuali yang tewas atau cacat karena dinas.

(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan wewenangnya atau
    memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya.

                                        Pasal 3

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi atau Kabupaten/kota menetapkan :
    a. pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah di lingkungannya;
    b. pengangkatan menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah bagi Calon Pegawai Negeri Sipil
        Pusat di lingkungannya, kecuali yang tewas atau cacat karena dinas.
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat mendelegasikan wewenangnya atau
    memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya.

                                           Pasal 4
(1) Kepala Badan Kepegawaian Negara menetapkan pengangkatan menjadi Pegawai Negeri
    Sipil bagi Calon Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah yang
    tewas cacat karena dinas.
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat mendelegasikan atau memberi
    kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya.


                                       BAB III
                                 KENAIKAN PANGKAT

                                         Pasal 5

(1) Presiden menetapkan kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri
    Sipil Daerah untuk menjadi Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c, Pembina Utama
    Madya golongan ruang IV/d, dan Pembina Utama golongan ruang IV/e setelah mendapat
    pertimbangan teknis dari Kepala Badan Kepegawaian Negara.
(2) Kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan secara tertulis kepada
    Presiden, oleh :
    a. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah
         Provinsi, dan
    b. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota melalui Gubernur.
(3) Pengajuan kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tembusannya
    disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara.

                                         Pasal 6

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil
    Pusat dan Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan di lingkungannya untuk menjadi Juru
    Muda Tingkat I golongan ruang I/b sampai dengan Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b.
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian
    wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya.

                                         Pasal 7

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi menetapkan kenaikan pangkat Pegawai
    Negeri Sipil Daerah Provinsi dan Pegawai Negeri Sipil         yang diperbantukan di
    lingkungannya untuk menjadi Juru Muda Tingkat I golongan ruang I/b sampai dengan
    Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b.
(2) Gubernur menetapkan kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten/Kota dan
    Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten
    Kota untuk menjadi Pembina golongan ruang IV/a dan Pembina Tingkat I golongan ruang
    IV/b.
(3) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian
    wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya.

                                         Pasal 8

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupeten / Kota menetapkan kenaikan pangkat
    Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi dan Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan di
    lingkungannya untuk menjadi Juru Muda Tingkat I golongan ruang I/b sampai dengan
    Pembina Tingkat I golongan ruang III/d.
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian
    wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya.

                                         Pasal 9
Pejabat Pembina Kepegawaian Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7 dan
Pasal 8 dikecualikan dalam penetapan kenaikan pangkat anumerta dan kenaikan pangkat
pengabdian.

                                        Pasal 10

(1) Kepala Badan Kepegawaian Negara menetapkan kenaikan pangkat anumerta dan
    kenaikan pangkat pengabdian bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil
    Daerah untuk menjadi Juru Muda Tingkat I golongan ruang I/b sampai dengan Pembina
    Tingkat I golongan ruang IV/b.
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat mendelegasikan wewenangnya
    atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya.


                                   BAB IV
                       PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN
                    PEMBERHENTIAN DALAM DAN DARI JABATAN

                                        Pasal 11

Presiden menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
dalam dan dari jabatan struktural eselon I, jabatan fungsional Jenjang Utama atau jabatan
lain yang pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentiannya menjadi wewenang Presiden,
kecuali pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pejabat struktural eselon I di
lingkungan Pemerintah Daerah Propinsi.

                                        Pasal 12

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan
    pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Pusat di lingkungannya dalam dan dari jabatan
    struktural eselon II ke bawah atau jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan
    itu.
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian
    wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain dilingkungannya untuk
    menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
    dalam dan dari jabatan struktural eselon III ke bawah dan jabatan fungsional yang
    jenjangnya setingkat dengan itu.

                                         Pasal 13

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi menetapkan :
    a. pengangkatan Sekretaris Daerah Propinsi setelah mendapat persetujuan dari
         pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi;
    b. pemberhentian Sekretaris Daerah Propinsi;
    c. pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dan
         dari jabatan struktural eselon II ke bawah dan jabatan fungsional yang jenjangnya
         setingkat dengan itu di lingkungan Pemerintah Daerah Propinsi.
(2) Pengangkatan dan pemberhentian Sekretaris Daerah Propinsi sebagaimana dimaksud
    dalam ayat (1) huruf a dan b, dilakukan setelah berkonsultasi secara tertulis dengan
    Menteri Dalam Negeri.
(3) Calon Sekretaris Daerah Propinsi yang akan dikonsultasikan untuk diangkat dalam
    jabatan Sekretaris Daerah Propinsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, harus
    memenuhi syarat untuk diangkat dalam jabatan struktural.
(4) Konsultasi pengangkatan Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
    dilakukan sebelum Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi mengajukan
    permintaan persetujuan kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
(5) Konsultasi pengangkatan Sekretaris Daerah Propinsi sebagaimana dimaksud dalam ayat
    (4) dilakukan secara tertulis dengan mengajukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang
    calon dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat.
(6) Hasil konsultasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (4) disampaikan secara
    tertulis oleh Menteri Dalam Negeri.
(7) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian
    wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya untuk
    menetapkan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil di
    Propinsi dalam dan dari jabatan struktural eselon III ke bawah dan jabatan fungsional
    yang jenjangnya setingkat dengan itu.

                                           Pasal 14

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota menetapkan :
    a. pengangkatan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota setelah mendapat persetujuan
         dari pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota;
    b. pemberhentian Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota;
    c. pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dan
         dari jabatan struktural eselon II di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
    d. pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dan
         dari jabatan struktural eselon III ke bawah dan jabatan fungsional yang jenjangnya
         setingkat dengan jabatan struktural eselon II ke bawah di lingkungan Pemerintah
         Daerah Kabupaten/Kota.
(2) Pengangkatan dan pemberhentian Sekretaris Daerah Kabupaten/ Kota dan pejabat
    struktural eselon II sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c,
    dilakukan setelah berkonsultasi secara tertulis dengan Gubernur.
(3) Calon Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota yang akan dikonsultasikan untuk diangkat
    dalam jabatan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
    huruf a, harus memenuhi syarat untuk diangkat dalam jabatan struktural.
(4) Konsultasi pengangkatan Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
    dilakukan sebelum Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota mengajukan
    permintaan persetujuan kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
    Kabupaten/Kota.
(5) Konsultasi pengangkatan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota dan pengangkatan dan
    pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural eselon II sebagaimana dimaksud dalam
    ayat (2), dilakukan secara tertulis dengan mengajukan sekurang-kurangnya 3 (tiga)
    orang calon dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat.
(6) Hasil konsultasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (5) disampaikan secara
    tertulis oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi.
(7) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian
    wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya untuk
    menetapkan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil di
    Kabupaten/Kota dalam dan dari jabatan struktural eselon IV ke bawah dan jabatan
    fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu.

                                           Pasal 15

Tata cara konsultasi pengangkatan dan pemberhentian Sekretaris Daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota serta tata cara konsultasi pengangkatan dan pemberhentian pejabat struktural
Eselon II Kabupaten / Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 14, diatur lebih
lanjut dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri.


                                       BAB V
                              PEMINDAHAN ANTARINSTANSI

                                           Pasal 16

(1)   Kepala Badan Kepegawaian Negara menetapkan pemindahan :
      a. Pegawai Negeri Sipil antara Departemen / Lembaga
      b. Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri                  Sipil   Daerah      antara
         Provinsi/Kabupaten/Kota dan Departemen/Lembaga
      c. Pegawai Negeri Sipil Daerah antar Daerah Provinsi dan
d. Pegawai Negeri Sipil Daerah antara Daerah Kabupaten/kota dan Daerah
          Kabupaten/Kota Provinsi lainnya.
(2)   Penetapan oleh Badan Kepegawaian Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
      dilaksanakan atas permintaan dan persetujuan dari instansi yang bersangkutan.
(3)   Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan wewenangnya atau
      memberikan kuasa kepada pejabat lain dilingkungannya.

                                         Pasal 17

(1)   Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi menetapkan pemindahan :
      a. Pegawai Negeri Sipil Daerah antar-Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi, dan
      b. Pegawai Negeri Sipil Daerah antara Kabupaten/Kota dan Daerah Provinsi.
(2)   Penetapan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah sebagaimana dimaksud dalam
      ayat (1) huruf b dilaksanakan atas permintaan dan persetujuan dari Pejabat Pembina
      Kepegawaian Daerah yang bersangkutan.
(3)   Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan wewenangnya atau
      memberikan kuasa kepada pejabat lain dilingkungannya.


                                       BAB IV
                             PEMBERHENTIAN SEMENTARA
                                DARI JABATAN NEGERI

                                          Pasal 18

Presiden menetapkan pemberhentian sementara dari jabatan negeri bagi Pegawai Negeri Sipil
yang menduduki jabatan struktural Eselon I, jabatan fungsional Jenjang Utama, atau jabatan
lain yang pengangkatan dan pemberhentiannya menjadi wewenang Presiden, kecuali
pemberhentian sementara dari jabatan negeri atas Pegawai Negeri Sipil yang menduduki
jabatan struktural Eselon I di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi.

                                         Pasal 19

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan pemberhentian sementara dari jabatan
    negeri bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat di lingkungannya yang menduduki jabatan struktural
    Eselon II ke bawah atau jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu.
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian
    wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya untuk
    memberhentikan sementara dari jabatan negeri bagi Pegawai Negeri Sipil Pust yang
    menduduki jabatan struktural Eselon III ke bawah dan jabatan fungsional yang jenjangnya
    setingkat dengan itu.

                                         Pasal 20

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi menetapkan :
    a. pemberhentian sementara Sekretaris Daerah Provinsi;
    b. pemberhentian sementara dari jabatan negeri dan Pegawai Negeri Sipil di
        lingkungannya yang menduduki jabatan struktural Eselon II kebawah, dan jabatan
        fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu.
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian
    wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya untuk
    memberhentikan sementara dari jabatan negeri bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungannya
    yang menduduki jabatan struktural Eselon II ke bawah atau jabatan fungsional yang
    jenjangnya setingkat dengan itu.

                                         Pasal 21

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota menetapkan :
    a. pemberhentian sementara Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota;
b. pemberhentian sementara dari jabatan negeri dan Pegawai Negeri Sipil di
        lingkungannya yang menduduki jabatan struktural Eselon II kebawah, dan jabatan
        fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu.
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian
    wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya untuk
    memberhentikan sementara dari jabatan negeri bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungannya
    yang menduduki jabatan struktural Eselon II ke bawah atau jabatan fungsional yang
    jenjangnya setingkat dengan itu.


                                     BAB VII
                       PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
                         ATAU CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

                                        Pasal 22

Presiden menetapkan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil
Daerah yang berpangkat Pembina Utama Muda Golongan ruang IV/c, Pembina Utama Madya
golongan ruang IV/d, dan Pembina Utama golongan ruang IV/e.

                                         Pasal 23

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan :
    a. pemberhentian Calon Pegawai Negeri Sipil Pusat yang tidak memenuhi syarat untuk
       diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil Pusat dilingkungannya, dan
    b. pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Pusat yang berpangkat Pembina Tingkat I
       golongan ruang IV/b ke bawah di lingkungannya.
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian
    wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya, untuk
    menetapkan pemberhentian dengan hormat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil Pusat dan
    Pegawai Negeri Sipil Pusat yang berpangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d ke
    bawah.

                                        Pasal 24

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi menetapkan :
    a. pemberhentian Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi yang tidak memenuhi
        syarat untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah dilingkungannya, dan
    b. pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi yang berpangkat Pembina
        Tingkat I golongan ruang IV/b ke bawah di lingkungannya.
(2) Gubernur menetapkan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten/Kota yang
    berpangkat Pembina golongan ruang IV/a dan Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b.
(3) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian
    wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya, untuk
    menetapkan pemberhentian dengan hormat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah
    Provinsi dan Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi yang berpangkat Penata Tingkat I
    golongan ruang III/d ke bawah.

                                        Pasal 25

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten / Kota menetapkan :
    a. pemberhentian Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten / Kota yang tidak
        memenuhi syarat untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil Pusat dilingkungannya,
        dan
    b. pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten / Kota yang berpangkat
        Pembina Tingkat I golongan ruang III/d di lingkungannya.
(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian
    wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya, untuk
    menetapkan pemberhentian dengan hormat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah
Kabupaten / Kota dan Pegawai Negeri Sipil Pusat yang berpangkat Pengatur Tingkat I
   golongan ruang II/d ke bawah.

                                        Pasal 26

Pejabat Pembina Kepegawaian dan Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal
24, dan Pasal 25 dikecualikan dalam penetapan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang
tewas, meninggal dunia, cacat karena dinas, atau mencapai batas usia pensiun.

                                         Pasal 27

(1) Kepala Badan Kepegawaian Negara menetapkan pemberhentian dan pemberian pensiun
    Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah yang berpangkat Pembina
    Tingkat I golongan ruang IV/b ke bawah yang tewas, meninggal dunia, cacat karena dinas,
    dan mencapai batas usia pensiun.
(2) Penetapan pemberhentian dan pemberian pensiun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
    termasuk pemberian pensiun janda/duda dalam hal pensiunan Pegawai Negeri Sipil
    meninggal dunia.
(3) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat mendelegasikan wewenangnya atau
    memberi kuasa kepada pejabat lain dilingkungannya.


                                   BAB VIII
                          PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

                                        Pasal 28

(1) Presiden melakukan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan peraturan
    perundang-undangan di bidang kepegawaian.
(2) Untuk melaksanakan pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud dalam ayat
    (1), Presiden dibantu oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara.
(3) Kepala Badan Kepegawaian Negara dalam melaksanakan pengawasan dan pengendalian
    sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), berkoordinasi dengan :
    a. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat untuk Instansi Pusat
    b. Gubernur untuk Instansi Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Wilayahnya.

                                        Pasal 29

Dalam rangka penyelenggaraan dan pemeliharaan manajemen informasi kepegawaian, Pejabat
Pembina Kepegawaian Pusat dan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah wajib menyampaikan
setiap jenis mutasi kepegawaian kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara mengenai
pelaksanaan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

                                        Pasal 30

(1) Pelanggaran atas pelaksanaan pengaturan perundang-undangan di bidang kepegawaian
    dapat dikenakan tindakan administratif.
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa :
    a. peringatan
    b. teguran;
    c. pencabutan keputusan atas pengangkatan, pemindahan, atau pemberhentian.
(3) Pencabutan keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c, mulai berlaku sejak
    ditetapkan.
(4) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan oleh Kepala Badan
    Kepegawaian Negara, kecuali terhadap keputusan yang ditetapkan oleh Presiden.
(5) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dapat mendelegasikan atau memberikan
    kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya untuk melakukan tindakan administratif
    sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), kecuali atas keputusan yang ditandatangani oleh
    Pejabat Pembina Kepegawaian dan Gubernur.
BAB IX
                                 KETENTUAN LAIN-LAIN

                                         Pasal 31

Kewenangan penjatuhan hukum disiplin dan penilaian prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil serta
kewenangan lain dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur
masalah tersebut dengan memperhatikan Peraturan Pemerintah ini.

                                         Pasal 32

Pendelegasian wewenang atau pemberian kuasa untuk pengangkatan pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai Negeri Sipil menurut Peraturan Pemerintah ini, ditetapkan dengan
Keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat atau Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah.


                                       BAB X
                                KETENTUAN PERALIHAN

                                         Pasal 33

Pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang seusai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku.


                                       BAB XI
                                 KETENTUAN PENUTUP

                                         Pasal 34

Ketentuan pelakanaan Peraturan Pemerintah ini diatur lebih lanjut oleh Kepala Badan
Kepegawaian Negara.

                                         Pasal 35

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, maka :
a. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 tentang Wewenang Pengangkatan,
   Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, dinyatakan tidak berlaku.
b. Ketentuan pelaksanaan mengenai pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
   Pegawai Negeri Sipil yang ada sebelumnya ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini,
   dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diubah berdasarkan
   Peraturan Pemerintah ini.

                                         Pasal 36

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.



                                  Ditetapkan di Jakarta,
                              Pada tanggal 17 Februari 2003
                            PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

                                        Ttd
                              MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
Diundangkan di Jakarta,
                            Pada tanggal 17 Februari 2003
                      SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

                                         Ttd
                                   BAMBANG KESOWO


         LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2003 NOMOR 15



                                 PENJELASAN
                                     ATAS
                    PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
                              NOMOR 9 TAHUN 2003

                                        TENTANG

    WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI
                            NEGERI SIPIL


UMUM

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaiman
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 antara lain ditegaskan bahwa
manajemen Pegawai Negeri Sipil diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas
pemerintah dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna.

Kebijakan manajemen Pegawai Negeri Sipil berada pada Presiden selaku Kepala
Pemerintahan. Sesuai dengan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaiman
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dilakukan oleh Presiden. Untuk kelancaran pelaksanaan
pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dapat mendelegasikan
sebagian wewenangnya kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan menyerahkan
sebagian wewenangnya kepada Pejabat Kepegawaian Daerah yang diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah. Sesuai dengan amanat undang-undang tersebut diatas, maka perlu
menyempurnakan kembali ketentuan mengenai pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

Untuk kepentingan kedinasan dan sebagai salah satu usaha untuk memperluas pengalaman,
wawasan dan kemampuan, maka diadakan perpindahan jabatan, tugas dan wilayah kerja bagi
Pegawai Negeri Sipil terutama bagi yang menjabat pimpinan dengan tidak merugikan hak
kepegawaiannya.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian,
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 yang antara lain
menegaskan bahwa untuk dapat lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna yang sebesar-
besarnya, maka sistem pembinaan karier yang harus dilaksanakan adalah sistem pembinaan
karier tertutup dalam arti negara

Dengan sistem karier tertutup dalam arti negara, maka dimungkinkan perpindahan Pegawai
Negeri Sipil dari Departemen / Lembaga / Provinsi / Kabupaten / Kota yang satu ke Departemen
/ Lembaga / Provinsi / Kabupaten / Kota yang lain atau sebaliknya, terutama untuk menduduki
jabatan-jabatan yang bersifat manejerial. Hal ini mengandung pengertian bahwa seluruh
Pegawai Negeri Sipil merupakan satu kesatuan, hanya tempat pekerjaannya yang berbeda.
Dalam peraturan Pemerintah ini diatur mekanisme konsultasi pengangkatan dan
pemberhentian Sekretaris Daerah Provinsi kepada Menteri Dalam Negeri dan mekanisme
pengangkatan dan pemberhentian Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota serta pejabat struktural
Eselon II pada Kabupaten / Kota kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi.
Pengaturan mekanisme konsultasi ini dimaksudkan dalam rangka mewujudkan pembinaan
karier Pegawai Negeri Sipil secara nasional dan menjamin kesetaraan kualitas sumber daya
manusia aparatur agar sesuai dengan persyaratan jabatan.

Dalam Peraturan Pemerintah ini juga diberikan kewenangan pembinaan karier Pegawai Negeri
Sipil Daerah secara berjenjang, khususnya pembinaan karie kenaikan pangkatnya. Dengan
demikian tetap terdapat hubungan yang sinergi antara Pemerintah dengan Daerah Provinsi dan
Daerah Kabupaten/Kota.

Pada prinsipnya pembinaan kenaikan pangkat dilakukan oleh pejabat Pembinaan Kepegawaian
instansi induk. Namun demikian dalam hal terdapat Pegawai Negeri yang diperbantukan di luar
instansi induknya, maka gajinya dibebankan pada instansi yang menerima perbantuan, dan
pembinaan kenaikan pangkatnya dilakuan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian instansi yang
menerima perbantuan.

Sedangkan bagi Pegawai Negeri Sipil yang dipekerjakan di luar instansi induknya, maka
gajinya tetap menjadi beban instansi induknya dan pembinaan kenaikan pangkatnya dilakukan
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian instansi induknya.

Sebagai pelaksana ketentuan dimaksud, serta untuk mendukung pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, baik di tingkat pusat maupun daerah, perlu
diatur dan ditetapkan kembali pejabat yang berwenang memegang, memindahkan, dan
membehentikan Pegawai Negeri Sipil.

Pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil oleh Pejabat yang
berwenang harus dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini yang merupakan norma,
standar, dan prosedur dalam pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri
Sipil

Pasal 1
       Cukup jelas

Pasal 2
          Ayat (1)
                 Dalam hal pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
                 di lingkungan kesekretariatan lembaga kepresidenan, Pejabat Pembina
                 Kepegawaiannya adalah Sekretaris Negara. Pada saat ini, kesekretariatan
                 lembaga kepresidenan dimaksud, yaitu Sekretaris Negara, Sekretaris Kabinet,
                 Sekretaris Presiden, Sekretaris Militer, dan Sekretariat Wakil Presiden.

                Dengan ketentuan ini, maka kesekretariatan lembaga lain yang dipimpin oleh
                pejabat struktural Eselon I dan bukan merupakan bagian dari
                Departemen/Lembaga Pemerintah / Non-Departemen, misalnya Sekretariat
                Jenderal Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara dan Komisi
                Nasional Hak Asasi Manusia, berwenang untuk mengangkat, memindahkan dan
                memberhentikan Pegawai Negeri Sipil di lingkungannya masing-masing.
                Penjelasan ini berlaku selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah dan peraturan
                perundang-undangan di bidang kepegawaian yang terkait.

          Ayat (2)
                 Cukup jelas

Pasal 3
          Ayat (1)
                     Cukup jelas
          Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 4
          Ayat (1)
                     Cukup jelas
          Ayat (2)
                     Cukup jelas

Pasal 5
          Ayat (1)
                   Cukup jelas
          Ayat (2)
            Huruf a
                   Cukup jelas
            Huruf b
                   Gubernur dalam mengajukan usul kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil di
                   lingkungan Pemerintahan Kabupaten/kota dalam kapasitas sebagai wakil
                   Pemerintah.

          Ayat (3)
                     Cukup jelas

Pasal 6
          Ayat (1)
                     Cukup jelas
          Ayat (2)
                     Cukup jelas

Pasal 7
          Ayat (1)
                     Cukup jelas
          Ayat (2)
                     Gubernur dalam menetapkan kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Daerah
                     Kabupaten / Kota adalah dalam kapasitas sebagai Wakil Pemerintah.
          Ayat (3)
                     Cukup jelas

Pasal 8
          Ayat (1)
                     Cukup jelas
          Ayat (2)
                     Cukup jelas

Pasal 9
          Cukup jelas

Pasal 10
       Ayat (1)
                     Cukup jelas
          Ayat (2)
                     Cukup jelas

Pasal 11
       Dalam ketentuan ini, yang dimaksud dengan jabatan struktural Eselon I antara lain
       Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal dan Pimpinan Lembaga Pemerintahan Non-
       Departemen.
       Jabatan ini yang pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentiannya menjadi
       wewenang Presiden antara lain Hakim dan Panitera Mahkamah Agung.

Pasal 12
Ayat (1)
                  Cukup jelas
       Ayat (2)
                  Cukup jelas

Pasal 13
       Ayat (1)
                  Cukup jelas
       Ayat (2)
                  Cukup jelas
       Ayat (3)
                  Cukup jelas
       Ayat (4)
                  Cukup jelas
       Ayat (5)
                  Cukup jelas
       Ayat (6)
                  Menteri Dalam Negeri menyampaikan keputusan hasil konsultasi kepada
                  Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi berdasarkan pertimbangan
                  dari tim yang antara lain terdiri dari unsur Departemen Dalam Negeri, Kantor
                  Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Badan Kepegawaian
                  Negara.
       Ayat (7)
                  Cukup jelas

Pasal 14
       Ayat (1)
                  Cukup jelas
       Ayat (2)
                  Cukup jelas
       Ayat (3)
                  Cukup jelas
       Ayat (4)
                  Cukup jelas
       Ayat (5)
                  Cukup jelas
       Ayat (6)
                  Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi menyampaikan keputusan
                  hasil konsultasi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah
                  Kabupaten/Kota berdasarkan pertimbangan dari Badan Pertimbangan Jabatan
                  dan Kepangkatan Instansi Daerah Provinsi.
       Ayat (7)
                  Cukup jelas

Pasal 15
       Cukup jelas

Pasal 16
       Ayat (1)
                  Cukup jelas
       Ayat (2)
                  Cukup jelas
       Ayat (3)
                  Cukup jelas

Pasal 17
       Ayat (1)
                  Cukup jelas
       Ayat (2)
                  Cukup jelas
Ayat (3)
                  Cukup jelas

Pasal 18
       Cukup jelas

Pasal 19
       Ayat (1)
                  Cukup jelas
       Ayat (2)
                  Cukup jelas

Pasal 20
       Ayat (1)
                  Cukup jelas
       Ayat (2)
                  Cukup jelas

Pasal 21
       Ayat (1)
                  Cukup jelas
       Ayat (2)
                  Cukup jelas

Pasal 22
        Dalam hal Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun,
        maka dalam keputusan pemberhentiannya ditetapkan sekaligus pemberian pensiun
        dan pensiun janda / dudanya.

       Pemberhentian yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah pemberhentian dengan
       hormat atau tidak dengan hormat antara lain karena :
       a. atas permintaan sendiri;
       b. meninggal dunia;
       c. hukuman disiplin;
       d. perampingan organisasi pemerintah;
       e. menjadi anggota partai politik;
       f. dipidana penjara;
       g. dinyatakan hilang;
       h. keuzuran jasmani;
       i. cacat karena dinas;
       j. tewas;
       k. mencapai batas usia pensiun.

Pasal 23
       Ayat (1)
            Huruf a
                  Cukup jelas
            Huruf b
                  Dalam hal Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan hormat dengan hak
                  pensiun, maka dalam keputusan pemberhentiannya ditetapkan sekaligus
                  pemberian pensiun dan pensiun janda / dudanya.

                     Pemberhentian yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah pemberhentian
                     dengan hormat atau tidak dengan hormat antara lain karena :
                     a. atas permintaan sendiri;
                     b. hukuman disiplin;
                     c. perampingan organisasi pemerintah;
                     d. menjadi anggota partai politik;
                     e. dipidana penjara
                     f. Dinyatakan hilang;
g.   Keuzuran jasmani;
       Ayat (2)
                  Cukup jelas

Pasal 24
       Ayat (1)
                  Huruf a
                      Cukup jelas
                  Huruf b
                     Dalam hal Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan hormat dengan hak
                     pensiun, maka dalam keputusan pemberhentiannya ditetapkan sekaligus
                     pemberian pensiun dan pensiun janda / dudanya.
                     Pemberhentian yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah pemberhentian
                     dengan hormat atau tidak dengan hormat antara lain karena :
                     a. atas permintaan sendiri;
                     b. hukuman disiplin;
                     c. perampingan organisasi pemerintah;
                     d. menjadi anggota partai politik;
                     e. dipidana penjara
                     f. Dinyatakan hilang;
                     g. Keuzuran jasmani;
       Ayat (2)
                  Gubernur dalam menetapkan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Daerah
                  Kabupaten/kota adalah dalam kapasitas sebagai wakil Pemerintah.
       Ayat (3)
                  Gubernur dalam menetapkan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Daerah
                  Kabupaten/kota adalah dalam kapasitas sebagai wakil Pemerintah.

Pasal 25
       Ayat (1)
                  Huruf a
                      Cukup jelas
                  Huruf b
                     Dalam hal Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan hormat dengan hak
                     pensiun, maka dalam keputusan pemberhentiannya ditetapkan sekaligus
                     pemberian pensiun dan pensiun janda / dudanya.
                     Pemberhentian yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah pemberhentian
                     dengan hormat atau tidak dengan hormat antara lain karena :
                     a. atas permintaan sendiri;
                     b. hukuman disiplin;
                     c. perampingan organisasi pemerintah;
                     d. menjadi anggota partai politik;
                     e. dipidana penjara
                     f. Dinyatakan hilang;
                     g. Keuzuran jasmani;
       Ayat (2)
                  Cukup jelas

Pasal 26
       Cukup jelas

Pasal 27
       Ayat (1)
                  Cukup jelas
       Ayat (2)
                  Dalam menetapkan keputusan pemberhentian dan pemberian pensiun yang
                  dimaksud dalam ketentuan ini, sekaligus ditetapkan pemberian pensiun
                  janda/dudanya.
       Ayat (3)
                  Cukup jelas
Pasal 28
       Ayat (1)
                  Cukup jelas
       Ayat (2)
                  Cukup jelas
       Ayat (3)
                  Cukup jelas

Pasal 29
       Cukup jelas

Pasal 30
       Ayat (1)
                  Cukup jelas
       Ayat (2)
                  Cukup jelas
       Ayat (3)
                  Keputusan pencabutan atas pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
                  Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
                  perundang-undangan yang berlaku, tidak berlaku surut.
       Ayat (4)
                  Cukup jelas
       Ayat (5)
                  Cukup jelas

Pasal 31
       Cukup jelas

Pasal 32
       Pejabat yang diberi delegasi wewenang untuk menetapkan pengangkatan pemindahan,
       dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah
       ini, menandatangani surat keputusan tersebut untuk atas namanya sendiri, tidak atas
       nama pejabat yang memberi delegasi wewenang.

       Pejabat yang diberi delegasi wewenang dapat memberi kuasa kepada pejabat lain.

       Pejabat yang diberi kuasa untuk menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan
       pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, menandatangani surat keputusan tersebut tidak
       atas namanya sendiri, tetapi atas nama pejabat yang berwenang pada instansi yang
       bersangkutan.

       Pejabat yang diberi kuasa untuk menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan
       pemberhentian dimaksud, tidak dapat memberikan kuasa lagi kepada pejabat lain.

Pasal 33
       Cukup jelas
Pasal 34
       Cukup jelas
Pasal 35
       Cukup jelas
Pasal 36
       Cukup jelas


        TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4263

More Related Content

What's hot

Surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai negeri s...
Surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai negeri s...Surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai negeri s...
Surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai negeri s...Nilawati179
 
Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74
Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74
Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74KantorHukum1
 
Pmk 113 tahun 2012 tentang perjalanan dinas
Pmk 113 tahun 2012 tentang perjalanan dinasPmk 113 tahun 2012 tentang perjalanan dinas
Pmk 113 tahun 2012 tentang perjalanan dinasrazitakhalyla
 
UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil NegaraUU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil NegaraZulfikri Armada
 
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014BBPP_Batu
 
Surat kepala bkn perihal pegawai negeri sipil yang dijatuhi hukuman pidana
Surat kepala bkn perihal pegawai negeri sipil yang dijatuhi hukuman pidanaSurat kepala bkn perihal pegawai negeri sipil yang dijatuhi hukuman pidana
Surat kepala bkn perihal pegawai negeri sipil yang dijatuhi hukuman pidanaYudhi Aldriand
 
Perpres Nomor 111 Tahun 2013 Perubahan Perpres No.12 Tahun 2013 tentang Jamin...
Perpres Nomor 111 Tahun 2013 Perubahan Perpres No.12 Tahun 2013 tentang Jamin...Perpres Nomor 111 Tahun 2013 Perubahan Perpres No.12 Tahun 2013 tentang Jamin...
Perpres Nomor 111 Tahun 2013 Perubahan Perpres No.12 Tahun 2013 tentang Jamin...Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
 
Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...
Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...
Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...Erie Gusnellyanti
 
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8Ilham Mustafa
 

What's hot (14)

Surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai negeri s...
Surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai negeri s...Surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai negeri s...
Surat kepala bkn nomor k.26 30 v.7-3 99 - batas usia pensiun pegawai negeri s...
 
Perpres no 108 tahun 2014 tunjangan kinerja kementerian agama
Perpres no 108 tahun 2014 tunjangan kinerja kementerian agamaPerpres no 108 tahun 2014 tunjangan kinerja kementerian agama
Perpres no 108 tahun 2014 tunjangan kinerja kementerian agama
 
Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74
Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74
Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74
 
Pp nomor 36 tahun 2019
Pp nomor 36 tahun 2019Pp nomor 36 tahun 2019
Pp nomor 36 tahun 2019
 
Pmk 113 tahun 2012 tentang perjalanan dinas
Pmk 113 tahun 2012 tentang perjalanan dinasPmk 113 tahun 2012 tentang perjalanan dinas
Pmk 113 tahun 2012 tentang perjalanan dinas
 
UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil NegaraUU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
 
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2014
 
Perjalanan dinas pmk113
Perjalanan dinas pmk113Perjalanan dinas pmk113
Perjalanan dinas pmk113
 
Surat kepala bkn perihal pegawai negeri sipil yang dijatuhi hukuman pidana
Surat kepala bkn perihal pegawai negeri sipil yang dijatuhi hukuman pidanaSurat kepala bkn perihal pegawai negeri sipil yang dijatuhi hukuman pidana
Surat kepala bkn perihal pegawai negeri sipil yang dijatuhi hukuman pidana
 
Pp 4 tahun 2017
Pp 4 tahun 2017Pp 4 tahun 2017
Pp 4 tahun 2017
 
Perpres Nomor 111 Tahun 2013 Perubahan Perpres No.12 Tahun 2013 tentang Jamin...
Perpres Nomor 111 Tahun 2013 Perubahan Perpres No.12 Tahun 2013 tentang Jamin...Perpres Nomor 111 Tahun 2013 Perubahan Perpres No.12 Tahun 2013 tentang Jamin...
Perpres Nomor 111 Tahun 2013 Perubahan Perpres No.12 Tahun 2013 tentang Jamin...
 
Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...
Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...
Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...
 
Peran DPRD membentuk ASN Netral
Peran DPRD membentuk ASN NetralPeran DPRD membentuk ASN Netral
Peran DPRD membentuk ASN Netral
 
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8
Pokokpokok kepegawaian (uu_8_thn_1974)_8
 

Viewers also liked

Viewers also liked (20)

Ac0015 mdp
Ac0015 mdpAc0015 mdp
Ac0015 mdp
 
Proiektu lana autoebaluazioa, talde ebaluazioa
Proiektu lana autoebaluazioa, talde ebaluazioaProiektu lana autoebaluazioa, talde ebaluazioa
Proiektu lana autoebaluazioa, talde ebaluazioa
 
Convenio 013-2012-mdp
Convenio 013-2012-mdpConvenio 013-2012-mdp
Convenio 013-2012-mdp
 
Chaves da 10ª Cidade Aurora de Futsal
Chaves da 10ª Cidade Aurora de FutsalChaves da 10ª Cidade Aurora de Futsal
Chaves da 10ª Cidade Aurora de Futsal
 
Pharma sales4
Pharma sales4Pharma sales4
Pharma sales4
 
Poken Green Event Suite
Poken Green Event SuitePoken Green Event Suite
Poken Green Event Suite
 
Cavediving
CavedivingCavediving
Cavediving
 
Convenio 011-2012-mdp
Convenio 011-2012-mdpConvenio 011-2012-mdp
Convenio 011-2012-mdp
 
Grapefruit fx copy
 Grapefruit fx copy Grapefruit fx copy
Grapefruit fx copy
 
5 страница
5 страница5 страница
5 страница
 
Calendari de sortides
Calendari de sortidesCalendari de sortides
Calendari de sortides
 
14
1414
14
 
Intimacy
IntimacyIntimacy
Intimacy
 
Termo de credenciamentoNR Logística
Termo de credenciamentoNR LogísticaTermo de credenciamentoNR Logística
Termo de credenciamentoNR Logística
 
Kc.rpe.bliss6
Kc.rpe.bliss6Kc.rpe.bliss6
Kc.rpe.bliss6
 
2556 01-29 10-51-05 0030
2556 01-29 10-51-05 00302556 01-29 10-51-05 0030
2556 01-29 10-51-05 0030
 
indoor AIR QUALITY
indoor AIR QUALITYindoor AIR QUALITY
indoor AIR QUALITY
 
Kalendar aktivnosti 4-7 2012
Kalendar aktivnosti 4-7 2012Kalendar aktivnosti 4-7 2012
Kalendar aktivnosti 4-7 2012
 
Jesús brayan soscué yotengo
Jesús brayan soscué yotengoJesús brayan soscué yotengo
Jesús brayan soscué yotengo
 
Micro Nichos Rentables Resultados
Micro Nichos Rentables ResultadosMicro Nichos Rentables Resultados
Micro Nichos Rentables Resultados
 

Similar to Pp 09 tahun_2003 pengankatan pemindahan dan pemberitahuan

UU Nomor 43 Tahun 1999.pdf
UU Nomor 43 Tahun 1999.pdfUU Nomor 43 Tahun 1999.pdf
UU Nomor 43 Tahun 1999.pdfdeddy63
 
Uu 1999 nomor 43 perubahan atas undang undang nomor 8 tahun 1974 tentang poko...
Uu 1999 nomor 43 perubahan atas undang undang nomor 8 tahun 1974 tentang poko...Uu 1999 nomor 43 perubahan atas undang undang nomor 8 tahun 1974 tentang poko...
Uu 1999 nomor 43 perubahan atas undang undang nomor 8 tahun 1974 tentang poko...Mystic333
 
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaianUu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaianNandang Sukmara
 
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaianUu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaianNandang Sukmara
 
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn strukturalPp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn strukturalNandang Sukmara
 
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn strukturalPp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn strukturalNandang Sukmara
 
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020 Tentang Perubahan...
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020 Tentang Perubahan...Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020 Tentang Perubahan...
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020 Tentang Perubahan...Web Master
 
Pp 17 2020_perubahan_pp_11_2017 _manajemen_pns
Pp 17 2020_perubahan_pp_11_2017 _manajemen_pnsPp 17 2020_perubahan_pp_11_2017 _manajemen_pns
Pp 17 2020_perubahan_pp_11_2017 _manajemen_pnsAl-Faruq Muhammad
 
2.b.pp nomor 17_tahun_2020
2.b.pp nomor 17_tahun_20202.b.pp nomor 17_tahun_2020
2.b.pp nomor 17_tahun_2020KutsiyatinMSi
 
Pp nomor 17_tahun_20201
Pp nomor 17_tahun_20201Pp nomor 17_tahun_20201
Pp nomor 17_tahun_20201KutsiyatinMSi
 
Pp nomor 17_tahun_2020
Pp nomor 17_tahun_2020Pp nomor 17_tahun_2020
Pp nomor 17_tahun_2020Ali Akbar
 
Pp nomor 17 tahun 2020
Pp nomor 17 tahun 2020Pp nomor 17 tahun 2020
Pp nomor 17 tahun 2020KutsiyatinMSi
 
Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...
Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...
Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...Iskandar Taran
 
Pmk 113 pmk05_2012
Pmk 113 pmk05_2012Pmk 113 pmk05_2012
Pmk 113 pmk05_2012Rizal Vozol
 
Pmk 113 pmk05_2012 perjadin dn
Pmk 113 pmk05_2012 perjadin dnPmk 113 pmk05_2012 perjadin dn
Pmk 113 pmk05_2012 perjadin dnchooliq
 

Similar to Pp 09 tahun_2003 pengankatan pemindahan dan pemberitahuan (20)

Uu 43 1999
Uu 43 1999Uu 43 1999
Uu 43 1999
 
UU Nomor 43 Tahun 1999.pdf
UU Nomor 43 Tahun 1999.pdfUU Nomor 43 Tahun 1999.pdf
UU Nomor 43 Tahun 1999.pdf
 
Uu 1999 nomor 43 perubahan atas undang undang nomor 8 tahun 1974 tentang poko...
Uu 1999 nomor 43 perubahan atas undang undang nomor 8 tahun 1974 tentang poko...Uu 1999 nomor 43 perubahan atas undang undang nomor 8 tahun 1974 tentang poko...
Uu 1999 nomor 43 perubahan atas undang undang nomor 8 tahun 1974 tentang poko...
 
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaianUu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaian
 
Uu43 1999
Uu43 1999Uu43 1999
Uu43 1999
 
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaianUu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaian
 
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn strukturalPp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
 
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn strukturalPp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
Pp2002 13 ttg pengangkatan pns dalam jabatn struktural
 
Pp 13 2002
Pp 13 2002Pp 13 2002
Pp 13 2002
 
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020 Tentang Perubahan...
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020 Tentang Perubahan...Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020 Tentang Perubahan...
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020 Tentang Perubahan...
 
Pp 17 2020_perubahan_pp_11_2017 _manajemen_pns
Pp 17 2020_perubahan_pp_11_2017 _manajemen_pnsPp 17 2020_perubahan_pp_11_2017 _manajemen_pns
Pp 17 2020_perubahan_pp_11_2017 _manajemen_pns
 
2.b.pp nomor 17_tahun_2020
2.b.pp nomor 17_tahun_20202.b.pp nomor 17_tahun_2020
2.b.pp nomor 17_tahun_2020
 
Pp nomor 17_tahun_20201
Pp nomor 17_tahun_20201Pp nomor 17_tahun_20201
Pp nomor 17_tahun_20201
 
Pp nomor 17_tahun_2020
Pp nomor 17_tahun_2020Pp nomor 17_tahun_2020
Pp nomor 17_tahun_2020
 
Pp nomor 17 tahun 2020
Pp nomor 17 tahun 2020Pp nomor 17 tahun 2020
Pp nomor 17 tahun 2020
 
kep kabkn 12 2002
kep kabkn 12 2002kep kabkn 12 2002
kep kabkn 12 2002
 
Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...
Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...
Permenkes Nomor 73 Tahun 2013 Tentang Jabatan Fungsional Umum di Kementerian ...
 
Pmk 113 pmk05_2012
Pmk 113 pmk05_2012Pmk 113 pmk05_2012
Pmk 113 pmk05_2012
 
Pmk 113 pmk05_2012 perjadin dn
Pmk 113 pmk05_2012 perjadin dnPmk 113 pmk05_2012 perjadin dn
Pmk 113 pmk05_2012 perjadin dn
 
Pmk 113 pmk05_2012
Pmk 113 pmk05_2012Pmk 113 pmk05_2012
Pmk 113 pmk05_2012
 

More from Nandang Sukmara

Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012Nandang Sukmara
 
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spmPermendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spmNandang Sukmara
 
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...Nandang Sukmara
 
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimalPermendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimalNandang Sukmara
 
Pp 39 92 peranserta masyarakat
Pp 39 92 peranserta masyarakatPp 39 92 peranserta masyarakat
Pp 39 92 peranserta masyarakatNandang Sukmara
 
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdikPerda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdikNandang Sukmara
 
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaan
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaanPermendiknas 50 2007_standar_pengelolaan
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaanNandang Sukmara
 
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasPp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasNandang Sukmara
 
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasPp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasNandang Sukmara
 
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nasPp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nasNandang Sukmara
 
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaanPermen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaanNandang Sukmara
 
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...Nandang Sukmara
 
Paparan sosialisasi pedoman perhitungan
Paparan sosialisasi pedoman perhitunganPaparan sosialisasi pedoman perhitungan
Paparan sosialisasi pedoman perhitunganNandang Sukmara
 

More from Nandang Sukmara (20)

Untitled Presentation
Untitled PresentationUntitled Presentation
Untitled Presentation
 
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
 
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spmPermendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
 
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
 
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimalPermendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
 
Pp 39 92 peranserta masyarakat
Pp 39 92 peranserta masyarakatPp 39 92 peranserta masyarakat
Pp 39 92 peranserta masyarakat
 
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdikPerda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
 
Pp38
Pp38Pp38
Pp38
 
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikanMasterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
 
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaan
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaanPermendiknas 50 2007_standar_pengelolaan
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaan
 
Pp 47 2008
Pp 47 2008Pp 47 2008
Pp 47 2008
 
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasPp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
 
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasPp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
 
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nasPp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
 
Lampiran iii br
Lampiran iii brLampiran iii br
Lampiran iii br
 
Lampiran ii br
Lampiran ii brLampiran ii br
Lampiran ii br
 
Lampiran i br
Lampiran i brLampiran i br
Lampiran i br
 
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaanPermen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
 
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
 
Paparan sosialisasi pedoman perhitungan
Paparan sosialisasi pedoman perhitunganPaparan sosialisasi pedoman perhitungan
Paparan sosialisasi pedoman perhitungan
 

Recently uploaded

Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaAbdiera
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptAfifFikri11
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunnhsani2006
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x BintanVenyHandayani2
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxHeriyantoHeriyanto44
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 

Recently uploaded (20)

Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 

Pp 09 tahun_2003 pengankatan pemindahan dan pemberitahuan

  • 1. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan salah satu fungsi manajemen kepegawaian dan dalam upaya meningkatkan hubungan antara Pemerintah dengan Daerah Provinsi dan daerah Kabupaten / Kota, serta untuk mendorong peranan Pegawai Negeri Sipil sebagai salah satu unsur perekat dan pemersatu bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, dipandang perlu mengatur kembali ketentuan mengenai wewenang pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dengan Peraturan Pemerintah. Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890); 3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952). Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : 1. Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Kejaksaan Agung, Kesekretariatan Lembaga Kepresidenan, Kantor Negara Koordinator, Kantor Menteri Negara, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Lembaga Pemerintahan Non- Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Badan Narkotika Nasional, Kesekretariatan Lembaga lain yang dipimpin oleh Pejabat struktural Eselon I dan bukan merupakan bagian dari Departemen/Lembaga Pemerintah Non-Departemen, Instansi Vertikal di Daerah Provinsi / Kabupaten / Kota, Kepaniteraan Pengadilan atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya.
  • 2. 2. Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota atau dipekerjakan di luar instansi induknya. 3. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat adalah Menteri, Jaksa Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Kepresidenan, Kepala Kepolisian Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non- Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional, serta Pimpinan Kesekretariatan Lembaga lain yang dipimpin oleh pejabat Struktural Eselon I dan bukan merupakan bagian dari Departemen/Lembaga Pemerintah Non-Departemen. 4. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi adalah Gubernur. 5. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota. 6. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7. Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan adalah Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan tugas di luar instansi induknya yang gajinya dibebankan pada instansi yang menerima perbantuan. 8. Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seseorang Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai penggajian. 9. Golongan ruang adalah golongan ruang gaji pokok sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang gaji Pegawai Negeri Sipil. 10. Jabatan Struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi negara. 11. Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsi keahlian dan/atau keterampilan untuk mencapai tujuan organisasi. BAB II PENGANGKATAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN KEPEGAWAIAN NEGERI SIPIL Pasal 2 (1) Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan : a. pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil Pusat dilingkungannya; b. pengangkatan menjadi Pegawai Negeri Sipil Pusat bagi Calon Pegawai Negeri Sipil Pusat di lingkungannya, kecuali yang tewas atau cacat karena dinas. (2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya. Pasal 3 (1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi atau Kabupaten/kota menetapkan : a. pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah di lingkungannya; b. pengangkatan menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah bagi Calon Pegawai Negeri Sipil Pusat di lingkungannya, kecuali yang tewas atau cacat karena dinas.
  • 3. (2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat mendelegasikan wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya. Pasal 4 (1) Kepala Badan Kepegawaian Negara menetapkan pengangkatan menjadi Pegawai Negeri Sipil bagi Calon Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah yang tewas cacat karena dinas. (2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat mendelegasikan atau memberi kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya. BAB III KENAIKAN PANGKAT Pasal 5 (1) Presiden menetapkan kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah untuk menjadi Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c, Pembina Utama Madya golongan ruang IV/d, dan Pembina Utama golongan ruang IV/e setelah mendapat pertimbangan teknis dari Kepala Badan Kepegawaian Negara. (2) Kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan secara tertulis kepada Presiden, oleh : a. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi, dan b. Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota melalui Gubernur. (3) Pengajuan kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tembusannya disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara. Pasal 6 (1) Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan di lingkungannya untuk menjadi Juru Muda Tingkat I golongan ruang I/b sampai dengan Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b. (2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya. Pasal 7 (1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi menetapkan kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi dan Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan di lingkungannya untuk menjadi Juru Muda Tingkat I golongan ruang I/b sampai dengan Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b. (2) Gubernur menetapkan kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten/Kota dan Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Kota untuk menjadi Pembina golongan ruang IV/a dan Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b. (3) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya. Pasal 8 (1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupeten / Kota menetapkan kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi dan Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan di lingkungannya untuk menjadi Juru Muda Tingkat I golongan ruang I/b sampai dengan Pembina Tingkat I golongan ruang III/d. (2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya. Pasal 9
  • 4. Pejabat Pembina Kepegawaian Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8 dikecualikan dalam penetapan kenaikan pangkat anumerta dan kenaikan pangkat pengabdian. Pasal 10 (1) Kepala Badan Kepegawaian Negara menetapkan kenaikan pangkat anumerta dan kenaikan pangkat pengabdian bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah untuk menjadi Juru Muda Tingkat I golongan ruang I/b sampai dengan Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b. (2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat mendelegasikan wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya. BAB IV PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN DALAM DAN DARI JABATAN Pasal 11 Presiden menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari jabatan struktural eselon I, jabatan fungsional Jenjang Utama atau jabatan lain yang pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentiannya menjadi wewenang Presiden, kecuali pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pejabat struktural eselon I di lingkungan Pemerintah Daerah Propinsi. Pasal 12 (1) Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Pusat di lingkungannya dalam dan dari jabatan struktural eselon II ke bawah atau jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu. (2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain dilingkungannya untuk menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari jabatan struktural eselon III ke bawah dan jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu. Pasal 13 (1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi menetapkan : a. pengangkatan Sekretaris Daerah Propinsi setelah mendapat persetujuan dari pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi; b. pemberhentian Sekretaris Daerah Propinsi; c. pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari jabatan struktural eselon II ke bawah dan jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu di lingkungan Pemerintah Daerah Propinsi. (2) Pengangkatan dan pemberhentian Sekretaris Daerah Propinsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan b, dilakukan setelah berkonsultasi secara tertulis dengan Menteri Dalam Negeri. (3) Calon Sekretaris Daerah Propinsi yang akan dikonsultasikan untuk diangkat dalam jabatan Sekretaris Daerah Propinsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, harus memenuhi syarat untuk diangkat dalam jabatan struktural. (4) Konsultasi pengangkatan Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dilakukan sebelum Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi mengajukan permintaan persetujuan kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. (5) Konsultasi pengangkatan Sekretaris Daerah Propinsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dilakukan secara tertulis dengan mengajukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang calon dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat.
  • 5. (6) Hasil konsultasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (4) disampaikan secara tertulis oleh Menteri Dalam Negeri. (7) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya untuk menetapkan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil di Propinsi dalam dan dari jabatan struktural eselon III ke bawah dan jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu. Pasal 14 (1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota menetapkan : a. pengangkatan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota setelah mendapat persetujuan dari pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota; b. pemberhentian Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota; c. pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari jabatan struktural eselon II di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; d. pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari jabatan struktural eselon III ke bawah dan jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan jabatan struktural eselon II ke bawah di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. (2) Pengangkatan dan pemberhentian Sekretaris Daerah Kabupaten/ Kota dan pejabat struktural eselon II sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c, dilakukan setelah berkonsultasi secara tertulis dengan Gubernur. (3) Calon Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota yang akan dikonsultasikan untuk diangkat dalam jabatan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, harus memenuhi syarat untuk diangkat dalam jabatan struktural. (4) Konsultasi pengangkatan Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dilakukan sebelum Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota mengajukan permintaan persetujuan kepada pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota. (5) Konsultasi pengangkatan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota dan pengangkatan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural eselon II sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dilakukan secara tertulis dengan mengajukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang calon dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat. (6) Hasil konsultasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (5) disampaikan secara tertulis oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi. (7) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya untuk menetapkan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten/Kota dalam dan dari jabatan struktural eselon IV ke bawah dan jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu. Pasal 15 Tata cara konsultasi pengangkatan dan pemberhentian Sekretaris Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota serta tata cara konsultasi pengangkatan dan pemberhentian pejabat struktural Eselon II Kabupaten / Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 14, diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri. BAB V PEMINDAHAN ANTARINSTANSI Pasal 16 (1) Kepala Badan Kepegawaian Negara menetapkan pemindahan : a. Pegawai Negeri Sipil antara Departemen / Lembaga b. Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah antara Provinsi/Kabupaten/Kota dan Departemen/Lembaga c. Pegawai Negeri Sipil Daerah antar Daerah Provinsi dan
  • 6. d. Pegawai Negeri Sipil Daerah antara Daerah Kabupaten/kota dan Daerah Kabupaten/Kota Provinsi lainnya. (2) Penetapan oleh Badan Kepegawaian Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan atas permintaan dan persetujuan dari instansi yang bersangkutan. (3) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain dilingkungannya. Pasal 17 (1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi menetapkan pemindahan : a. Pegawai Negeri Sipil Daerah antar-Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi, dan b. Pegawai Negeri Sipil Daerah antara Kabupaten/Kota dan Daerah Provinsi. (2) Penetapan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b dilaksanakan atas permintaan dan persetujuan dari Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah yang bersangkutan. (3) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain dilingkungannya. BAB IV PEMBERHENTIAN SEMENTARA DARI JABATAN NEGERI Pasal 18 Presiden menetapkan pemberhentian sementara dari jabatan negeri bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural Eselon I, jabatan fungsional Jenjang Utama, atau jabatan lain yang pengangkatan dan pemberhentiannya menjadi wewenang Presiden, kecuali pemberhentian sementara dari jabatan negeri atas Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural Eselon I di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi. Pasal 19 (1) Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan pemberhentian sementara dari jabatan negeri bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat di lingkungannya yang menduduki jabatan struktural Eselon II ke bawah atau jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu. (2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya untuk memberhentikan sementara dari jabatan negeri bagi Pegawai Negeri Sipil Pust yang menduduki jabatan struktural Eselon III ke bawah dan jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu. Pasal 20 (1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi menetapkan : a. pemberhentian sementara Sekretaris Daerah Provinsi; b. pemberhentian sementara dari jabatan negeri dan Pegawai Negeri Sipil di lingkungannya yang menduduki jabatan struktural Eselon II kebawah, dan jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu. (2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya untuk memberhentikan sementara dari jabatan negeri bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungannya yang menduduki jabatan struktural Eselon II ke bawah atau jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu. Pasal 21 (1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota menetapkan : a. pemberhentian sementara Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota;
  • 7. b. pemberhentian sementara dari jabatan negeri dan Pegawai Negeri Sipil di lingkungannya yang menduduki jabatan struktural Eselon II kebawah, dan jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu. (2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya untuk memberhentikan sementara dari jabatan negeri bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungannya yang menduduki jabatan struktural Eselon II ke bawah atau jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu. BAB VII PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL ATAU CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL Pasal 22 Presiden menetapkan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah yang berpangkat Pembina Utama Muda Golongan ruang IV/c, Pembina Utama Madya golongan ruang IV/d, dan Pembina Utama golongan ruang IV/e. Pasal 23 (1) Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan : a. pemberhentian Calon Pegawai Negeri Sipil Pusat yang tidak memenuhi syarat untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil Pusat dilingkungannya, dan b. pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Pusat yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b ke bawah di lingkungannya. (2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya, untuk menetapkan pemberhentian dengan hormat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Pusat yang berpangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d ke bawah. Pasal 24 (1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi menetapkan : a. pemberhentian Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi yang tidak memenuhi syarat untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah dilingkungannya, dan b. pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b ke bawah di lingkungannya. (2) Gubernur menetapkan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten/Kota yang berpangkat Pembina golongan ruang IV/a dan Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b. (3) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya, untuk menetapkan pemberhentian dengan hormat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi dan Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi yang berpangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d ke bawah. Pasal 25 (1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten / Kota menetapkan : a. pemberhentian Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten / Kota yang tidak memenuhi syarat untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil Pusat dilingkungannya, dan b. pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten / Kota yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang III/d di lingkungannya. (2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya, untuk menetapkan pemberhentian dengan hormat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah
  • 8. Kabupaten / Kota dan Pegawai Negeri Sipil Pusat yang berpangkat Pengatur Tingkat I golongan ruang II/d ke bawah. Pasal 26 Pejabat Pembina Kepegawaian dan Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 dikecualikan dalam penetapan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang tewas, meninggal dunia, cacat karena dinas, atau mencapai batas usia pensiun. Pasal 27 (1) Kepala Badan Kepegawaian Negara menetapkan pemberhentian dan pemberian pensiun Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b ke bawah yang tewas, meninggal dunia, cacat karena dinas, dan mencapai batas usia pensiun. (2) Penetapan pemberhentian dan pemberian pensiun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), termasuk pemberian pensiun janda/duda dalam hal pensiunan Pegawai Negeri Sipil meninggal dunia. (3) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat mendelegasikan wewenangnya atau memberi kuasa kepada pejabat lain dilingkungannya. BAB VIII PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 28 (1) Presiden melakukan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian. (2) Untuk melaksanakan pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Presiden dibantu oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara. (3) Kepala Badan Kepegawaian Negara dalam melaksanakan pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), berkoordinasi dengan : a. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat untuk Instansi Pusat b. Gubernur untuk Instansi Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Wilayahnya. Pasal 29 Dalam rangka penyelenggaraan dan pemeliharaan manajemen informasi kepegawaian, Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah wajib menyampaikan setiap jenis mutasi kepegawaian kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara mengenai pelaksanaan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil. Pasal 30 (1) Pelanggaran atas pelaksanaan pengaturan perundang-undangan di bidang kepegawaian dapat dikenakan tindakan administratif. (2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa : a. peringatan b. teguran; c. pencabutan keputusan atas pengangkatan, pemindahan, atau pemberhentian. (3) Pencabutan keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c, mulai berlaku sejak ditetapkan. (4) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara, kecuali terhadap keputusan yang ditetapkan oleh Presiden. (5) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dapat mendelegasikan atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya untuk melakukan tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), kecuali atas keputusan yang ditandatangani oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan Gubernur.
  • 9. BAB IX KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 31 Kewenangan penjatuhan hukum disiplin dan penilaian prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil serta kewenangan lain dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur masalah tersebut dengan memperhatikan Peraturan Pemerintah ini. Pasal 32 Pendelegasian wewenang atau pemberian kuasa untuk pengangkatan pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil menurut Peraturan Pemerintah ini, ditetapkan dengan Keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat atau Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 33 Pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang seusai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 34 Ketentuan pelakanaan Peraturan Pemerintah ini diatur lebih lanjut oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara. Pasal 35 Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, maka : a. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, dinyatakan tidak berlaku. b. Ketentuan pelaksanaan mengenai pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang ada sebelumnya ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diubah berdasarkan Peraturan Pemerintah ini. Pasal 36 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta, Pada tanggal 17 Februari 2003 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Ttd MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
  • 10. Diundangkan di Jakarta, Pada tanggal 17 Februari 2003 SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA Ttd BAMBANG KESOWO LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2003 NOMOR 15 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL UMUM Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaiman telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 antara lain ditegaskan bahwa manajemen Pegawai Negeri Sipil diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna. Kebijakan manajemen Pegawai Negeri Sipil berada pada Presiden selaku Kepala Pemerintahan. Sesuai dengan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaiman telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dilakukan oleh Presiden. Untuk kelancaran pelaksanaan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan menyerahkan sebagian wewenangnya kepada Pejabat Kepegawaian Daerah yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Sesuai dengan amanat undang-undang tersebut diatas, maka perlu menyempurnakan kembali ketentuan mengenai pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil. Untuk kepentingan kedinasan dan sebagai salah satu usaha untuk memperluas pengalaman, wawasan dan kemampuan, maka diadakan perpindahan jabatan, tugas dan wilayah kerja bagi Pegawai Negeri Sipil terutama bagi yang menjabat pimpinan dengan tidak merugikan hak kepegawaiannya. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 yang antara lain menegaskan bahwa untuk dapat lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna yang sebesar- besarnya, maka sistem pembinaan karier yang harus dilaksanakan adalah sistem pembinaan karier tertutup dalam arti negara Dengan sistem karier tertutup dalam arti negara, maka dimungkinkan perpindahan Pegawai Negeri Sipil dari Departemen / Lembaga / Provinsi / Kabupaten / Kota yang satu ke Departemen / Lembaga / Provinsi / Kabupaten / Kota yang lain atau sebaliknya, terutama untuk menduduki jabatan-jabatan yang bersifat manejerial. Hal ini mengandung pengertian bahwa seluruh Pegawai Negeri Sipil merupakan satu kesatuan, hanya tempat pekerjaannya yang berbeda.
  • 11. Dalam peraturan Pemerintah ini diatur mekanisme konsultasi pengangkatan dan pemberhentian Sekretaris Daerah Provinsi kepada Menteri Dalam Negeri dan mekanisme pengangkatan dan pemberhentian Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota serta pejabat struktural Eselon II pada Kabupaten / Kota kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi. Pengaturan mekanisme konsultasi ini dimaksudkan dalam rangka mewujudkan pembinaan karier Pegawai Negeri Sipil secara nasional dan menjamin kesetaraan kualitas sumber daya manusia aparatur agar sesuai dengan persyaratan jabatan. Dalam Peraturan Pemerintah ini juga diberikan kewenangan pembinaan karier Pegawai Negeri Sipil Daerah secara berjenjang, khususnya pembinaan karie kenaikan pangkatnya. Dengan demikian tetap terdapat hubungan yang sinergi antara Pemerintah dengan Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. Pada prinsipnya pembinaan kenaikan pangkat dilakukan oleh pejabat Pembinaan Kepegawaian instansi induk. Namun demikian dalam hal terdapat Pegawai Negeri yang diperbantukan di luar instansi induknya, maka gajinya dibebankan pada instansi yang menerima perbantuan, dan pembinaan kenaikan pangkatnya dilakuan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian instansi yang menerima perbantuan. Sedangkan bagi Pegawai Negeri Sipil yang dipekerjakan di luar instansi induknya, maka gajinya tetap menjadi beban instansi induknya dan pembinaan kenaikan pangkatnya dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian instansi induknya. Sebagai pelaksana ketentuan dimaksud, serta untuk mendukung pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, baik di tingkat pusat maupun daerah, perlu diatur dan ditetapkan kembali pejabat yang berwenang memegang, memindahkan, dan membehentikan Pegawai Negeri Sipil. Pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil oleh Pejabat yang berwenang harus dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini yang merupakan norma, standar, dan prosedur dalam pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Ayat (1) Dalam hal pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil di lingkungan kesekretariatan lembaga kepresidenan, Pejabat Pembina Kepegawaiannya adalah Sekretaris Negara. Pada saat ini, kesekretariatan lembaga kepresidenan dimaksud, yaitu Sekretaris Negara, Sekretaris Kabinet, Sekretaris Presiden, Sekretaris Militer, dan Sekretariat Wakil Presiden. Dengan ketentuan ini, maka kesekretariatan lembaga lain yang dipimpin oleh pejabat struktural Eselon I dan bukan merupakan bagian dari Departemen/Lembaga Pemerintah / Non-Departemen, misalnya Sekretariat Jenderal Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, berwenang untuk mengangkat, memindahkan dan memberhentikan Pegawai Negeri Sipil di lingkungannya masing-masing. Penjelasan ini berlaku selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah dan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian yang terkait. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 3 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2)
  • 12. Cukup jelas Pasal 4 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 5 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Huruf a Cukup jelas Huruf b Gubernur dalam mengajukan usul kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintahan Kabupaten/kota dalam kapasitas sebagai wakil Pemerintah. Ayat (3) Cukup jelas Pasal 6 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 7 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Gubernur dalam menetapkan kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten / Kota adalah dalam kapasitas sebagai Wakil Pemerintah. Ayat (3) Cukup jelas Pasal 8 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 11 Dalam ketentuan ini, yang dimaksud dengan jabatan struktural Eselon I antara lain Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal dan Pimpinan Lembaga Pemerintahan Non- Departemen. Jabatan ini yang pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentiannya menjadi wewenang Presiden antara lain Hakim dan Panitera Mahkamah Agung. Pasal 12
  • 13. Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 13 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Menteri Dalam Negeri menyampaikan keputusan hasil konsultasi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi berdasarkan pertimbangan dari tim yang antara lain terdiri dari unsur Departemen Dalam Negeri, Kantor Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Badan Kepegawaian Negara. Ayat (7) Cukup jelas Pasal 14 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi menyampaikan keputusan hasil konsultasi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan pertimbangan dari Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan Instansi Daerah Provinsi. Ayat (7) Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 17 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas
  • 14. Ayat (3) Cukup jelas Pasal 18 Cukup jelas Pasal 19 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 20 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 21 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 22 Dalam hal Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun, maka dalam keputusan pemberhentiannya ditetapkan sekaligus pemberian pensiun dan pensiun janda / dudanya. Pemberhentian yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah pemberhentian dengan hormat atau tidak dengan hormat antara lain karena : a. atas permintaan sendiri; b. meninggal dunia; c. hukuman disiplin; d. perampingan organisasi pemerintah; e. menjadi anggota partai politik; f. dipidana penjara; g. dinyatakan hilang; h. keuzuran jasmani; i. cacat karena dinas; j. tewas; k. mencapai batas usia pensiun. Pasal 23 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas Huruf b Dalam hal Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun, maka dalam keputusan pemberhentiannya ditetapkan sekaligus pemberian pensiun dan pensiun janda / dudanya. Pemberhentian yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah pemberhentian dengan hormat atau tidak dengan hormat antara lain karena : a. atas permintaan sendiri; b. hukuman disiplin; c. perampingan organisasi pemerintah; d. menjadi anggota partai politik; e. dipidana penjara f. Dinyatakan hilang;
  • 15. g. Keuzuran jasmani; Ayat (2) Cukup jelas Pasal 24 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas Huruf b Dalam hal Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun, maka dalam keputusan pemberhentiannya ditetapkan sekaligus pemberian pensiun dan pensiun janda / dudanya. Pemberhentian yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah pemberhentian dengan hormat atau tidak dengan hormat antara lain karena : a. atas permintaan sendiri; b. hukuman disiplin; c. perampingan organisasi pemerintah; d. menjadi anggota partai politik; e. dipidana penjara f. Dinyatakan hilang; g. Keuzuran jasmani; Ayat (2) Gubernur dalam menetapkan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten/kota adalah dalam kapasitas sebagai wakil Pemerintah. Ayat (3) Gubernur dalam menetapkan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten/kota adalah dalam kapasitas sebagai wakil Pemerintah. Pasal 25 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas Huruf b Dalam hal Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun, maka dalam keputusan pemberhentiannya ditetapkan sekaligus pemberian pensiun dan pensiun janda / dudanya. Pemberhentian yang dimaksud dalam ketentuan ini adalah pemberhentian dengan hormat atau tidak dengan hormat antara lain karena : a. atas permintaan sendiri; b. hukuman disiplin; c. perampingan organisasi pemerintah; d. menjadi anggota partai politik; e. dipidana penjara f. Dinyatakan hilang; g. Keuzuran jasmani; Ayat (2) Cukup jelas Pasal 26 Cukup jelas Pasal 27 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Dalam menetapkan keputusan pemberhentian dan pemberian pensiun yang dimaksud dalam ketentuan ini, sekaligus ditetapkan pemberian pensiun janda/dudanya. Ayat (3) Cukup jelas
  • 16. Pasal 28 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 29 Cukup jelas Pasal 30 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Keputusan pencabutan atas pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak berlaku surut. Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Pasal 31 Cukup jelas Pasal 32 Pejabat yang diberi delegasi wewenang untuk menetapkan pengangkatan pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini, menandatangani surat keputusan tersebut untuk atas namanya sendiri, tidak atas nama pejabat yang memberi delegasi wewenang. Pejabat yang diberi delegasi wewenang dapat memberi kuasa kepada pejabat lain. Pejabat yang diberi kuasa untuk menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, menandatangani surat keputusan tersebut tidak atas namanya sendiri, tetapi atas nama pejabat yang berwenang pada instansi yang bersangkutan. Pejabat yang diberi kuasa untuk menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dimaksud, tidak dapat memberikan kuasa lagi kepada pejabat lain. Pasal 33 Cukup jelas Pasal 34 Cukup jelas Pasal 35 Cukup jelas Pasal 36 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4263