SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
1 
Tugas Mata Kuliah : Arah kecendrungan dan Isu Dalam Matematika 
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd 
r easoning (penalar an) 
makalah 
oleh: 
kelompok II 
1. Ahmad Rahmatika 
2. Anni H.M Sitanggang 
3. Febri Ronald Marpaung 
4. Jasinta Tasleky 
5. Nurcahaya Hutasoit 
PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA 
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 
2014
2 
DAFTAR ISI 
BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................1 
B. Rumusan Masalah ..........................................................................2 
C. Tujuan Penulisan .............................................................................3 
BAB II PEMBAHASAN 
A. Pengertian Penalaran Matematika ...................................................4 
B. Masalah-maslaah Penalaran Matematika ........................................9 
C. Penalaran Induktif dan Deduktif ...................................................14 
D. Rubrik dan Soal Penalaran Matematika .........................................21 
BAB III KESIMPULAN .................................................................................24 
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................25
3 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah 
Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas jika 
dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Karena itu kegiatan belajar dan 
mengajar matematika seyogyanya tidak disamakan begitu saja dengan ilmu yang 
lain, karena peserta didik yang belajar matematika itupun berbeda-beda pula 
kemampuannya, maka kegiatan belajar mengajar haruslah diatur sekaligus 
memperhatikan kemampuan yang belajar. 
Pelajaran matematika diberikan di setiap jenjang pendidikan dengan bobot 
yang kuat, menunjukkan bahwa matematika adalah salah satu pelajaran yang 
mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam kondisi tersebut, seharusnya 
hasil belajar matematika peserta didik menunjukkan hasil yang cukup baik, akan 
tetapi hal tersebut sangat bertolak belakang dengan keadaan yang terjadi di 
lapangan. 
Ada banyak faktor yang mengakibatkan hasil belajar peserta didik rendah, 
diantaranya perilaku-perilaku negatif siswa dalam belajar matematika yang 
memungkinkan siswa tidak bergairah dalam belajar matematika. Kegiatan 
pembelajaran di sekolah biasanya hanya menekankan pada transformasi informasi 
faktual, guru cenderung menuliskan definisi atau teorema beserta buktinya di 
papan tulis dilanjutkan contoh penerapan teorema tersebut dalam penyelesaian 
soal, siswa mencatat apa yang dijelaskan guru dan contoh penyelesaian soal yang 
ditulis. Selain itu, guru menuliskan soal-soal di papan tulis dan siswa diminta 
mengerjakan, serta guru meminta siswa untuk menuliskan hasil pekerjaannya di 
papan tulis.
Perbaikan hasil pembelajaran matematika perlu dilakukan melalui perbaikan 
kondisi yang mendukung peningkatan kecerdasan/kemampuan peserta didik, 
perubahan sikap siswa terhadap matematika serta kemampuan dan kemauan guru 
dalam mengubah paradigma pendidikan. Tujuan pembelajaran matematika harus 
dipahami dengan baik oleh guru sebagai agar proses pembelajaran sesuai dengan 
apa yang diharapkan. Menurut Syaban “tujuan yang ingin dicapai pada 
pembelajaran matematika yaitu (1) kemampuan pemecahan masalah (problem 
solving); (2) kemampuan berargumentasi (reasonning); (3) Kemampuan 
berkomunikasi (communication); (4) Kemampuan membuat koneksi (connection) 
dan (5) Kemampuan representasi (representation)”. 
4 
B. Rumusan Masalah 
1. Apa itu penalaran? 
2. Bagaimana cara mengetahui kemampuan penalaran peserta didik? 
C. Tujuan Penulisan 
Bertitik tolak dari permasalahan di atas, yang menjadi tujuan penulisan ini 
adalah untuk mengetahui kemampuan matematika apa saja yang harus dimiliki 
oleh peserta didik di masa sekarang dan masa yang akan datang, khususnya 
kemampuan “ Penalaran Matematika” demi tercapainya tujuan pembelajaran 
matematika.
5 
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Pengertian Penalaran Matematika 
Penalaran matematika adalah salah satu proses berfikir yang dilakukan 
dengan cara menarik suatu kesimpulan dimana kesimpulan tersebut merupakan 
kesimpulan yang sudah valid atau dapat dipertanggung jawabkan 
(Nurahman:2011). Penalaran matematika merupakan hal yang sangat penting 
untuk mengetahui dan mengerjakan permasalahan matematika. Fondasi dari 
matematika adalah penalaran (reasoning). Ross (dalam Lithner, 2000) menyatakan 
bahwa salah satu tujuan terpenting dari pembelajaran matematika adalah 
mengajarkan kepada siswa penalaran logika (logical reasoning). Menurut kami 
logika adalah argumen-argumen, yang mempelajari metode-metode dan prinsip-prinsip 
untuk menunjukkan keabsahan (sah atau tidaknya) suatu argumen, 
khususnya yang dikembangkan melalui penggunaan metode-metode matematika 
dan simbol-simbol matematika dengan tujuan untuk menghindari makna ganda 
dari bahasa yang biasa kita gunakan sehari-hari. Bila kemampuan bernalar tidak 
dikembangkan pada siswa, maka bagi siswa matematika hanya akan menjadi 
materi yang mengikuti serangkaian prosedur dan meniru contoh-contoh tanpa 
mengetahui maknanya. Banyak penelitian yang dilakukan para psikolog dan 
pendidik berkaitan dengan penalaran. Penalaran yang mula-mula dikenalkan oleh 
Aristotles adalah penalaran silogisme yang idenya muncul ketika orang ingin 
mengetahui “apa yang terjadi dibenak” dalam memecahkan masalah yang memuat 
logika. Lebih dari 2000 tahun yang lalu Aristotles mengenalkan suatu sistem 
penalaran atau validasi argumen yang disebut silogisme. Silogisme memuat tiga 
urutan argumen: sebuah premis utama (a major premise); sebuah premis minor (a 
minor premise); dan sebuah kesimpulan (a conclusion). Suatu kesimpulan yang 
dicapai berdasarkan penalaran silogisme dinilai “benar” atau “valid”, jika premis-
premisnya merupakan pernyataan yang benar dan disusun dalam bentuk yang 
benar. 
Aplikasi penalaran sering ditemukan meskipun tidak secara formal disebut 
6 
belajar bernalar. Beberapa contohnya adalah: 
 Untuk menentukan hasil 7 + 8, berdasarkan pengetahuan yang sudah 
dimiliki siswa yaitu 7 + 7 =14,maka siswa diharapkan dapat menyimpulkan 
bahwa 7 + 8 adalah sama dengan 14 + 1 atau sama dengan 15 
 Untuk menentukan hasil dari 7 + 8, berdasarkan pengetahuan yang sudah 
dimiliki yaitu 7 + 3 = 10 dan 8 = 3 + 5, para siswa diharapkan dapat 
menyimpulkan bahwa 7 + 8 adalah sama dengan 7 + 3 + 5 = 10 + 5 = 15 
 Untuk menentukan hasil dari 6 x 7, berdasar pengetahuan yang sudah 
dimiliki para siswa yaitu 5 x 7 = 35, maka para siswa diharapkan dapat 
menyimpulkan 6 x 7 = 35 + 7 = 42 
 Untuk menentukan hasil dari 998 + 1236, para siswa dapat mengambil 2 
dari 1236 untuk ditambahkan ke 998 sehingga menjadi 1000. Dengan 
demikian, para siswa dapat dilatih untuk menyimpulkan bahwa 998 + 1236 
sama nilainya dengan 1000 + 1234 atau sama dengan 2234. Dengan 
demikian, didapat kesimpulan bahwa 998 + 1236 = 1000 + 1234 = 2234 
 Jika besar dua sudut pada suatu segitiga adalah 60o dan 100o maka sudut 
yang ketiga adalah 180o - ( 100o + 60o) = 20o. hal ini didasarkan pada teori 
matematika yang menyatakan bahwa jumlah besar sudut-sudut suatu 
segitiga adalah 180o. 
 Jika (x – 1) (x + 10) = 0 maka x = 1 dan x = -10 
Sejalan dengan contoh-contoh diatas, telah terjadi proses penarikan 
kesimpulan dari beberapa fakta yang telah diketahui siswa, seperti yang 
dikemukakan oleh (Shadiq, 2004) penalaran (jalan pikiran atau reasoning) 
merupakan “Proses berfikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta 
atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan”. 
Menurut kami proses berfikir dalam penalaran itu selalu dihubungkan dengan 
kehidupan sehari-hari guna mendapat kesimpulan yang dapat dipertangggung
jawabkan. Sebagai contoh, dari persamaan kuadrat 푥 2 + 9푥 − 10 = 0 yang 
diketahui, dapat disimpulkan ataupun dibuat pernyataan lain bahwa x = 1 atau x = 
-10. Dari pengetahuan tentang besar dua sudut suatu segitiga yaitu 60o dan 100o 
maka dapat disimpulkan ataupun dibuat pernyataan lain bahwa besar sudut ketiga 
pada segitiga itu adalah 20o. Pada intinya, penalaran merupakan suatu kegiatan, 
suatu proses atau aktivitas berfikir untuk menarik kesimpulan atau membuat 
pernyataan baru yang benar berdasarkan pada beberapa pernyataan yang 
kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya. 
Untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematika siswa, perlu 
diketahui tingkatan kemampuan berpikir matematika. Shefer dan Foster (1997) 
mengajukan tiga tingkatan kemampuan berpikir matematika, yaitu tingkatan 
reproduksi, tingkatan koneksi, dan tingkatan analisis. Masing-masing tingkatan 
terdiri atas komponen-komponen sebagai indikatornya, yaitu sebagai berikut: 
7 
Tingkatan I Reproduksi 
 Mengetahui fakta dasar 
 Menerapkan algoritma standar 
 Mengembangkan keterampilan teknis 
Tingkatan II Koneksi 
 Mengintegrasikan informasi 
 Membuat koneksi dalam dan antar domain matematika 
 Menetapkan rumus yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah 
 Memecahkan masalah tidak rutin 
Tingkatan III Analisis 
 Matematisasi situasi 
 Melakukan analisis 
 Melakukan interpretasi 
 Mengembangkan model dan strategi baru 
 Mengembangkan argumen matematika 
 Membuat generalisasi.
Menurut kami tingkatan kemampuan matematika di atas dapat digunakan 
selain untuk mengevaluasi penekanan proses pembelajaran yang selama ini 
dilakukan, juga menyusun instrumen (soal tes) yang dimaksudkan untuk 
mengetahui tingkatan kemampuan matematika siswa. Setelah kita dapat 
mengidentifikan tingkat kemampuan siswa, maka upaya-upaya meningkatkan 
kemampuan berpikir matematik dapat dilakukan dengan berpedoman pada 
komponen kemampuan pada tingkatan berikutnya. 
Depdiknas(2002:6) menyatakan bahwa “ Materi matematika dan penalaran 
matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi 
matematika dipahami melalui penalaran matematika dan penalaran matematika 
dipahami melalui belajar matematika “ Menurut kami memang materi itu harus 
dipahami dengan penalaran matematika akan tetapi tidak semua materi harus 
dihubungkan dengan penalaran matematika, selanjutnya penalaran matematika 
dipahami melalui proses belajar memgajar dengan mengaitkan materi dengan 
kehidupan sehari-hari. 
Pola pikir yang dikembangkan dengan penalaran matematika adalah 
melibatkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis serta kreatif, kemampuan dan 
keterampilan bernalar dibutuhkan para siswa ketika mempelajari matematika 
maupun dalam interaksi pada masyarakat langsung 
Daya matematika siswa seyogyanya dapat diwujudkan dalam berbagai 
dimensi supaya mampu memunculkan berbagai metode matematika yang nantinya 
dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah tidak rutin dan dapat 
dijadikan panduan dalam menghadapi perubahan kehidupan dalam masyarakat 
yang bergantung pada kemajuan ilmu, teknologi dan informasi. Penalaran 
matematika dalam sudut pandang aktivitas dinamik melibatkan keragaman mode 
berpikir, dan daya matematika dipandang sebagai komponen integral dari berpikir 
matematika. Khususnya berpikir matematika yang melibatkan keragaman 
matematika dalam keterampilan berpikir untuk memahami ide-ide, menemukan 
hubungan antar ide-ide, dan mendukung gambaran atau kesimpulan tentang ide-ide 
dan hubungan-hubungannya, dan memecahkan masalah-masalah yang 
melibatkan ide-ide tersebut (O’Daffer dan Thornquist). Penalaran matematika 
8
memiliki peran yang amat penting dalam proses berpikir seseorang. Penalaran 
matematika meliputi mengumpulkan bukti-bukti, membuat konjektur-konjektur, 
menetapkan generalisasi-generalisasi, membangun argumen-argumen, dan 
menentukan (dan validasi) kesimpulan-kesimpulan logis berdasar ide-ide dan 
hubungan-hubungannya. Untuk mencapai daya matematika berbagai mode 
penalaran matematika dilibatkan misalnya induktif (inductive), deduktif 
(deducttive), bersyarat (conditional), perbandingan (proporsional), grafik 
(graphical), keruangan (spatial) dan penalaran abstrak (abstract reasoning). 
Peressini dan Webb (1999) di samping memandang penalaran matematika 
sebagai konseptualisasi dinamik dari daya matematika (mathematically powerful) 
siswa, juga memandang penalaran matematika sebagai aktivitas dinamik yang 
melibatkan keragaman mode berpikir. Daya matematika sebagai suatu integrasi 
dari berikut ini: 
9 
(a) suatu kecenderungan positip kepada matematika; 
(b) pengetahuan dan pemahaman terhadap sifat-sifat matematika, meliputi 
konsep-konsep, prosedur-prosedur dan keterampilan-keterampilan; 
(c) kecakapan melakukan analisis dan beralasan secara matematis; 
(d) kecakapan menggunakan bahasa matematika untuk mengkomunikasikan 
ide-ide; dan 
(e) kecakapan menerapkan pengetahuan matematika 
untuk memecahkan masalah-masalah dalam berbagai konteks dan disiplin 
ilmu (NCTM, 1989 dalam Perissini dan Webb, 1999). Penalaran Matematika 
yang mencakup kemampuan untuk berpikir secara logis dan sistematis 
merupakan ranah kognitif matematik yang paling tinggi. Sumarno (2002) 
memberikan indikator kemampuan yang termasuk pada kemampuan penalaran 
matematika, yaitu sebagai berikut: 
 Membuat analogi dan generalisi 
 Memberikan penjelasan dengan menggunakan model 
 Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematika
10 
 Menyusun dan menguji konjektur 
 Memeriksa validitas argumen 
 Menyusun pembuktian langsung 
 Menyusun pembuktian tidak langsung 
 Memberikan contoh penyangkal 
 Mengikuti aturan enferensi 
Menurut kami indikator diatas sangat membantu untuk meningkatkan kemampuan 
penalaran peserta didik karena memilki alur yang membantu guru dalam 
menyusun strategi belajar unutk siswa. 
Di bawah ini akan diberikan contoh masalah dalam matematika yang 
menuntut kemampuan penalaran matematika. 
B. Masalah-Masalah Penalaran Matematika 
a. Membuat Analogi 
Contoh : Tentukan nilai dari 
A = 
1 
x x x x 
1 
2009 2010 
... 
1 
3 4 
1 
2 3 
1 2 
    
Jawab: 
Suku ke-k dari deret itu adalah 
1 
k k 
) 1 ( 
Sekarang perhatikan bahwa : 
1 
1 1 
1 
( 1) 
 
  
k k  k k 
Dengan demilian nilai A adalah : 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
1 
1 
1 
1 
1 
1 
1 
1 
1 
1 
A =  
 
   
 
 
 
    
 
 
 
   
 
 
 
   
 
 
 
 
 
 
2010 
2009 
2009 
2008 
... 
4 
3 
3 
2 
2 
1 
= 
2009 
2010 
1 
1  
2010 
b. Menyusun dan Menguji Konjektur 
Proses Induktif : 
A = 1 dan B = 15 maka AB + 1 = 16 = 42 
A =11 dan B = 105 maka AB + 1= 1156 = 342
11 
A =111 dan B = 1005 maka AB + 1 = 111556 = 3342 
Konjektur : 
A =  
11 . . .1 dan B =    
2008 angka 
50. . . 001 
2009angka 
AB + 1 =   
33 
. . . 43   2007angka 
c. Menyusun dan Menguji Konjektur 
Contoh : 
Misalkan A =  
11 . . .1 dan B =    
2008 angka 
50. . . 001 
2009angka 
Perlihatkan bahwa AB + 1 merupakan bilangan bentuk kuadrat 
Jawab : 
Proses Induktif : 
A = 1 dan B = 15 maka AB + 1 = 16 = 42 
A =11 dan B = 105 maka AB + 1= 1156 = 342 
A =111 dan B = 1005 maka AB + 1 = 111556 = 3342 
Konjektur : 
A =  
1. . . 11 dan B =  
2008 angka 
1 0 0 . . . 0 5 
2009angka 
AB + 1 =  3 3 . . .  3  
4 
2007angka 
Bukti konjektur 
Perhatikan kasus A = 111 dan B = 1005 maka AB + 1 = 111556 = 3342 
3342 = (333 + 1)2 
= [3(111) + 1]2 
= 111 [9(111) + 6] + 1 
= 111 . 1005 + 1 
= AB + 1 
Dengan proses mundur dengan mudah dapat ditunjukkan masalah itu. 
AB + 1 = 11 . .  
.1 x  
2008 angka 
1 0 0 . . . 0 5 + 1 
2009 angka
12 
=  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
11 . . .1 9 11. . .1 6 1 
2008 angka 
2008 
 
 
 
 
 
 
 
 
angka 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  
= 9 11 . . .1 6 11. . .1 1 
2008 
2 
2008 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
angka angka 
= 
2 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
3 11. . .1 1 
2008 
 
 
 
 
 
 
 
angka 
=   
33 
. . . 43   2008angka 
Masalah : Susun suatu konjektur untuk menunjukkan bahwa bilangan 
1. . . 1152. . . 22 
 
angka 2 007 
   
2008 
angka 
merupakan bentuk kuadrat 
d. Memberi Penjelasan dengan Menggunakan Model 
Contoh: 
Panjang jalan tol Bogor – Jakarta 60 km. Pada pukul 12.00 mobil A 
berangkat daripintu tol Bogor menuju Jakarta dengan kecepatan rata-rata 80 
km/jam. Pada saat yang sama mobil B berangkat dari pintu tol Jakarta menuju 
Bogor dengan kecepatan rata - rata 70 km/jam. Kedua mobil tersebut akan 
berpapasan pada pukul . . . .
13 
Jawab 
Model dari masalah di atas dapat digambarkan sebagai berikut: 
Bogor 60 km Jakarta 
V0=80 km/jam P 
V0=70 
km/jam 
x (60 – x) km 
Misalkan di titik P mobil A dan mobil B berpapasan, maka 
B 
S 
t  t   
A B V 
B 
A 
A 
S 
V 
x  x 
(60 ) 
70 
  
80 
x  32km 
Sehingga tA = 32/80 = 2/5 jam = 24 menit 
Dengan demikian, mobil A dan mobil B berpapasan pada pukul 12.24 
e. Menggunakan Pola untuk Menganalisis Situasi Matematik 
Contoh: 
Ucok bermain menyusun batang-batang korek api seperti tampak pada 
gambar di bawah ini. Apabila susunan batang korek api yang dibuat Ucok 
dilanjutkan, tentukan banyak batang korek api yang diperlukan untuk membuat 
susunan ke-20.
14 
f. Memeriksa Validitas Argumen 
Contoh 1: Periksa setiap langkah di bawah ini 
Misalkan a = b 
Kalikan dengan a a2 = ab 
Kurangkan dengan b2 a2 – b2 = ab – b2 
Faktorkan (a + b)(a – b) = b(a – b) 
Bagi dengan a – b a + b = b 
Substitusi untuk a 2b = b 
Bagi dengan b 2 = 1 
Contoh 2: Periksa setiap langkah di bawah ini: 
(1)  1 
1 
1  
1 
1 
 
 
1 
1  
1 
1 
 
 
1 1 1 1 
1 = -1 
g. Melakukan Pembuktian Secara Langsung 
Contoh : Misalkan a bilangan ganjil. Tunjukkan bahwa a2 bilangan ganjil. 
Bukti: 
a bilangan ganjil  a = 2k + 1 , k bilangan bulat 
a2 = (2k + 1)2 = 4k2 + 4k + 1 = 2(2k2 + k) + 1 
Dengan demikian, a2 = 2p dengan p = 2k2 + k 
Ini artinya, a2 merupakan bilangan ganjil. 
Masalah : Perhatikan persegi di bawah ini:
S 
P R 
Q 
a 
 2 , a dan b bilangan bulat yang tidak memiliki faktor persekutuan. Dengan 
15 
1 cm 
1 cm 
1 cm 3 cm 
Tunjukkan bahwa segiempat PQRS merupakan persegi, kemudian tentukan luas 
daerahnya. 
h. Melakukan Pembuktian Tidak Langsung 
Contoh : Buktikan bahwa 2 merupakan bilangan rasional 
Bukti 
Andaikan 2 meruapakan bilangan raisonal, maka 2 dapat dituliskan dengan 
b 
2 
a 
demikian, 2 a 2 2b 2 a 
2 
    bilangan genap a bilangan genap . 
2 
b 
Misalkan a = 2p dengan p bilangan bulat. Maka a2 = (2p)2 = 4p2 4p2 = 2b2  b2 
= 2p2  b bilangan genap Dengan demikian, a dan b merupakan bilangan genap. 
Ini menunjukkan bahwa a dan b memiliki faktor persekutuan 2. Hal ini 
kontradiksi dengan asumsi awal. Jadi, 2 bukan bilangan rasional. 
C. Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif 
Penalaran dalam matematika terbagi dua yaitu penalaran induktif dan 
penalaran deduktif. Dalam belajar matematika memerlukan penalaran induktif 
dan deduktif. Penalaran induktif digunakan bila dari kebenaran suatu kasus 
khusus kemudian disimpulkan kebenaran untuk semua kasus. Penalaran
deduktif digunakan berdasarkan konsistensi pikiran dan konsistensi logika yang 
digunakan. Jika premis-premis dalam suatu silogisme benar dan bentuknya 
(format penyusunannya) benar, maka kesimpulannya benar. Proses penarikan 
kesimpulan seperti ini dinamakan deduktif atau sering disebut penalaran deduktif. 
16 
1. Penalaran induktif 
Penalaran induktif menurut Shurter dan Pierce (dalam Shofiah, 2007 : 14) 
penalaran induktif adalah cara menarik kesimpulan yang bersifat umum dari 
kasus-kasus yang bersifat khusus. Lalu menurut Suriasumantri (dalam Shofiah, 
2007 :15) penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang berupa penarikan 
kesimpulan yang umum atau dasar pengetahuan tentang hal-hal yang khusus. 
Artinya,dari fakta-fakta yang ada dapat ditarik suatu kesimpulan. Menurut kami 
Kesimpulan umum yang diperoleh melalui suatu penalaran induktif ini bukan 
merupakan bukti. Hal tersebut dikarenakan aturan umum yang diperoleh dari 
pemeriksaan beberapa contoh khusus yang benar, belum tentu berlaku untuk 
semua kasus. Aspek dari penalaran induktif adalah analogi dan generalisasi. 
Menurut Jacob (dalam Shofiah, 2007 :15), hal ini berdasarkan bahwa penalaran 
induktif terbagi menjadi dua macam, yaitu generalisasi dan analogi. 
 Analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. 
Analogi dapat juga dikatakan sebagai proses membandingkan dari dua hal 
yang berlainan berdasarkan kesamaannya, kemudian berdasarkan 
kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan. 
 Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau 
sebagian besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri – ciri 
esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi 
dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain. 
Contoh penalaran induktif 
Premis 1 : Kuda Sumba punya sebuah jantung 
Premis 2 : Kuda Australia punya sebuah jantung
17 
Premis 3 : Kuda Amerika punya sebuah jantung 
Premis 4 : Kuda Inggris punya sebuah jantung 
Konklusi : Setiap kuda punya sebuah jantung 
Contoh lain penalaran induktif tunjukkan bahwa jumlah besar sudut-sudut 
segitiga adalah 180o. Jika penyelesaiaannya secara penalaran induktif, maka 
caranya sebagai berikut 
Siswa diminta untuk: 
 membuat model segitiga sembarang dari kertas, 
 menggunting sudut-sudut segitiga tersebut, 
 menghimpitkan potongan sudut-sudut yang telah dipotong 
Dari setiap siswa yang melakukan dengan benar kegiatan tersebut akan 
mendapatkan hasil yang sama yaitu ketiga sudut segitiga tersebut jika dihimpitkan 
akan membentuk satu garis lurus yang menurut pengetahuan yang sudah dipelajari 
sebelumnya bahwa besarnya 1800. Kasus tersebut dapat digambarkan dalam 
bentuk diagram sebagai berikut: 
Jumlah besar sudut segitiga ke-1 = 1800 
Jumlah besar sudut segitiga ke-2 = 1800 
Jumlah besar sudut segitiga ke-3 = 1800 
Jumlah besar sudut segitiga ke-n = 1800 
Jadi, jumlah besar 
sudut setiap 
segitiga adalah 
1800
Pernyataan bahwa jumlah besar sudut setiap segitiga adalah 180o 
tersebut terkategorikan bernilai benar, karena tidak ada satupun segitiga yang 
jumlah besar sudut-sudutnya bukan 180o. 
18 
2. Penalaran deduktif 
Penalaran deduktif Menurut Shurter dan Pierce (dalam Shofiah, 2007 : 
14) Penalaran deduktif adalah cara menarik kesimpulan khusus dari hal-hal yang 
bersifat umum. Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik 
kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta 
yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Menurut kami 
Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal 
umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses 
pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil atau 
hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit. Contoh : Masyarakat Indonesia 
konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan 
(khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang 
menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status 
social. 
Contoh lain penalaran deduktif 
Pernyataan generalisasi: 
Pernyataan khusus: 
Kesimpulan:
Cara lain untuk membuktikan bahwa jumlah besar sudut-sudut suatu 
segitiga secara deduktif yakni dengan melibatkan teori atau rumus matematika 
lainnya yang sebelumnya sudah dibuktikan kebenarannya secara deduktif juga, 
yaitu: “Jika dua garis sejajar dipotong garis lain, maka sudut-sudut dalam 
bersebrangan adalah sama,”, seperti yang ditunjukkan gambar berikut 
Pada gambar di atas ∠A1 = ∠B2 dan ∠A2 = ∠B1 karena garis m dan n 
merupakan dua garis sejajar dan dipotong garis ketiga, sehingga sudut-sudut 
dalam berseberangan akan sama besar, yaitu ∠A1 = ∠B2 dan ∠A2 = ∠B1. 
Perhatikan ABC di bawah ini, dimana melalui titik C telah dibuat garis m yang 
sejajar dengan garis n, sehingga sudut-sudut dalam berseberangan akan sama 
besar, yaitu ∠A1 = ∠C1 dan ∠B3 = ∠C3 
19 
n 
m 
A 
1 2 
1 2 
B 
k 
p q 
1 
2 
B 
C 
1 3 
A 
3 
m 
n 
Dengan demikian berdasarkan gambar di samping, 
∠A1 = ∠C1 
∠B3 = ∠C3 
∠C2 = ∠C2 
∠A1+∠B3+∠C2 = ∠C1+∠C3+∠C2 
Karena ∠C1+∠C3+∠C2 = 1800, maka: 
∠A1+∠B3+∠C2 = ∠A+∠B+∠C = 1800 
Contoh di atas menunjukkan bahwa pada penalaran deduktif, suatu rumus, 
teorema, atau dalil tentang jumlah besar sudut-sudut suatu segitiga adalah 1800, 
telah dibuktikan dengan menggunakan teori atau rumus sebelumnya yang sudah 
dibuktikan kebenarannya secara deduktif juga. Sedangkan teori maupun rumus 
matematika yang digunakan sebagai dasar pembuktian tersebut telah dibuktikan
berdasarkan teori maupun rumus matematika sebelumnya lagi. Begitu seterusnya. 
Disamping itu, pembuktian tentang jumlah besar sudut-sudut suatu segitiga adalah 
180o telah melibatkan atau menggunakan definisi yang sudah ditetapkan 
sebelumnya, seperti pengertian sudut lurus besarnya 180o. prosesnya dapat 
digambarkan dengan diagram berikut: 
20 
Jumlah besar sudut suatu segitiga 
adalah 180o 
Pengertian lain 
Sudut lurus besarnya 180o 
Pengertian atau definisi 
Pengertian atau definisi lainnya 
Jika dua garis sejajar dipotong garis 
lain maka sudut-sudut dalam 
bersebrangan sama besar 
Dalil atau teorema lainnya 
Dalil atau teorema lainnya lagi 
Beberapa cara pembuktian deduktif dapat dikemukakan sebagai berikut: 
1. Pembuktian langsung 
a. Aturan dasar (p q) ^ q q disebut modus ponendo ponens 
merupakan tautology atau ditulis 
Hipotesis (1) p q 
Hipotesis (2) p 
Kesimpulan q 
Misalnnya, telah diketahui bahwa segitiga sama kaki, maka kedua sudut 
alasnya kongruen. Bila diketahui pula bahwa segitiga itu samakaki, maka dapat 
disimpulkan bahwa kedua sudut alasnya kongruen. 
Penjelasan logikannya sebagai berikut. 
Pengertian pangkal 
Aksioma
Suatu teorema menyatakan “Jika suatu segitiga itu sama kaki (p) maka 
kedua sudut alasnya kongruen (q). 
Simbol logikanya 
Hipotesis (1) p q sebagai teorema 
21 
Hipotesis (2) p sebagai diketahui 
Kesimpulan q yang menyatakan bahwa kedua sudut alasnya segitiga samakaki 
kongruen. 
b. Implikasi transitif (p q) ^ (p r) merupakan tautology atau ditulis: 
Hipotesis (1) p q 
Hipotesis (2) q r 
Misalnya dibuktikan bahwa di dalam himpunan bilangan cacah, 
kuadrat bilangan ganjil adalah ganjil 
Simbol logikannya: untuk x {푏푖푙푎푛푔푎푛 푐푎푐푎ℎ}, (∀푥) (푥 푔푎푛푗푖푙 x2 
ganjil). Proses pembuktiannya adalah sebagai berikut: 
Hipotesis (1): x ganjil ada n bilangan cacah sehingga 
x = 2n + 1 
Hipotesis (2) x = 2n +1 x2 = (2n+1)2 
= 2(2n2+ 2n) + 1 adalah ganjil 
Kesimpulan: x ganjil x2 ganjil 
2. Pembuktian tidak langsung 
a. Ada kalanya kita sulit membuktikan p q secara langsung. Dalam 
keadaan demikian kita dapat membuktikan kontra positifnya, yaitu 
membutikan kontra positifnya, yaitu membuktikan kebenaran –q -p 
sebab kedua pernyataan tersebut ekuivalen atau (p q) (-q -p) 
merupakan tautology
Misalnya, harus membuktikan proposisi berikut. Jika hasil kali dua 
bilangan asla a dan b ganjil (p), maka kedua bilangan tersebut ganjil 
(q) yang disimbolkan p q 
Untuk membuktikan proposisi tersebut, kita dapat membuktikan kontra 
positifnya yang berbunyi “Jika bilangan asli a dan b kedua-duannya 
tidak ganjil (-q) maka a.b tidak ganjil (-p) yang disimbolkan (-q -p). 
Andaikata salah satu dari a atau b tidak ganjil (yang berarti genap), n 
bilangan asli. 
a = 2n a.b = (2n)b 
22 
= 2(nb) genap (tidak ganjil) 
Pembuktian dengan kontra postitif ini juga dapat diubah menjadi (p 
q) ^ -q -p merupakan tautologi yang disebut modus tollendo tollens. 
b. Bila kita ingin membuktikan proposisi p, maka kita pandang negasinya 
p ialah -p. kita harus membuktikan, dengan –p terjadi kontradiksi, 
misalnya q ^ -q salah maka pemisalan –p menjadi salah. Dengan 
demikian –(-p) menjadi benar atau karena –(-p) p maka p benar. 
Dengan perkataan lain, kita tunjukkan bahwa –(-q^-p) -(-q) suatu 
tautologi. 
D. Rubrik dan soal penalaran matematika 
MENGERTI 
Bukti menunjukkan siswa pada dasarnya 
memiliki konsep atau ide yang ditargetkan. 
BELUM MENGERTI 
Siswa menunjukkan kesalahan besar, konsep 
atau prosedur yang salah atau kegagalan 
menangani tugas. 
4 
Bagus: 
Pencapaian Penuh 
3 
Pandai: 
Pencapaian Pokok 
2 
Kecil: 
Pencapaian Sebagian 
1 
Tak Memuaskan: 
Pencapaian sedikit 
Siswa menunjukkan 
penalaran yang 
lengkap untuk 
mendukung aturan 
tertentu untuk kedua 
situasi. 
Siswa menunjukkan 
penalaran yang 
memadai untuk 
mendukung 
setidaknya satu aturan 
atau siswa mampu 
memberikan 
penalaran yang 
lengkap untuk 
mendukung peraturan 
Siswa menunjukkan 
penalaran tentang 
aturan-aturan melalui 
kata-kata atau 
instrumen tetapi 
alasan lemah - tes 
yang tidak memadai 
berbagai situasi dan 
siswa hanya memiliki 
satu atau dua aturan 
Siswa menunjukkan 
penalaran tentang 
aturan-aturan melalui 
kata-kata atau 
instrumen tetapi 
alasannya rusak - itu 
menggunakan logika 
yang salah atau 
pernyataan tidak 
masuk akal dalam
23 
tertentu untuk kedua 
situasi. 
khusus dan tidak 
menunjukkan kedua 
situasi. 
konteks masalah atau 
alasan hanya siswa 
melalui salah satu 
aturan tertentu. 
Contoh Butir Soal Penalaran Matematika 
Soal 1 
Tentukan turunan fungsi dari f(x) = x2 + 5x – 6. 
Ada dua cara penyelesaian siswa, yaitu dengan menggunakan konsep limit yang 
dihafalkan atau menggunakan rumus turunan. Jika siswa menggunakan 
konsep limit, ia mengingat rumus turunan fungsi, 
f(x) = lim 
ℎ→0 
푓(푥+ℎ)−푓 (푥) 
ℎ 
jika siswa menggunakan rumus turunan fungsi pangkat untuk n bilangan real, 
ia mengingat: Jika f(x) = axn, dengan: 
a = konstantan real tidak nol, dan 
n = bilangan real. 
Maka, turunan fungsi f(x), adalah: f’(x) = anxn-1 
hasil dari kedua cara penyelesaian diatas adalah f’(x) = 2x+5. 
Soal 2 
Diketahui suku banyak f(x) = x4 + 3x3 – px2 + (p + 2)x + 3 dibagi dengan (x + 2) 
mengahasilkan sisa 15. Hitunglah nilai p ? 
Untuk menjawab soal tersebut siswa harus memahami algoritma teorema sisa. 
Menurut teorema sisa dikatakan bahwa “jika suku banyak f(x) berderajat n dibagi 
dengan (x – k) maka sisanya ditentukan oleh S = f(k).” Selanjutnya siswa 
dapat menghubungkan nilai konstanta 15 dengan variable p yang dinyatakan. 
Penyelesaian dari soal diatas adalah sebagai 
berikut:
f(x) = x4 + 3x3 – px2 + (p + 2)x + 3 dibagi dengan (x + 2) maka sisanya 
adalah 15. 
S = f(1 –2) = (-2)4+3(-2)3-p(-2)+(p+2)(-2)+3 = -6p-9, karena sisanya sama 
24 
dengan 15, maka –6p – 9 = 15, sehingga diperoleh p = –4. 
Soal 3 
Suatu daerah berbentuk persegi panjang. Di tengah area terdapat kolam 
renang berbentuk persegi panjang dengan luas 180 m2. Selisih panjang dan 
lebar kolam adalah 3 m dan lebar jalan disekeliling kolam adalah 4 m. Tentukan 
luas jalan itu! Untuk menyelesaikan soal tentang aplikasi persamaan kuadrat 
dalam konteks kolam renang dan jalan sebagaimana diminta dalam soal, 
siswa memerlukan pemahaman konsep luas persegi panjang yang dikaitkan 
dengan konsep persamaan kuadrat. Siswa diharapkan mampu memisalkan 
panjang dan lebar kolam dengan menggunakan variabel tertentu, misalnya 
panjang kolam dengan variabel x dan lebar kolam dengan variabel y, juga 
memisalkan panjang area dengan variabel p dan lebar area dengan 
variabel l, kemudian siswa dapat menghubungkan variabel x dan p serta 
menghubungkan variabel y dan l, serta menghubungkan keempat variabel 
tersebut untuk menentukan luas jalan yang ditanyakan. Hubungan variabel-variabel 
tersebut adalah : 
x.y = 180 ……….(1) 
x – y = 3, atau x = y + 3 ………(2) 
siswa dapat mensubstitusikan pers. (2) ke pers. (1) sehingga terbentuk: 
(y + 3)y = 180 atau y2 + 3y – 180 = 0 → (y + 15)(y – 12) = 0 
Nilai y yang memenuhi adalah 12, sehingga x = 15. 
Selanjutnya nilai y dan x disubstitusikan pada hubungan p = (x + 4) dan
25 
l = y + 4 sehingga diperoleh p = 19 dan l = 16 
Luas Jalan adalah = pl – xy = (19)(16) – (180) = 124 m2 
Soal 4 
Sebuah bilangan berupa pecahan, jika pembilangnya ditambah 2, maka nilai 
pecahan itu menjadi dan jika penyebutnya dikurangi 5, maka nilai pecahan 
itu menjadi . Tentukan jumlah nilai pembilang dan penyebut bilangan pecahan 
tersebut! 
Penyelesaian soal dapat dilakukan siswa dengan cara : 
1. Memisalkan bilangan pecahan tersebut dengan 푥 
푦 
Jika pembilang ditambah 2 dan nilainya menjadi 1 
4 
, dapat ditulis 푥+2 
푦 
= 1 
4 
diperoleh 
4x – y + 8 = 0 atau y = 4x + 8 ……….(1) 
Jika penyebutnya ditambah 5 maka nilai pecahan tersebut menjadi 1 
5 
, sehingga 
dapat dinyatakan 푥 
푦− 5 
= 1 
5 
, diperoleh 5x – y +5 = 0 .........(2). 
2. Substitusi pers. (1) ke pers. (2) atau dengan cara eliminasi, maka diperoleh x 
= 3 ; y = 20. 
Maka diperoleh hasil penjumlahan pembilang dan penyebut adalah x + y =23. 
Soal 5 
Tinjau persamaan kuadrat yang berbentuk x2 + bx + c = 0. Berapa 
banyakkah persamaan demikian yang memiliki akar-akar real jika koefisien b 
dan c hanya boleh dipilih dari himpunan {1, 2, 3, 4, 5, 6}. 
Supaya system persamaan x2 + bx + c = 0 memiliki akar-akar real, 
diskriminannya haruslah tidak negative. Dengan demikian, b2 – 4ac ≥ 0. Karena 
a = 1 maka, b2 – 4c ≥0 . Kita cacah bilangan-bilangan b dan c dalam 
himpunan {1, 2, 3, 4, 5, 6} yang memenuhi hubungan tersebut. 
Untuk c = 1 haruslah b2 ≥ 4, sehingga b salah satu dari 2, 3, 4, 5, atau 6. 
Untuk c = 2, nilai b adalah 3, 4, 5, atau 6. 
Untuk nilai c = 3 dan c = 4, nilai b salah satu dari 4, 5, atau 6. 
Untuk c = 5 dan 6, nilai b 5 atau 6. Jadi, banyaknya persamaan yang 
memenuhi persyaratan yang diberikan adalah 5 + 4 + 3 + 3 + 2 + 2 = 19.
26 
BAB III 
KESIMPULAN 
1. Penalaran adalah suatu proses berfikir untuk mengambil suatu kesimpulan 
berdasarkan pemahaman atau pengetahuan yang telah difahami atau 
diketahui dimana kesimpulan yang diketahui dapat dipertanggung 
jawabkan. 
2. Indikator Penalaran 
a. Membuat analogi dan generalisasi 
b. Memberikan penjelasan dengan menggunakan model 
c. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi 
matematika 
d. Menyusun dan menguji konjektur 
e. Memeriksa validitas argumen 
f. Menyusun pembuktian langsung 
g. Menyusun pembuktian tidak langsung 
h. Memberikan contoh penyangkal 
i. Mengikuti aturan enferensi 
3. Jenis Penalaran 
a. Penalaran deduktif merupakan penalaran yang berlangsung dari hal-hal 
yang umum (generalisasi) ke hal-hal yang khusus 
b. Penalaran Indutif merupakan penalaran yang berlangsung dari hal-hal 
yang Khusus ke hal-hal yang umum
27 
DAFTAR PUSTAKA 
Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Matematika. 
Fajar. Shadiq. 2004, Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi, 
Widyaiswara PPPG Matematika Yogyakarta 
Http/radar.ee.itb.ac.id/suksmono/lectures/el 2009/ppt/penalaran matematika/pdf 
Http/file.upi.edu/D/FMIPA/Jur/Pend. Matematia/kusnaidi/Penalaran Matematika 
smp/pdf 
Http/educ2. Hku.ak/download 15 oktober 2010 
Lither.k.2000. Mathematical Reasoning in task solving/educational studies in 
mathematics 41 : 165- 190. 2000. Netherland: kluwer Academic Publisher.  
Marsigit, 2006. Matematika SMP Kelas VII. Jakarta: Yudistira. 
Nurahman, Iman.. (2011). “Pembelajaran Kooperatif Tipe Team-Accelerated 
Instruction (TAI) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi 
Matematika Siswa SMP”. Pasundan Journal of Mathematics Education Jurnal. 1, 
(1), 96-130. 
Shofiah,S.M. (2007). Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan 
Konstruktivisme dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif 
Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: Tidak 
Diterbitkan. 
Suherman, Erman, dkk (2001). Strategi Pembelajran Matematika Kontemporer. 
Bandung : JICA - UPI

More Related Content

What's hot

Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikap
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikapTeknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikap
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikapAchmad Anang Aswanto
 
Modul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polyaModul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polyaCha Aisyah
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran Make a Match
Rencana pelaksanaan pembelajaran Make a MatchRencana pelaksanaan pembelajaran Make a Match
Rencana pelaksanaan pembelajaran Make a MatchUniversitas Negeri Medan
 
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1Alfan Fazan Jr.
 
Aliran-Aliran Filsafat Matematika
Aliran-Aliran Filsafat MatematikaAliran-Aliran Filsafat Matematika
Aliran-Aliran Filsafat MatematikaNailul Hasibuan
 
Geometri datar dra. kusni- m.si
Geometri datar   dra. kusni- m.siGeometri datar   dra. kusni- m.si
Geometri datar dra. kusni- m.siKiki Ni
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Arvina Frida Karela
 
Rumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajarRumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajarAdelaide Australia
 
Slide seminar proposal Matematika
Slide seminar proposal MatematikaSlide seminar proposal Matematika
Slide seminar proposal MatematikaNnoffie Khaa
 
Mean, Median dan Modus (PPT)
Mean, Median dan Modus (PPT)Mean, Median dan Modus (PPT)
Mean, Median dan Modus (PPT)Sherly Oktaviani
 
Modul Asesmen Awal Matematika SMP/MTs Kelas VIII
Modul Asesmen Awal Matematika SMP/MTs Kelas VIIIModul Asesmen Awal Matematika SMP/MTs Kelas VIII
Modul Asesmen Awal Matematika SMP/MTs Kelas VIIIIWAN SUKMA NURICHT
 
Penilaian ranah afektif
Penilaian ranah afektifPenilaian ranah afektif
Penilaian ranah afektifEdi Candra
 
Pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematika
Pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematikaPendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematika
Pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematikayudith tae
 
Analisis KD indikator 3.1- 4.4 Matematika kelas 7 SMP
Analisis KD indikator 3.1- 4.4 Matematika kelas 7 SMPAnalisis KD indikator 3.1- 4.4 Matematika kelas 7 SMP
Analisis KD indikator 3.1- 4.4 Matematika kelas 7 SMPRahma Tika
 
Lembar wawancara siswa
Lembar wawancara siswaLembar wawancara siswa
Lembar wawancara siswaAna Fitriana
 
PPT TEOREMA PYTHAGORAS KELAS 8 SMP
PPT TEOREMA PYTHAGORAS KELAS 8 SMPPPT TEOREMA PYTHAGORAS KELAS 8 SMP
PPT TEOREMA PYTHAGORAS KELAS 8 SMPBinti Wulandari
 
8.3.8 instrumen penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan lingkaran (ren...
8.3.8 instrumen penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan lingkaran (ren...8.3.8 instrumen penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan lingkaran (ren...
8.3.8 instrumen penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan lingkaran (ren...reno sutriono
 
Teori Belajar Polya
Teori Belajar PolyaTeori Belajar Polya
Teori Belajar PolyaMia Ervina
 

What's hot (20)

Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensi
 
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikap
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikapTeknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikap
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikap
 
Modul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polyaModul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polya
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran Make a Match
Rencana pelaksanaan pembelajaran Make a MatchRencana pelaksanaan pembelajaran Make a Match
Rencana pelaksanaan pembelajaran Make a Match
 
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
 
Peluang ppt
Peluang pptPeluang ppt
Peluang ppt
 
Aliran-Aliran Filsafat Matematika
Aliran-Aliran Filsafat MatematikaAliran-Aliran Filsafat Matematika
Aliran-Aliran Filsafat Matematika
 
Geometri datar dra. kusni- m.si
Geometri datar   dra. kusni- m.siGeometri datar   dra. kusni- m.si
Geometri datar dra. kusni- m.si
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
 
Rumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajarRumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajar
 
Slide seminar proposal Matematika
Slide seminar proposal MatematikaSlide seminar proposal Matematika
Slide seminar proposal Matematika
 
Mean, Median dan Modus (PPT)
Mean, Median dan Modus (PPT)Mean, Median dan Modus (PPT)
Mean, Median dan Modus (PPT)
 
Modul Asesmen Awal Matematika SMP/MTs Kelas VIII
Modul Asesmen Awal Matematika SMP/MTs Kelas VIIIModul Asesmen Awal Matematika SMP/MTs Kelas VIII
Modul Asesmen Awal Matematika SMP/MTs Kelas VIII
 
Penilaian ranah afektif
Penilaian ranah afektifPenilaian ranah afektif
Penilaian ranah afektif
 
Pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematika
Pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematikaPendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematika
Pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematika
 
Analisis KD indikator 3.1- 4.4 Matematika kelas 7 SMP
Analisis KD indikator 3.1- 4.4 Matematika kelas 7 SMPAnalisis KD indikator 3.1- 4.4 Matematika kelas 7 SMP
Analisis KD indikator 3.1- 4.4 Matematika kelas 7 SMP
 
Lembar wawancara siswa
Lembar wawancara siswaLembar wawancara siswa
Lembar wawancara siswa
 
PPT TEOREMA PYTHAGORAS KELAS 8 SMP
PPT TEOREMA PYTHAGORAS KELAS 8 SMPPPT TEOREMA PYTHAGORAS KELAS 8 SMP
PPT TEOREMA PYTHAGORAS KELAS 8 SMP
 
8.3.8 instrumen penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan lingkaran (ren...
8.3.8 instrumen penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan lingkaran (ren...8.3.8 instrumen penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan lingkaran (ren...
8.3.8 instrumen penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan lingkaran (ren...
 
Teori Belajar Polya
Teori Belajar PolyaTeori Belajar Polya
Teori Belajar Polya
 

Similar to Penalaran Matematika

Proses berfikir matematis
Proses berfikir matematisProses berfikir matematis
Proses berfikir matematisLukman
 
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...Muhammad Alfiansyah Alfi
 
Kebiasaan bernalar
Kebiasaan bernalarKebiasaan bernalar
Kebiasaan bernalargampangmain
 
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)Lukman
 
Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)
Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)
Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)lusi kurnia
 
Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)
Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)
Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)prayogo07
 
Model pembelajaran matematika realistik indonesia ( pmri) jadi
Model pembelajaran matematika realistik indonesia  ( pmri) jadiModel pembelajaran matematika realistik indonesia  ( pmri) jadi
Model pembelajaran matematika realistik indonesia ( pmri) jadiAl-Zorozerofour Buitenzorg
 
SEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docx
SEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docxSEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docx
SEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docxanapadhawy
 
Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01
Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01
Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01Sang Pencerahan
 
aplikom_UNSRI_3.8 Unsur_Restie Amelia
aplikom_UNSRI_3.8 Unsur_Restie Ameliaaplikom_UNSRI_3.8 Unsur_Restie Amelia
aplikom_UNSRI_3.8 Unsur_Restie AmeliaRestie Amelia
 
Hakikat matematika dan psikologi pembelajaran matematika makalah klmpk1
Hakikat matematika dan psikologi pembelajaran matematika makalah klmpk1Hakikat matematika dan psikologi pembelajaran matematika makalah klmpk1
Hakikat matematika dan psikologi pembelajaran matematika makalah klmpk1Robinson Daeli
 
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjut
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjutKemampuan berpikir matematis tingkat lanjut
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjutLukman
 
Contoh Skenario Pembelajaran
Contoh Skenario PembelajaranContoh Skenario Pembelajaran
Contoh Skenario Pembelajaranmatematikauntirta
 
APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045
APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045 APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045
APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045 Sudrajat16
 
A5e15e3ebcd1aa7403c240be25f253e4 maklah problm-solving
A5e15e3ebcd1aa7403c240be25f253e4 maklah problm-solvingA5e15e3ebcd1aa7403c240be25f253e4 maklah problm-solving
A5e15e3ebcd1aa7403c240be25f253e4 maklah problm-solvingAchmad Abror
 
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...Iwan Pranoto
 

Similar to Penalaran Matematika (20)

Proses berfikir matematis
Proses berfikir matematisProses berfikir matematis
Proses berfikir matematis
 
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
TUJUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN K...
 
Kebiasaan bernalar
Kebiasaan bernalarKebiasaan bernalar
Kebiasaan bernalar
 
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)
Proses berfikfir (asimilasi dan akomodasi)
 
JURNAL IBNU.docx
JURNAL IBNU.docxJURNAL IBNU.docx
JURNAL IBNU.docx
 
2 lewy 14-28
2 lewy 14-282 lewy 14-28
2 lewy 14-28
 
Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)
Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)
Aplikom_UNSRI_3. 8 Unsur dalam Skripsi_Lusi Kurnia(06081181419023)
 
Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)
Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)
Contoh penggunaan-komponen-kognitif-dari-taksonomi-bloom (1)
 
Model pembelajaran matematika realistik indonesia ( pmri) jadi
Model pembelajaran matematika realistik indonesia  ( pmri) jadiModel pembelajaran matematika realistik indonesia  ( pmri) jadi
Model pembelajaran matematika realistik indonesia ( pmri) jadi
 
15. bab ii
15. bab ii15. bab ii
15. bab ii
 
SEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docx
SEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docxSEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docx
SEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docx
 
Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01
Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01
Modelpembelajaranmatematikarealistikindonesiapmrijadi 131021213803-phpapp01
 
aplikom_UNSRI_3.8 Unsur_Restie Amelia
aplikom_UNSRI_3.8 Unsur_Restie Ameliaaplikom_UNSRI_3.8 Unsur_Restie Amelia
aplikom_UNSRI_3.8 Unsur_Restie Amelia
 
Hakikat matematika dan psikologi pembelajaran matematika makalah klmpk1
Hakikat matematika dan psikologi pembelajaran matematika makalah klmpk1Hakikat matematika dan psikologi pembelajaran matematika makalah klmpk1
Hakikat matematika dan psikologi pembelajaran matematika makalah klmpk1
 
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjut
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjutKemampuan berpikir matematis tingkat lanjut
Kemampuan berpikir matematis tingkat lanjut
 
Contoh Skenario Pembelajaran
Contoh Skenario PembelajaranContoh Skenario Pembelajaran
Contoh Skenario Pembelajaran
 
APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045
APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045 APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045
APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA DAYA MATEMATIKA OLEH SUDRAJAT 21309251045
 
Hasratuddin
HasratuddinHasratuddin
Hasratuddin
 
A5e15e3ebcd1aa7403c240be25f253e4 maklah problm-solving
A5e15e3ebcd1aa7403c240be25f253e4 maklah problm-solvingA5e15e3ebcd1aa7403c240be25f253e4 maklah problm-solving
A5e15e3ebcd1aa7403c240be25f253e4 maklah problm-solving
 
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
 

More from Nailul Hasibuan

Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisAplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisNailul Hasibuan
 
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSTUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSNailul Hasibuan
 
Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016Nailul Hasibuan
 
Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaMedia pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaNailul Hasibuan
 
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989Nailul Hasibuan
 
9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century LearningNailul Hasibuan
 
diagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogydiagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogyNailul Hasibuan
 
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususMelakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususNailul Hasibuan
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilNailul Hasibuan
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilNailul Hasibuan
 
Induksi matematika teobil
Induksi matematika teobilInduksi matematika teobil
Induksi matematika teobilNailul Hasibuan
 

More from Nailul Hasibuan (20)

Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisAplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
 
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSTUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
 
Rpkps anvek unrika
Rpkps anvek unrikaRpkps anvek unrika
Rpkps anvek unrika
 
Rpkps evaluasi 2016
Rpkps evaluasi 2016Rpkps evaluasi 2016
Rpkps evaluasi 2016
 
Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016
 
Rpkps trigonometri 2016
Rpkps trigonometri 2016Rpkps trigonometri 2016
Rpkps trigonometri 2016
 
Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaMedia pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematika
 
Kurikulum di singapura
Kurikulum di singapuraKurikulum di singapura
Kurikulum di singapura
 
Kurikulum di USA
Kurikulum di USAKurikulum di USA
Kurikulum di USA
 
Kurikulum di Jepang
Kurikulum di JepangKurikulum di Jepang
Kurikulum di Jepang
 
Kurikulum di belanda
Kurikulum di belandaKurikulum di belanda
Kurikulum di belanda
 
Kurikulum di Australia
Kurikulum di AustraliaKurikulum di Australia
Kurikulum di Australia
 
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
 
9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning
 
diagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogydiagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogy
 
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususMelakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
 
Kekongruenan teobil
Kekongruenan teobilKekongruenan teobil
Kekongruenan teobil
 
Induksi matematika teobil
Induksi matematika teobilInduksi matematika teobil
Induksi matematika teobil
 

Recently uploaded

PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptPPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptBennyKurniawan42
 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfSBMNessyaPutriPaulan
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaruSilvanaAyu
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docNurulAiniFirdasari1
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxjohan effendi
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
Kualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptx
Kualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptxKualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptx
Kualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptxSelviPanggua1
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Abdiera
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfHeriyantoHeriyanto44
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfwaktinisayunw93
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxdonny761155
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimNodd Nittong
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfAgungNugroho932694
 
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxUlyaSaadah
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 

Recently uploaded (20)

PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptPPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
Kualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptx
Kualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptxKualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptx
Kualifikasi dan Kompetensi Guru Profesi Kependidikan .pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
 
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 

Penalaran Matematika

  • 1. 1 Tugas Mata Kuliah : Arah kecendrungan dan Isu Dalam Matematika Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd r easoning (penalar an) makalah oleh: kelompok II 1. Ahmad Rahmatika 2. Anni H.M Sitanggang 3. Febri Ronald Marpaung 4. Jasinta Tasleky 5. Nurcahaya Hutasoit PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2014
  • 2. 2 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................1 B. Rumusan Masalah ..........................................................................2 C. Tujuan Penulisan .............................................................................3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Penalaran Matematika ...................................................4 B. Masalah-maslaah Penalaran Matematika ........................................9 C. Penalaran Induktif dan Deduktif ...................................................14 D. Rubrik dan Soal Penalaran Matematika .........................................21 BAB III KESIMPULAN .................................................................................24 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................25
  • 3. 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas jika dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Karena itu kegiatan belajar dan mengajar matematika seyogyanya tidak disamakan begitu saja dengan ilmu yang lain, karena peserta didik yang belajar matematika itupun berbeda-beda pula kemampuannya, maka kegiatan belajar mengajar haruslah diatur sekaligus memperhatikan kemampuan yang belajar. Pelajaran matematika diberikan di setiap jenjang pendidikan dengan bobot yang kuat, menunjukkan bahwa matematika adalah salah satu pelajaran yang mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam kondisi tersebut, seharusnya hasil belajar matematika peserta didik menunjukkan hasil yang cukup baik, akan tetapi hal tersebut sangat bertolak belakang dengan keadaan yang terjadi di lapangan. Ada banyak faktor yang mengakibatkan hasil belajar peserta didik rendah, diantaranya perilaku-perilaku negatif siswa dalam belajar matematika yang memungkinkan siswa tidak bergairah dalam belajar matematika. Kegiatan pembelajaran di sekolah biasanya hanya menekankan pada transformasi informasi faktual, guru cenderung menuliskan definisi atau teorema beserta buktinya di papan tulis dilanjutkan contoh penerapan teorema tersebut dalam penyelesaian soal, siswa mencatat apa yang dijelaskan guru dan contoh penyelesaian soal yang ditulis. Selain itu, guru menuliskan soal-soal di papan tulis dan siswa diminta mengerjakan, serta guru meminta siswa untuk menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis.
  • 4. Perbaikan hasil pembelajaran matematika perlu dilakukan melalui perbaikan kondisi yang mendukung peningkatan kecerdasan/kemampuan peserta didik, perubahan sikap siswa terhadap matematika serta kemampuan dan kemauan guru dalam mengubah paradigma pendidikan. Tujuan pembelajaran matematika harus dipahami dengan baik oleh guru sebagai agar proses pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan. Menurut Syaban “tujuan yang ingin dicapai pada pembelajaran matematika yaitu (1) kemampuan pemecahan masalah (problem solving); (2) kemampuan berargumentasi (reasonning); (3) Kemampuan berkomunikasi (communication); (4) Kemampuan membuat koneksi (connection) dan (5) Kemampuan representasi (representation)”. 4 B. Rumusan Masalah 1. Apa itu penalaran? 2. Bagaimana cara mengetahui kemampuan penalaran peserta didik? C. Tujuan Penulisan Bertitik tolak dari permasalahan di atas, yang menjadi tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui kemampuan matematika apa saja yang harus dimiliki oleh peserta didik di masa sekarang dan masa yang akan datang, khususnya kemampuan “ Penalaran Matematika” demi tercapainya tujuan pembelajaran matematika.
  • 5. 5 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Penalaran Matematika Penalaran matematika adalah salah satu proses berfikir yang dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan dimana kesimpulan tersebut merupakan kesimpulan yang sudah valid atau dapat dipertanggung jawabkan (Nurahman:2011). Penalaran matematika merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui dan mengerjakan permasalahan matematika. Fondasi dari matematika adalah penalaran (reasoning). Ross (dalam Lithner, 2000) menyatakan bahwa salah satu tujuan terpenting dari pembelajaran matematika adalah mengajarkan kepada siswa penalaran logika (logical reasoning). Menurut kami logika adalah argumen-argumen, yang mempelajari metode-metode dan prinsip-prinsip untuk menunjukkan keabsahan (sah atau tidaknya) suatu argumen, khususnya yang dikembangkan melalui penggunaan metode-metode matematika dan simbol-simbol matematika dengan tujuan untuk menghindari makna ganda dari bahasa yang biasa kita gunakan sehari-hari. Bila kemampuan bernalar tidak dikembangkan pada siswa, maka bagi siswa matematika hanya akan menjadi materi yang mengikuti serangkaian prosedur dan meniru contoh-contoh tanpa mengetahui maknanya. Banyak penelitian yang dilakukan para psikolog dan pendidik berkaitan dengan penalaran. Penalaran yang mula-mula dikenalkan oleh Aristotles adalah penalaran silogisme yang idenya muncul ketika orang ingin mengetahui “apa yang terjadi dibenak” dalam memecahkan masalah yang memuat logika. Lebih dari 2000 tahun yang lalu Aristotles mengenalkan suatu sistem penalaran atau validasi argumen yang disebut silogisme. Silogisme memuat tiga urutan argumen: sebuah premis utama (a major premise); sebuah premis minor (a minor premise); dan sebuah kesimpulan (a conclusion). Suatu kesimpulan yang dicapai berdasarkan penalaran silogisme dinilai “benar” atau “valid”, jika premis-
  • 6. premisnya merupakan pernyataan yang benar dan disusun dalam bentuk yang benar. Aplikasi penalaran sering ditemukan meskipun tidak secara formal disebut 6 belajar bernalar. Beberapa contohnya adalah:  Untuk menentukan hasil 7 + 8, berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa yaitu 7 + 7 =14,maka siswa diharapkan dapat menyimpulkan bahwa 7 + 8 adalah sama dengan 14 + 1 atau sama dengan 15  Untuk menentukan hasil dari 7 + 8, berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki yaitu 7 + 3 = 10 dan 8 = 3 + 5, para siswa diharapkan dapat menyimpulkan bahwa 7 + 8 adalah sama dengan 7 + 3 + 5 = 10 + 5 = 15  Untuk menentukan hasil dari 6 x 7, berdasar pengetahuan yang sudah dimiliki para siswa yaitu 5 x 7 = 35, maka para siswa diharapkan dapat menyimpulkan 6 x 7 = 35 + 7 = 42  Untuk menentukan hasil dari 998 + 1236, para siswa dapat mengambil 2 dari 1236 untuk ditambahkan ke 998 sehingga menjadi 1000. Dengan demikian, para siswa dapat dilatih untuk menyimpulkan bahwa 998 + 1236 sama nilainya dengan 1000 + 1234 atau sama dengan 2234. Dengan demikian, didapat kesimpulan bahwa 998 + 1236 = 1000 + 1234 = 2234  Jika besar dua sudut pada suatu segitiga adalah 60o dan 100o maka sudut yang ketiga adalah 180o - ( 100o + 60o) = 20o. hal ini didasarkan pada teori matematika yang menyatakan bahwa jumlah besar sudut-sudut suatu segitiga adalah 180o.  Jika (x – 1) (x + 10) = 0 maka x = 1 dan x = -10 Sejalan dengan contoh-contoh diatas, telah terjadi proses penarikan kesimpulan dari beberapa fakta yang telah diketahui siswa, seperti yang dikemukakan oleh (Shadiq, 2004) penalaran (jalan pikiran atau reasoning) merupakan “Proses berfikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan”. Menurut kami proses berfikir dalam penalaran itu selalu dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari guna mendapat kesimpulan yang dapat dipertangggung
  • 7. jawabkan. Sebagai contoh, dari persamaan kuadrat 푥 2 + 9푥 − 10 = 0 yang diketahui, dapat disimpulkan ataupun dibuat pernyataan lain bahwa x = 1 atau x = -10. Dari pengetahuan tentang besar dua sudut suatu segitiga yaitu 60o dan 100o maka dapat disimpulkan ataupun dibuat pernyataan lain bahwa besar sudut ketiga pada segitiga itu adalah 20o. Pada intinya, penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau aktivitas berfikir untuk menarik kesimpulan atau membuat pernyataan baru yang benar berdasarkan pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya. Untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematika siswa, perlu diketahui tingkatan kemampuan berpikir matematika. Shefer dan Foster (1997) mengajukan tiga tingkatan kemampuan berpikir matematika, yaitu tingkatan reproduksi, tingkatan koneksi, dan tingkatan analisis. Masing-masing tingkatan terdiri atas komponen-komponen sebagai indikatornya, yaitu sebagai berikut: 7 Tingkatan I Reproduksi  Mengetahui fakta dasar  Menerapkan algoritma standar  Mengembangkan keterampilan teknis Tingkatan II Koneksi  Mengintegrasikan informasi  Membuat koneksi dalam dan antar domain matematika  Menetapkan rumus yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah  Memecahkan masalah tidak rutin Tingkatan III Analisis  Matematisasi situasi  Melakukan analisis  Melakukan interpretasi  Mengembangkan model dan strategi baru  Mengembangkan argumen matematika  Membuat generalisasi.
  • 8. Menurut kami tingkatan kemampuan matematika di atas dapat digunakan selain untuk mengevaluasi penekanan proses pembelajaran yang selama ini dilakukan, juga menyusun instrumen (soal tes) yang dimaksudkan untuk mengetahui tingkatan kemampuan matematika siswa. Setelah kita dapat mengidentifikan tingkat kemampuan siswa, maka upaya-upaya meningkatkan kemampuan berpikir matematik dapat dilakukan dengan berpedoman pada komponen kemampuan pada tingkatan berikutnya. Depdiknas(2002:6) menyatakan bahwa “ Materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran matematika dan penalaran matematika dipahami melalui belajar matematika “ Menurut kami memang materi itu harus dipahami dengan penalaran matematika akan tetapi tidak semua materi harus dihubungkan dengan penalaran matematika, selanjutnya penalaran matematika dipahami melalui proses belajar memgajar dengan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Pola pikir yang dikembangkan dengan penalaran matematika adalah melibatkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis serta kreatif, kemampuan dan keterampilan bernalar dibutuhkan para siswa ketika mempelajari matematika maupun dalam interaksi pada masyarakat langsung Daya matematika siswa seyogyanya dapat diwujudkan dalam berbagai dimensi supaya mampu memunculkan berbagai metode matematika yang nantinya dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah tidak rutin dan dapat dijadikan panduan dalam menghadapi perubahan kehidupan dalam masyarakat yang bergantung pada kemajuan ilmu, teknologi dan informasi. Penalaran matematika dalam sudut pandang aktivitas dinamik melibatkan keragaman mode berpikir, dan daya matematika dipandang sebagai komponen integral dari berpikir matematika. Khususnya berpikir matematika yang melibatkan keragaman matematika dalam keterampilan berpikir untuk memahami ide-ide, menemukan hubungan antar ide-ide, dan mendukung gambaran atau kesimpulan tentang ide-ide dan hubungan-hubungannya, dan memecahkan masalah-masalah yang melibatkan ide-ide tersebut (O’Daffer dan Thornquist). Penalaran matematika 8
  • 9. memiliki peran yang amat penting dalam proses berpikir seseorang. Penalaran matematika meliputi mengumpulkan bukti-bukti, membuat konjektur-konjektur, menetapkan generalisasi-generalisasi, membangun argumen-argumen, dan menentukan (dan validasi) kesimpulan-kesimpulan logis berdasar ide-ide dan hubungan-hubungannya. Untuk mencapai daya matematika berbagai mode penalaran matematika dilibatkan misalnya induktif (inductive), deduktif (deducttive), bersyarat (conditional), perbandingan (proporsional), grafik (graphical), keruangan (spatial) dan penalaran abstrak (abstract reasoning). Peressini dan Webb (1999) di samping memandang penalaran matematika sebagai konseptualisasi dinamik dari daya matematika (mathematically powerful) siswa, juga memandang penalaran matematika sebagai aktivitas dinamik yang melibatkan keragaman mode berpikir. Daya matematika sebagai suatu integrasi dari berikut ini: 9 (a) suatu kecenderungan positip kepada matematika; (b) pengetahuan dan pemahaman terhadap sifat-sifat matematika, meliputi konsep-konsep, prosedur-prosedur dan keterampilan-keterampilan; (c) kecakapan melakukan analisis dan beralasan secara matematis; (d) kecakapan menggunakan bahasa matematika untuk mengkomunikasikan ide-ide; dan (e) kecakapan menerapkan pengetahuan matematika untuk memecahkan masalah-masalah dalam berbagai konteks dan disiplin ilmu (NCTM, 1989 dalam Perissini dan Webb, 1999). Penalaran Matematika yang mencakup kemampuan untuk berpikir secara logis dan sistematis merupakan ranah kognitif matematik yang paling tinggi. Sumarno (2002) memberikan indikator kemampuan yang termasuk pada kemampuan penalaran matematika, yaitu sebagai berikut:  Membuat analogi dan generalisi  Memberikan penjelasan dengan menggunakan model  Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematika
  • 10. 10  Menyusun dan menguji konjektur  Memeriksa validitas argumen  Menyusun pembuktian langsung  Menyusun pembuktian tidak langsung  Memberikan contoh penyangkal  Mengikuti aturan enferensi Menurut kami indikator diatas sangat membantu untuk meningkatkan kemampuan penalaran peserta didik karena memilki alur yang membantu guru dalam menyusun strategi belajar unutk siswa. Di bawah ini akan diberikan contoh masalah dalam matematika yang menuntut kemampuan penalaran matematika. B. Masalah-Masalah Penalaran Matematika a. Membuat Analogi Contoh : Tentukan nilai dari A = 1 x x x x 1 2009 2010 ... 1 3 4 1 2 3 1 2     Jawab: Suku ke-k dari deret itu adalah 1 k k ) 1 ( Sekarang perhatikan bahwa : 1 1 1 1 ( 1)    k k  k k Dengan demilian nilai A adalah :           1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 A =                               2010 2009 2009 2008 ... 4 3 3 2 2 1 = 2009 2010 1 1  2010 b. Menyusun dan Menguji Konjektur Proses Induktif : A = 1 dan B = 15 maka AB + 1 = 16 = 42 A =11 dan B = 105 maka AB + 1= 1156 = 342
  • 11. 11 A =111 dan B = 1005 maka AB + 1 = 111556 = 3342 Konjektur : A =  11 . . .1 dan B =    2008 angka 50. . . 001 2009angka AB + 1 =   33 . . . 43   2007angka c. Menyusun dan Menguji Konjektur Contoh : Misalkan A =  11 . . .1 dan B =    2008 angka 50. . . 001 2009angka Perlihatkan bahwa AB + 1 merupakan bilangan bentuk kuadrat Jawab : Proses Induktif : A = 1 dan B = 15 maka AB + 1 = 16 = 42 A =11 dan B = 105 maka AB + 1= 1156 = 342 A =111 dan B = 1005 maka AB + 1 = 111556 = 3342 Konjektur : A =  1. . . 11 dan B =  2008 angka 1 0 0 . . . 0 5 2009angka AB + 1 =  3 3 . . .  3  4 2007angka Bukti konjektur Perhatikan kasus A = 111 dan B = 1005 maka AB + 1 = 111556 = 3342 3342 = (333 + 1)2 = [3(111) + 1]2 = 111 [9(111) + 6] + 1 = 111 . 1005 + 1 = AB + 1 Dengan proses mundur dengan mudah dapat ditunjukkan masalah itu. AB + 1 = 11 . .  .1 x  2008 angka 1 0 0 . . . 0 5 + 1 2009 angka
  • 12. 12 =             11 . . .1 9 11. . .1 6 1 2008 angka 2008         angka               = 9 11 . . .1 6 11. . .1 1 2008 2 2008                 angka angka = 2            3 11. . .1 1 2008        angka =   33 . . . 43   2008angka Masalah : Susun suatu konjektur untuk menunjukkan bahwa bilangan 1. . . 1152. . . 22  angka 2 007    2008 angka merupakan bentuk kuadrat d. Memberi Penjelasan dengan Menggunakan Model Contoh: Panjang jalan tol Bogor – Jakarta 60 km. Pada pukul 12.00 mobil A berangkat daripintu tol Bogor menuju Jakarta dengan kecepatan rata-rata 80 km/jam. Pada saat yang sama mobil B berangkat dari pintu tol Jakarta menuju Bogor dengan kecepatan rata - rata 70 km/jam. Kedua mobil tersebut akan berpapasan pada pukul . . . .
  • 13. 13 Jawab Model dari masalah di atas dapat digambarkan sebagai berikut: Bogor 60 km Jakarta V0=80 km/jam P V0=70 km/jam x (60 – x) km Misalkan di titik P mobil A dan mobil B berpapasan, maka B S t  t   A B V B A A S V x  x (60 ) 70   80 x  32km Sehingga tA = 32/80 = 2/5 jam = 24 menit Dengan demikian, mobil A dan mobil B berpapasan pada pukul 12.24 e. Menggunakan Pola untuk Menganalisis Situasi Matematik Contoh: Ucok bermain menyusun batang-batang korek api seperti tampak pada gambar di bawah ini. Apabila susunan batang korek api yang dibuat Ucok dilanjutkan, tentukan banyak batang korek api yang diperlukan untuk membuat susunan ke-20.
  • 14. 14 f. Memeriksa Validitas Argumen Contoh 1: Periksa setiap langkah di bawah ini Misalkan a = b Kalikan dengan a a2 = ab Kurangkan dengan b2 a2 – b2 = ab – b2 Faktorkan (a + b)(a – b) = b(a – b) Bagi dengan a – b a + b = b Substitusi untuk a 2b = b Bagi dengan b 2 = 1 Contoh 2: Periksa setiap langkah di bawah ini: (1)  1 1 1  1 1   1 1  1 1   1 1 1 1 1 = -1 g. Melakukan Pembuktian Secara Langsung Contoh : Misalkan a bilangan ganjil. Tunjukkan bahwa a2 bilangan ganjil. Bukti: a bilangan ganjil  a = 2k + 1 , k bilangan bulat a2 = (2k + 1)2 = 4k2 + 4k + 1 = 2(2k2 + k) + 1 Dengan demikian, a2 = 2p dengan p = 2k2 + k Ini artinya, a2 merupakan bilangan ganjil. Masalah : Perhatikan persegi di bawah ini:
  • 15. S P R Q a  2 , a dan b bilangan bulat yang tidak memiliki faktor persekutuan. Dengan 15 1 cm 1 cm 1 cm 3 cm Tunjukkan bahwa segiempat PQRS merupakan persegi, kemudian tentukan luas daerahnya. h. Melakukan Pembuktian Tidak Langsung Contoh : Buktikan bahwa 2 merupakan bilangan rasional Bukti Andaikan 2 meruapakan bilangan raisonal, maka 2 dapat dituliskan dengan b 2 a demikian, 2 a 2 2b 2 a 2     bilangan genap a bilangan genap . 2 b Misalkan a = 2p dengan p bilangan bulat. Maka a2 = (2p)2 = 4p2 4p2 = 2b2  b2 = 2p2  b bilangan genap Dengan demikian, a dan b merupakan bilangan genap. Ini menunjukkan bahwa a dan b memiliki faktor persekutuan 2. Hal ini kontradiksi dengan asumsi awal. Jadi, 2 bukan bilangan rasional. C. Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif Penalaran dalam matematika terbagi dua yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Dalam belajar matematika memerlukan penalaran induktif dan deduktif. Penalaran induktif digunakan bila dari kebenaran suatu kasus khusus kemudian disimpulkan kebenaran untuk semua kasus. Penalaran
  • 16. deduktif digunakan berdasarkan konsistensi pikiran dan konsistensi logika yang digunakan. Jika premis-premis dalam suatu silogisme benar dan bentuknya (format penyusunannya) benar, maka kesimpulannya benar. Proses penarikan kesimpulan seperti ini dinamakan deduktif atau sering disebut penalaran deduktif. 16 1. Penalaran induktif Penalaran induktif menurut Shurter dan Pierce (dalam Shofiah, 2007 : 14) penalaran induktif adalah cara menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat khusus. Lalu menurut Suriasumantri (dalam Shofiah, 2007 :15) penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang berupa penarikan kesimpulan yang umum atau dasar pengetahuan tentang hal-hal yang khusus. Artinya,dari fakta-fakta yang ada dapat ditarik suatu kesimpulan. Menurut kami Kesimpulan umum yang diperoleh melalui suatu penalaran induktif ini bukan merupakan bukti. Hal tersebut dikarenakan aturan umum yang diperoleh dari pemeriksaan beberapa contoh khusus yang benar, belum tentu berlaku untuk semua kasus. Aspek dari penalaran induktif adalah analogi dan generalisasi. Menurut Jacob (dalam Shofiah, 2007 :15), hal ini berdasarkan bahwa penalaran induktif terbagi menjadi dua macam, yaitu generalisasi dan analogi.  Analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Analogi dapat juga dikatakan sebagai proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya, kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.  Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri – ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain. Contoh penalaran induktif Premis 1 : Kuda Sumba punya sebuah jantung Premis 2 : Kuda Australia punya sebuah jantung
  • 17. 17 Premis 3 : Kuda Amerika punya sebuah jantung Premis 4 : Kuda Inggris punya sebuah jantung Konklusi : Setiap kuda punya sebuah jantung Contoh lain penalaran induktif tunjukkan bahwa jumlah besar sudut-sudut segitiga adalah 180o. Jika penyelesaiaannya secara penalaran induktif, maka caranya sebagai berikut Siswa diminta untuk:  membuat model segitiga sembarang dari kertas,  menggunting sudut-sudut segitiga tersebut,  menghimpitkan potongan sudut-sudut yang telah dipotong Dari setiap siswa yang melakukan dengan benar kegiatan tersebut akan mendapatkan hasil yang sama yaitu ketiga sudut segitiga tersebut jika dihimpitkan akan membentuk satu garis lurus yang menurut pengetahuan yang sudah dipelajari sebelumnya bahwa besarnya 1800. Kasus tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut: Jumlah besar sudut segitiga ke-1 = 1800 Jumlah besar sudut segitiga ke-2 = 1800 Jumlah besar sudut segitiga ke-3 = 1800 Jumlah besar sudut segitiga ke-n = 1800 Jadi, jumlah besar sudut setiap segitiga adalah 1800
  • 18. Pernyataan bahwa jumlah besar sudut setiap segitiga adalah 180o tersebut terkategorikan bernilai benar, karena tidak ada satupun segitiga yang jumlah besar sudut-sudutnya bukan 180o. 18 2. Penalaran deduktif Penalaran deduktif Menurut Shurter dan Pierce (dalam Shofiah, 2007 : 14) Penalaran deduktif adalah cara menarik kesimpulan khusus dari hal-hal yang bersifat umum. Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Menurut kami Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit. Contoh : Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status social. Contoh lain penalaran deduktif Pernyataan generalisasi: Pernyataan khusus: Kesimpulan:
  • 19. Cara lain untuk membuktikan bahwa jumlah besar sudut-sudut suatu segitiga secara deduktif yakni dengan melibatkan teori atau rumus matematika lainnya yang sebelumnya sudah dibuktikan kebenarannya secara deduktif juga, yaitu: “Jika dua garis sejajar dipotong garis lain, maka sudut-sudut dalam bersebrangan adalah sama,”, seperti yang ditunjukkan gambar berikut Pada gambar di atas ∠A1 = ∠B2 dan ∠A2 = ∠B1 karena garis m dan n merupakan dua garis sejajar dan dipotong garis ketiga, sehingga sudut-sudut dalam berseberangan akan sama besar, yaitu ∠A1 = ∠B2 dan ∠A2 = ∠B1. Perhatikan ABC di bawah ini, dimana melalui titik C telah dibuat garis m yang sejajar dengan garis n, sehingga sudut-sudut dalam berseberangan akan sama besar, yaitu ∠A1 = ∠C1 dan ∠B3 = ∠C3 19 n m A 1 2 1 2 B k p q 1 2 B C 1 3 A 3 m n Dengan demikian berdasarkan gambar di samping, ∠A1 = ∠C1 ∠B3 = ∠C3 ∠C2 = ∠C2 ∠A1+∠B3+∠C2 = ∠C1+∠C3+∠C2 Karena ∠C1+∠C3+∠C2 = 1800, maka: ∠A1+∠B3+∠C2 = ∠A+∠B+∠C = 1800 Contoh di atas menunjukkan bahwa pada penalaran deduktif, suatu rumus, teorema, atau dalil tentang jumlah besar sudut-sudut suatu segitiga adalah 1800, telah dibuktikan dengan menggunakan teori atau rumus sebelumnya yang sudah dibuktikan kebenarannya secara deduktif juga. Sedangkan teori maupun rumus matematika yang digunakan sebagai dasar pembuktian tersebut telah dibuktikan
  • 20. berdasarkan teori maupun rumus matematika sebelumnya lagi. Begitu seterusnya. Disamping itu, pembuktian tentang jumlah besar sudut-sudut suatu segitiga adalah 180o telah melibatkan atau menggunakan definisi yang sudah ditetapkan sebelumnya, seperti pengertian sudut lurus besarnya 180o. prosesnya dapat digambarkan dengan diagram berikut: 20 Jumlah besar sudut suatu segitiga adalah 180o Pengertian lain Sudut lurus besarnya 180o Pengertian atau definisi Pengertian atau definisi lainnya Jika dua garis sejajar dipotong garis lain maka sudut-sudut dalam bersebrangan sama besar Dalil atau teorema lainnya Dalil atau teorema lainnya lagi Beberapa cara pembuktian deduktif dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Pembuktian langsung a. Aturan dasar (p q) ^ q q disebut modus ponendo ponens merupakan tautology atau ditulis Hipotesis (1) p q Hipotesis (2) p Kesimpulan q Misalnnya, telah diketahui bahwa segitiga sama kaki, maka kedua sudut alasnya kongruen. Bila diketahui pula bahwa segitiga itu samakaki, maka dapat disimpulkan bahwa kedua sudut alasnya kongruen. Penjelasan logikannya sebagai berikut. Pengertian pangkal Aksioma
  • 21. Suatu teorema menyatakan “Jika suatu segitiga itu sama kaki (p) maka kedua sudut alasnya kongruen (q). Simbol logikanya Hipotesis (1) p q sebagai teorema 21 Hipotesis (2) p sebagai diketahui Kesimpulan q yang menyatakan bahwa kedua sudut alasnya segitiga samakaki kongruen. b. Implikasi transitif (p q) ^ (p r) merupakan tautology atau ditulis: Hipotesis (1) p q Hipotesis (2) q r Misalnya dibuktikan bahwa di dalam himpunan bilangan cacah, kuadrat bilangan ganjil adalah ganjil Simbol logikannya: untuk x {푏푖푙푎푛푔푎푛 푐푎푐푎ℎ}, (∀푥) (푥 푔푎푛푗푖푙 x2 ganjil). Proses pembuktiannya adalah sebagai berikut: Hipotesis (1): x ganjil ada n bilangan cacah sehingga x = 2n + 1 Hipotesis (2) x = 2n +1 x2 = (2n+1)2 = 2(2n2+ 2n) + 1 adalah ganjil Kesimpulan: x ganjil x2 ganjil 2. Pembuktian tidak langsung a. Ada kalanya kita sulit membuktikan p q secara langsung. Dalam keadaan demikian kita dapat membuktikan kontra positifnya, yaitu membutikan kontra positifnya, yaitu membuktikan kebenaran –q -p sebab kedua pernyataan tersebut ekuivalen atau (p q) (-q -p) merupakan tautology
  • 22. Misalnya, harus membuktikan proposisi berikut. Jika hasil kali dua bilangan asla a dan b ganjil (p), maka kedua bilangan tersebut ganjil (q) yang disimbolkan p q Untuk membuktikan proposisi tersebut, kita dapat membuktikan kontra positifnya yang berbunyi “Jika bilangan asli a dan b kedua-duannya tidak ganjil (-q) maka a.b tidak ganjil (-p) yang disimbolkan (-q -p). Andaikata salah satu dari a atau b tidak ganjil (yang berarti genap), n bilangan asli. a = 2n a.b = (2n)b 22 = 2(nb) genap (tidak ganjil) Pembuktian dengan kontra postitif ini juga dapat diubah menjadi (p q) ^ -q -p merupakan tautologi yang disebut modus tollendo tollens. b. Bila kita ingin membuktikan proposisi p, maka kita pandang negasinya p ialah -p. kita harus membuktikan, dengan –p terjadi kontradiksi, misalnya q ^ -q salah maka pemisalan –p menjadi salah. Dengan demikian –(-p) menjadi benar atau karena –(-p) p maka p benar. Dengan perkataan lain, kita tunjukkan bahwa –(-q^-p) -(-q) suatu tautologi. D. Rubrik dan soal penalaran matematika MENGERTI Bukti menunjukkan siswa pada dasarnya memiliki konsep atau ide yang ditargetkan. BELUM MENGERTI Siswa menunjukkan kesalahan besar, konsep atau prosedur yang salah atau kegagalan menangani tugas. 4 Bagus: Pencapaian Penuh 3 Pandai: Pencapaian Pokok 2 Kecil: Pencapaian Sebagian 1 Tak Memuaskan: Pencapaian sedikit Siswa menunjukkan penalaran yang lengkap untuk mendukung aturan tertentu untuk kedua situasi. Siswa menunjukkan penalaran yang memadai untuk mendukung setidaknya satu aturan atau siswa mampu memberikan penalaran yang lengkap untuk mendukung peraturan Siswa menunjukkan penalaran tentang aturan-aturan melalui kata-kata atau instrumen tetapi alasan lemah - tes yang tidak memadai berbagai situasi dan siswa hanya memiliki satu atau dua aturan Siswa menunjukkan penalaran tentang aturan-aturan melalui kata-kata atau instrumen tetapi alasannya rusak - itu menggunakan logika yang salah atau pernyataan tidak masuk akal dalam
  • 23. 23 tertentu untuk kedua situasi. khusus dan tidak menunjukkan kedua situasi. konteks masalah atau alasan hanya siswa melalui salah satu aturan tertentu. Contoh Butir Soal Penalaran Matematika Soal 1 Tentukan turunan fungsi dari f(x) = x2 + 5x – 6. Ada dua cara penyelesaian siswa, yaitu dengan menggunakan konsep limit yang dihafalkan atau menggunakan rumus turunan. Jika siswa menggunakan konsep limit, ia mengingat rumus turunan fungsi, f(x) = lim ℎ→0 푓(푥+ℎ)−푓 (푥) ℎ jika siswa menggunakan rumus turunan fungsi pangkat untuk n bilangan real, ia mengingat: Jika f(x) = axn, dengan: a = konstantan real tidak nol, dan n = bilangan real. Maka, turunan fungsi f(x), adalah: f’(x) = anxn-1 hasil dari kedua cara penyelesaian diatas adalah f’(x) = 2x+5. Soal 2 Diketahui suku banyak f(x) = x4 + 3x3 – px2 + (p + 2)x + 3 dibagi dengan (x + 2) mengahasilkan sisa 15. Hitunglah nilai p ? Untuk menjawab soal tersebut siswa harus memahami algoritma teorema sisa. Menurut teorema sisa dikatakan bahwa “jika suku banyak f(x) berderajat n dibagi dengan (x – k) maka sisanya ditentukan oleh S = f(k).” Selanjutnya siswa dapat menghubungkan nilai konstanta 15 dengan variable p yang dinyatakan. Penyelesaian dari soal diatas adalah sebagai berikut:
  • 24. f(x) = x4 + 3x3 – px2 + (p + 2)x + 3 dibagi dengan (x + 2) maka sisanya adalah 15. S = f(1 –2) = (-2)4+3(-2)3-p(-2)+(p+2)(-2)+3 = -6p-9, karena sisanya sama 24 dengan 15, maka –6p – 9 = 15, sehingga diperoleh p = –4. Soal 3 Suatu daerah berbentuk persegi panjang. Di tengah area terdapat kolam renang berbentuk persegi panjang dengan luas 180 m2. Selisih panjang dan lebar kolam adalah 3 m dan lebar jalan disekeliling kolam adalah 4 m. Tentukan luas jalan itu! Untuk menyelesaikan soal tentang aplikasi persamaan kuadrat dalam konteks kolam renang dan jalan sebagaimana diminta dalam soal, siswa memerlukan pemahaman konsep luas persegi panjang yang dikaitkan dengan konsep persamaan kuadrat. Siswa diharapkan mampu memisalkan panjang dan lebar kolam dengan menggunakan variabel tertentu, misalnya panjang kolam dengan variabel x dan lebar kolam dengan variabel y, juga memisalkan panjang area dengan variabel p dan lebar area dengan variabel l, kemudian siswa dapat menghubungkan variabel x dan p serta menghubungkan variabel y dan l, serta menghubungkan keempat variabel tersebut untuk menentukan luas jalan yang ditanyakan. Hubungan variabel-variabel tersebut adalah : x.y = 180 ……….(1) x – y = 3, atau x = y + 3 ………(2) siswa dapat mensubstitusikan pers. (2) ke pers. (1) sehingga terbentuk: (y + 3)y = 180 atau y2 + 3y – 180 = 0 → (y + 15)(y – 12) = 0 Nilai y yang memenuhi adalah 12, sehingga x = 15. Selanjutnya nilai y dan x disubstitusikan pada hubungan p = (x + 4) dan
  • 25. 25 l = y + 4 sehingga diperoleh p = 19 dan l = 16 Luas Jalan adalah = pl – xy = (19)(16) – (180) = 124 m2 Soal 4 Sebuah bilangan berupa pecahan, jika pembilangnya ditambah 2, maka nilai pecahan itu menjadi dan jika penyebutnya dikurangi 5, maka nilai pecahan itu menjadi . Tentukan jumlah nilai pembilang dan penyebut bilangan pecahan tersebut! Penyelesaian soal dapat dilakukan siswa dengan cara : 1. Memisalkan bilangan pecahan tersebut dengan 푥 푦 Jika pembilang ditambah 2 dan nilainya menjadi 1 4 , dapat ditulis 푥+2 푦 = 1 4 diperoleh 4x – y + 8 = 0 atau y = 4x + 8 ……….(1) Jika penyebutnya ditambah 5 maka nilai pecahan tersebut menjadi 1 5 , sehingga dapat dinyatakan 푥 푦− 5 = 1 5 , diperoleh 5x – y +5 = 0 .........(2). 2. Substitusi pers. (1) ke pers. (2) atau dengan cara eliminasi, maka diperoleh x = 3 ; y = 20. Maka diperoleh hasil penjumlahan pembilang dan penyebut adalah x + y =23. Soal 5 Tinjau persamaan kuadrat yang berbentuk x2 + bx + c = 0. Berapa banyakkah persamaan demikian yang memiliki akar-akar real jika koefisien b dan c hanya boleh dipilih dari himpunan {1, 2, 3, 4, 5, 6}. Supaya system persamaan x2 + bx + c = 0 memiliki akar-akar real, diskriminannya haruslah tidak negative. Dengan demikian, b2 – 4ac ≥ 0. Karena a = 1 maka, b2 – 4c ≥0 . Kita cacah bilangan-bilangan b dan c dalam himpunan {1, 2, 3, 4, 5, 6} yang memenuhi hubungan tersebut. Untuk c = 1 haruslah b2 ≥ 4, sehingga b salah satu dari 2, 3, 4, 5, atau 6. Untuk c = 2, nilai b adalah 3, 4, 5, atau 6. Untuk nilai c = 3 dan c = 4, nilai b salah satu dari 4, 5, atau 6. Untuk c = 5 dan 6, nilai b 5 atau 6. Jadi, banyaknya persamaan yang memenuhi persyaratan yang diberikan adalah 5 + 4 + 3 + 3 + 2 + 2 = 19.
  • 26. 26 BAB III KESIMPULAN 1. Penalaran adalah suatu proses berfikir untuk mengambil suatu kesimpulan berdasarkan pemahaman atau pengetahuan yang telah difahami atau diketahui dimana kesimpulan yang diketahui dapat dipertanggung jawabkan. 2. Indikator Penalaran a. Membuat analogi dan generalisasi b. Memberikan penjelasan dengan menggunakan model c. Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematika d. Menyusun dan menguji konjektur e. Memeriksa validitas argumen f. Menyusun pembuktian langsung g. Menyusun pembuktian tidak langsung h. Memberikan contoh penyangkal i. Mengikuti aturan enferensi 3. Jenis Penalaran a. Penalaran deduktif merupakan penalaran yang berlangsung dari hal-hal yang umum (generalisasi) ke hal-hal yang khusus b. Penalaran Indutif merupakan penalaran yang berlangsung dari hal-hal yang Khusus ke hal-hal yang umum
  • 27. 27 DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Matematika. Fajar. Shadiq. 2004, Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi, Widyaiswara PPPG Matematika Yogyakarta Http/radar.ee.itb.ac.id/suksmono/lectures/el 2009/ppt/penalaran matematika/pdf Http/file.upi.edu/D/FMIPA/Jur/Pend. Matematia/kusnaidi/Penalaran Matematika smp/pdf Http/educ2. Hku.ak/download 15 oktober 2010 Lither.k.2000. Mathematical Reasoning in task solving/educational studies in mathematics 41 : 165- 190. 2000. Netherland: kluwer Academic Publisher. Marsigit, 2006. Matematika SMP Kelas VII. Jakarta: Yudistira. Nurahman, Iman.. (2011). “Pembelajaran Kooperatif Tipe Team-Accelerated Instruction (TAI) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika Siswa SMP”. Pasundan Journal of Mathematics Education Jurnal. 1, (1), 96-130. Shofiah,S.M. (2007). Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Konstruktivisme dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Suherman, Erman, dkk (2001). Strategi Pembelajran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA - UPI