SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
1
Desain Pembelajaran Matematika
MELAKUKAN ANALISIS INSTRUKSIONAL
Dosen : Dr. Izwita Dewi, M.Pd.
Oleh
KELOMPOK IV
1. EFRIDAYANI 8146172016
2. LILIS 8146172038
3. NAILUL HIMMI HASIBUAN 8146172050
4. RUMINDA HUTAGALUNG 8146172061
5. SAIFUL 8146172062
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN (UNIMED)
2015
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan Pembahasan.........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4
A. Pengertian Analisis Instruksional ...................................................4
B. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Melaksanakan
Analisis Instruksional.....................................................................5
C. Struktur Kompetensi.........................................................................8
D. Langkah – Langkah Melaksanakan Analisis Instruksional..........17
BAB III PENUTUP............................................................................................21
A. Kesimpulan..........................................................................................21
B. Saran ..................................................................................................21
Daftar Pustaka ....................................................................................................22
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses merumuskan tujuan instruksional umum (TIU) yang telah dibahas
sebelumnya telah menghasilkan rumusan TIU. Tidak sedikit pengembangan
instruksional termasuk pengajar melompat dari TIU ke penulisan tujuan
instruksional khusus (TIK), tes, atau isi pelajaran, tanpa melalui analisis
instruksional, sehingga menghasilkan kegiatan instruksional yang tidak
sistematik.
Implikasi proses pengembangan instruksional yang melompat seperti itu
antara lain adalah :
1. Daftar TIK yang telah disusun tidak konsisten dengan TIUnya. Daftar TIK
tersebut mungkin tidak lengkap atau berlebihan. Di samping itu, kemampuan
yang ada dalam setiap TIK belum tentu mengacu kepada kemampuan yang
terdapat dalam TIU.
2. Materi tes tidak terperinci karena hanya meliputi pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang bersifat umum atau akhir. Kemajuan mahasiswa di tenah
proses belajar tidak dapat diukur dengan teliti sehingga pengajar tidak dapat
memberikan pengajaran remedial yang tepat bagi mahasiswa yang
sebenarnnya masih ketinggalan atau pemberian bahan pengayaan bagi
mahasiswa yang telah lebih dahulu maju.
3. Urutan isi pelajaran kurang sistematik.
4. Titik berangkat materi pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan awal
mahasiswa.
5. Cara penyajiannya tidak sesuai dengan karakteristik mahasiswa.
Pada makalah ini akan dibahas konsep dan prosedur menjabarkan
kompetensi yang ada dalam TIU menjadi subkompetensi, kompetensi dasar, atau
kompetensi khusus yang lebih kecil dan mengidentifikasi hubungan antara
subkompetensi yang satu dengan sub kompetensi yang lain. Prosedur penjabaran
inilah yang disebut analisis instruksional.
2
Keterampilan melakukan analisis instruksional ini sangat penting artinya
bagi kegiatan instruksional, karena pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
harus diberikan lebih dahulu dari yang lain dapat ditentukan hasil analisis
instruksional. Dengan demikian, pengajar jelas melihat arah kegiatan
instruksionalnya secara bertahap menuju pencapaian TIU. Ini berarti pengajar
terhindar dari pemberian isi pelajaran yang tidak relevan dengan TIU.Hasil
analisis instruksional ini dikaitkan dengan hasil kegiatan mengidentifikasi
perilaku dan karakteristik awal mahasiswa.Atas dasar keduannya, pengembangan
instruksional dapat menyusun tujuan instruksional khusus (TIK) yang relevan
dengan TIU.
Sistem instruksional yang siap pakai adalah hasil yang diinginkan dalam
hal mendesaian sistem intruksional. Dalam mencapai sistem instruksional yang
siap pakai tidaklah semudah menentukan tujuan perjalanan. Kita mengetahui
bahwa pendidikan itu mempunyai tujuan yang pasti, hanya tidak semua orang
dapat merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin dicapainya dengan
pendidikan yang direalisasikannya. Tujuan instruksional idealnya diperoleh dari
proses pengkajian / penelususan kebutuhan (Need Assessment) yang menetapkan
secara luas indikasi-indikasi permasalahan yang harus dipecahkan.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam
makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian dari Analisis Instruksional?
2. Hal-hal apakah yang harus diperhatikan dalam melaksanakan analisis
instruksional?
3. Bagaimana susunan struktur kompetensi?
4. Langkah-langkah apakah yang digunakan dalam melakukan analisis
instruksional?
3
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka pembahasan ini bertujuan
untuk mengetahui:
1. Pengertian Analisis Instruksional.
2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan analisis
instruksional.
3. Strukur Kompetensi.
4. Langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis
instruksional.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Analisis Instruksional
Analisis instruksional (Dick and Carey 2005) adalah sebagai tahapan
proses yang merupakan keseluruhan dari pemaparan bagaimana perancang
(desainer) menentukan komponen utama dari tujuan instruksional melalui
kegunaan analisis tujuan (goal analysis), dan bagaimana setiap langkah dalam
tujuan tersebut dapat dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan subordinate
atau keterampilan prasyarat.
Analisis instruksional sebagai perangkat (satu set) prosedur yang ketika
dipublikasikan ketujuan instruksional, menghasilkan pengindentifikasian langkah-
langkah yang sesuai untuk melaksanakan tujuan dan keterampilan subordinate
bagi sibelajar dalam rangka mencapai tujuan.
Suparman (2012:157) lebih cenderung mengartikan analisis instruksional
sebagai proses yang menjabarkan perilaku/kompetensi umum menjadi sub
kompetensi, kompetensi dasar, atau perilaku/kompetensi khusus yang tersusun
secara logis dan sistematis. Kegiatan penjabaran tersebut dimaksudkan untuk
mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku
umum secara terperinci. Yang dimaksud perilaku khusus tersusun secara logis dan
sistematis adalah tahapan apa yang seharusnya dilakukan terlebih dahulu ditinjau
dari berbagai alasan seperti karena kedudukannya sebagai perilaku prasyarat,
prilaku yang menurut urutan fisik berlangsung lebih dahulu, perilaku yang
menurut proses psikologi muncul lebih dahulu atau kronologis terjadi lebih awal.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis
instruksional adalah suatu prosedur dalam mengidentifikasi kompetensi yang
harus dikuasai siswa dengan menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku
khusus yang tersusun secara logis dan sistematis untuk mencapai tujuan
instruksional.
Dengan melakukan analisis instruksional akan tergambar susunan perilaku
khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Baik jumlah maupun
susunan perilaku tersebut akan memberikan keyakinan kepada pengajar bahwa
5
perilaku umum yang tercantum dalam TIU dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Dengan perkataan lain, melalui tahap perilaku perilaku khusus tertentu
akan mencapai perilaku umum. Perilaku khusus yang telah tersusun secara
sistematik menjuju perilaku umum itu laksana jalan yang singkat yang harus
dilalui untuk mencapai tujuannya dengan baik.
Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan
kegunaan analisis instruksional sebagai berikut:
a. Membantu bantu para guru/pendidik maupun penyusun disain
instruksional untuk mengorganisir tugas-tugas pokok dalam
hubungannya dengan sub tugas yang harus dipelajari siswa.
Pengorganisasiannya adalah sedemikian, sehingga merupakan urutan
logis sesuai dengan keadaan sebenarnya manakala tugas tersebut
dilaksanakan. Proses ini akan memberikan gambaran yang jelas bagi
siswa mengenai yang diharapkan dapat dikerjakan setelah selesai
mengikuti suatu pelajaran.
b. Membantu para guru di dalam menganalisis tingkah laku (behavior)
berkenaan dengan masing-masing tugas pokok maupun subtugas.
Dengan cara demikian, semua pengetahuan dan ketrampilan yang
diperlukan untuk melaksanakan setiap tugas pokok dapat
diidentifikasikan.
c. Membantu para penyusun disain instruksional dan para guru/pendidik
untuk memperkirakan waktu yang diperlukan untuk belajar, sehingga
siswa dapat melaksanakan suatu tugas dengan baik.
Analisis instruksional penting untuk dilaksanakan. Hal tersebut
dikarenakan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus diberikan lebih
dahulu dari yang lain dapat ditentukan dari hasil analisis instruksional; arah
kegiatan instruksional jelas terlihat secara bertahap menuju pencapaian TIU; dan
terhindar dari pemberian isi pelajaran yang tidak relevan dengan TIU (Nugroho,
2011). Sedangkan menurut Kamas (2011), analisis intruksional dilaksanakan
apabila TIK tidak konsisten dengan TIU, materi tes kurang terinci (tdk ada
pengukuran tengah proses pembelajaran), urutan isi pelajaran kurang sistematis,
6
titik awal pelajaran kurang sesuai dengan kemampuan awal siswa, dan penyajian
guru tidak sesuai karakteristik siswa.
Selain itu, dengan melakukan analisis instruksional, akan tergambar
susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Baik
jumlah maupun susunan perilaku tersebut akan memberikan keyakinan kepada
pengajar bahwa perilaku umum yang tercantum dalam TIU dapat dicapai secara
efisien dan efektif. Melalui tahap perilaku khusus, pembelajar akan mencapai
perilaku umum (Hernawan dkk, 2006).
B. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Melaksanakan Analisis
Instruksional
Ditinjau dari pendapat Dick and Carey (2005), proses analisis instruksional
dimulai dari melaksanakan analisis tujuan (goal analysis) yang dimulai setelah
memperoleh pernyataan yang jelas dari instruksional.
1. Analisis Tujuan (Goal Analysis)
Hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Pengklasifikasian pernyataan tujuan
berdasarkan domain (jenis) belajar yang akan muncul.
Domain belajar dapat dibagi atas empat yakni:
1) Keterampilan intelektual
Keterampilan yang mensyaratkan sebelajar melakukan kegiatan kognitif
yang unik. Unik yang dimaksud disini adalah sibelajar harus mempu
memecahkan masalah atau menampilkan satu perilaku dengan contoh atau
informasi yang tidak ditemukan sebelumnya.
2) Informasi Verbal
Keterampilan yang mensyaratkan sibelajar memberikan respons yang
spesifik terhadap stimuli yang relative spesifik.Biasanya tujuan keterampilan ini
dapat dikenali dari kata kerja yang digunakan.Kata kerja seperti menyebutkan atau
menjelaskan sesuatu.
3) Sikap
7
Sikap adalah pernyataaan kompleks manusia terhadap orang, benda dan
kejadian.Dick and Carey (2005) mendefenisikan sebagai kecenderungan membuat
pilihan-pilihan tertentu atau keputusan tertentu terhadap keadaan tertentu.Sikap
mempengaruhi pilihan sikap seseorang dan merupakan tujuan jangka panjang
yang sulit diukur dalam waktu singkat.Tujuan instruksional yang berfokus pada
sikap dan dianggap sebagai sesuatu yang mempengaruhi sebelajar memilih.Sikap
memilih dapat menunjukkan kecenderungan positif atau negative terhadap objek
kejadian atau orang tertentu.
4) Keterampilan psikomotor
Karakteristik dari keterampilan psikomotor adalah sibelajar harus
melaksanakan gerakan otot dengan atau tanpa peralatan untuk mencapai hasil
yang spesifik.Ketrampilan ini melibatkan mental dan fisik.Perilaku dari tampilan
ini berupa kecepatan gerakan tubuh, keakraban kekuatan dan kelenturan.
Setiap tujuan dapat dimulai dengan menjawab pertanyaan “bagaimana kita
menentukan keterampilan belajar apa yang harus dipelajari sehingga dapat
tercapai tujuan-tujuan yang telah dibuat?”Jawabannya adalah mengklasifikasian
setiap tujuan kedalam salah satu domain belajar diatas.
b. Mengidentifikasi dan mengurutkan langkah-langkah utama ketika
sibelajar sedang menampilkan tujuan.
Langkah kedua dari analisis tujuan ini dilakukan setelah kita
mengidentifikasi domain dari tujuan maka perlu untuk lebih spesifik
mengindikasikan apa yang akan dilakukan sibelajar ketika sedang menampilkan
tujuan. Teknik terbaik yang sebaiknya digunakan oleh seorang desainer untuk
menganalisa sebuah tujuan adalah dengan mendiskripsikan langkah demi langkah
secara terperinci kegiatan atau apa yang akan dilakukan seseorang ketika
menampilkan sebuah tujuan.
Analisis tujuan merupakan tayangan visual dari langkah-langkah spesifik
yang sibelajar akan lakukan ketika menampilkan tujuan instruksional sebaiknya
ditayangkan dalam bentuk yaitu langkah demi langkah dalam kotak tersusun
disebuah diagram air (flow diagram). (Dick and Carey 2005)
8
Gbr. Flow diagram
Pada saat menyusun daftar langkah-langkah tersebut yang harus
diperhatikan adalah sipembelajar, apakah sipembelajar berusia muda atau dewasa
karena akan mempengaruhi jumlah angka yang harus dibuat. Pendiskripsian setiap
langkah harus mencamtumkan sebuah kata kerja yang menjelaskan sebuah
tingkah laku yang dapat diobservasi. Contohnya “ bila membaca atau mendengar
(keduanya proses internal bukan tingkah laku yang jelas) langkahnya sebaiknya
diindikasikan apa yang sibelajar akan identifikasi dari apa yang mereka baca ata
dengar. Setiap langkah sebaiknya memiliki outcome yang dapat diobservasi.
Sedikitnya 5 langkah yang ada pada tahapan ini tetapi tidak lebih dari 15 untuk
durasi waktu 1 sampai 2 jam pengajaran.
Menulis TIU (target objective) mensyaratkan disainer mengklasifikasikan
keterampilan target berdasarkan tipe hasil belajar. Hal ini memungkinkan
melanjutkan keanalisis berikutnya, yaitu analisis tugas (Task Analysis).Tetapi
sebelumnya ada beberapa hal lagi yang sebaiknya diperhatikan yaitu pengujian
setiap langkah yang telah dibuat hingga pada akhirnya akan berbentuk produk
akhir dari analisis tujuan (goal analysis) berupa diagram keterampilan yang
menyediakan gambaran mengenai apa yang akan menyediakan gambaran
mengenai apa yang sedang dilakukan oleh sibelajar ketika mereka menampilkan
tujuan instruksioanl umum. Kerangka kerja inilah yang nantinya menjadi dasar
bagi analisis keterampilan prasyarat atau subordinate skill analysis.
2. Analisis Keterampilan Prasyarat (Subordinate skill analysis)
Setelah langkah-langkah dalam tujuan teridentifikasi dianggap perlu
melakukan pengujian setiap langkah untuk menentukan apa yang seharusnya telah
diketahui seibelajar dapat mempelajari langkah yang ditampilkan (perform) dalam
tujuan. Langkah ini disebut analysis keterampilan prasyarat atau subordinate skill
analysis.
Step
1
Step
2
Step
3
Step
4
Step
5
9
Dalam analisis ini tujuan yang akan dibahas terlebih dahulu adalah tujuan
murni (pure goals) yang langkah-langkahnya hanya keterampilan intelektual atau
hanya ketrampilan psikomotor. Tujuan kompleks (complex goal) melibatkan
beberapa domain / ranah segaligus.Sebuah kombinasi berbagai pendekatan dapat
digunakan dengan tujuan kompleks. Dalam rangka memulai sebuah analisis
keterampilan prasyarat, perlu diperoleh deskripsi atau gambaran mengenai tugas
utama si belajar yang harus ditampilkan sehingga terpenuhilah tujuan
instruksional umum.
C. Struktur Kompetensi
Berbagai pendekatan dalam melakukan analisis keterampilan prasyarat
menurut Dick and Carey (2005) yakni:
1. Pendekatan Hirarki (hierarchial approach)
2. Pendekatan Pengelompokan (cluster approach)
3. Pendekatan Hirarki dan atau Pendekatan Pengelompokan
Suparman (2012:158) membagi pendekatan tersebut sebagai proses
penguraian perilaku khusus kedalam empat struktur perilaku. Empat susunan
struktur perilaku tersebut sebagai berikut:
1. Struktur Perilaku Hirarkis
Struktur perilaku yang hierarkikal adalah kedudukan dua perilaku yang
menunjukkan bahwa salah satu perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai
perilaku yang lain. Perilaku B Misalnya, hanya dapat dipelajari bila seseorang
telah dapat melakukan perilaku A. Kedudukan perilaku A dan B disebut
hierarkikal. Dalam suatu kurikulum mata pelajaran A biasa disebut mata pelajaran
prasyarat untuk mengikuti pelajaran B tanpa lulus mata pelajaran A lebih dahulu
mahasiswa tersebut tidak boleh dan tidak mungkin langusung mempelajari mata
pelajaran B. perhatikan contoh – contoh perilaku di bawah ini.
a) Kedudukan perilaku menerapkan Statitika lanjutan dan perilaku
menerapkan Statistika Dasar. Menerapkan Statistika Lanjutan seperti
Regresi Ganda Analisis Variasi tidak mungkin Statistika Dasar seperti
menghitung Skor rata-rata, Deviasi Standar, dan Korelasi Sederhana.
Menerapkan Statistika Lanjutan
Menerapkan Statistika Dasar
10
Kedua perilaku tersebut secara Hierarkikal menerapkan statistika dasar
merupakan prasyarat untuk dapat menerapkan Satistika Lanjutan.
b) Kedudukan perilaku mengukur luas sebidang tanah tersebut terhadap
perilaku mengukur panjang benda. Perilaku mengukur luas sebidang yang
terbentang di belakang rumah misalnya, tidak akan dapat dilakukan bila
belum dikuasai cara mengukur panjang benda, walaupun telah dikuasai
rumus untuk menghitung luas benda.
Mengukur panjang benda merupakan prasyarat untuk mengukur luas
tanah.Keduannya terstrukrut secara hierarkis.
c) Kedudukan kompetensi “mengambil keputusan” terhadap kompetensi
“menganalisis pemecahan masalah”. Kompetensi mengambil keputusan
untuk memecahkan masalah tertentu hanya dapat dilakukan bila cara
melakukan analisis alternatif telah dikuasai, yaitu teknik membandingkan
berbagai alternatif pemecahan masalah dari berbagai segi seperti efisinsi
dan efektivitas.
Mengukur luas Tanah
Mengukur panjang benda
Mengambil keputusan
11
Contoh di atas dapat diteruskan dengan syarat harus menunjukkan
kompetensi yang menjadi prasyaratnya atau dengan menambah kotak di
bawah dan kompetensi yang lebih tinggi tingkatannya dengan menambah
kotak di atas dengan menghuungkannya dengan garis vertikal.
2. Struktur Perilaku Prosedural
Struktur ini adalah kedudukan beberapa perilaku yang menunjukkan
bahwa salah satu seri urutan penampilan perilaku tetapi ada yang menjadi perilaku
prasyarat untuk yang lain.Walaupun kedua perilaku khusus itu harus dilakukan
berurutan untuk dapat melakukan suatu perilaku umum, tetapi setiap perilaku itu
dapat dipelajari secara terpisah.
Contoh : tujuan siswa dapat menggambar grafik persamaan garis lurus.
Melakukan perilaku umum menggambar grafik persamaan garis lurus terdapat
sedikitnya tiga perilaku khusus yang terstruktur secara procedural.
Gbr. Struktur Perilaku Prosedural
Kompetensi yang disusun secara prosedural dilukiskan kotak-kotak yang
berderet ke samping dan dihubungkan dengan garis horizontal. Dengan demikian
bila kompetensi tersebut dilukiskan dalam satu bagan, akan mudah dibedakan dari
kompetensi-kompetensi yang tersusun secara hirarkis yang tampak dihubungkan
dengan garis vertikal.
3. Struktur Perilaku Pengelompokan
Struktur ini adalah perilaku-perilaku khusus yang tidak mempunyai
ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Di samping perilaku – perilaku
Membuat sambu
koordinat x dan y
Menentukan letak titik –
titik pada sumbu
koordinat
Menghubungkan titik –
titik yang ada pada
sumbu koordinat
Menganalisis beberapa alternatif pemecahan
masalah
12
khusus yang dapat diurut sebagai hierarkikal dan prosedural, terdapat perilaku –
perilaku khusus yang tidak mempunyai ketergantungan antara satu dan yang lain,
walaupun semuanya berhubungan. Dalam keadaan seperti itu, garis penghubung
antara perilaku khusus yang satu dan yang lain tidak diperlukan.
Misalnya tujuan siswa dapat menjelaskan bagian-bagian dari lingkaran,
menjelaskan fungsi satu dengan yang lain tidak terkait secara hirarki dan
procedural.
Dalam contoh di atas, kompetensi (A) mensyaratkan beberapa kompetensi
lain yang tidak tersusun secara hirarkis, tidak pula secara prosedural, melainkan
pengelompokan.
4. Struktur Perilaku Kombinasi
Suatu perilaku umum bila diuraikan menjadi perilaku khusus sebagian
besar akan terstruktur secara kombinasi antara struktur hierarkikal, procedural,
dan pengelompokkan. Sebagian dari perilaku khusus yang terdapat di dalam ruang
lingkup perilaku umum itu mempersyaratkan perilaku khusus yang lain.
Selebihnya merupakan urutan penampilan perilaku khusus dan umum.
Misalnya :
a. Perilaku umum menghitung korelasi dengan menggunakan berbagai rumus
dapat diuraikan menjadi perilaku-perilaku sebagai berikut:
Menjelaskan bagian-bagian dari lingkaran
(A)
Menjelaskan definisi
busur pada
lingkaran
Menjelaskan
definisi
apotema pada
lingkaran
Menjelaskan
definisi tembereng
pada lingkaran
Menjelaskan
definisi juring
pada lingkaran
Menghitung korelasi dengan berbagai rumus
Menghitung korelasi dengan rumus Skor
Mentah sebagai berikut :
Menghitung korelasi dengan rumus Deviasi
sebagai berikut :
Menghitung jumlah setiap deret angka Menghitung Deviasi Standar
Menghitung jumlahperkalian deret angka Menghitung Deviasi Standar
Menghitung jumlah kuadrat setiap deret
angka
Menghitung Skor rata-rata
13
Gambar Struktur Perilaku Kombinasi
Untuk menghitung korelasi dua deret skor dengan menggunakan berbagai
rumus yang ada diperlakukan dua perilaku khusus, yaitu menghitung korelasi
kedua deret skor itu dengan rumus skor mentah dan rumus deviasi. Kedua
perilaku khusus ini dapat dilakukan secara terpisah.Tetapi, keduanya menjadi
bagian dari perilaku umum menghitung korelasi dengan berbagai rumus.
Perilaku khusus menghitung korelasi dengan rumus skor mentah ini
mempunyai prasyarat pula, yaitu menghitung jumlah kuadrat setiap deretan
angka, menghitung jumlah setiap deretan angka dan menghitung jumlah perkalian
kedua deret angka.
Untuk menghitung korelasi dua deret angka dengan menggunakan rumus
deviasi diperlukan prasyarat perilaku menghitung deviasi standar. Sedangkan
menghitung deviasi standar dapat dipelajari bila telah dikuasai perilaku
menghitung deviasi. Sebelum itu, harus pula dikuasai perilaku menghitung skor
rata-rata. Bagian di atas menunjukkan kombinasi antara struktur hierarkikal dan
struktur pengelompokkan.
b. kompetensi umum melakukan lari cepat dapat diuraikan menjadi beberapa
subkompetensi sebagai berikut:
14
Kompetensi melakukan lari cepat terbentuk dengan cara mensejajarkankan
tiga subkompetensi yaitu start, lari, dan melintasi garis finish. Kompetensi
mensejajarkankan ketiga kompetensi khusus tersebut hanya dapat dilakukan bila
satu persatu dari ketiga kompetensi tersebut telah dikuasai. Dengan demikian,
merangkaikan start, lari, dan melintasi garis finish membutuhkan prasyarat
melakukan setiap gerakan tersebut satu per satu. Mana yang dahulu harus
dilakukan ketiga gerakan tersebut? Terserah pendesain instruksional. Setiap orang
dapat memilih salah satu di antaranya. Karena itu, kedudukan ketiga gerakan
tersebut antara satu dan yang lain terstruktur secara procedural. Mengapa? Karena
merangkaikan ketiganya pasti dimulai dari start, dilanjutkan dengan lari, dan
diakhiri dengan melntasi garis finish.Komepetsni “melakukan start” mensyaratkan
kemampuan menjelaskan teknik start. Demikian pula, kompetensi “lari”
mensyaratkan kompetensi teknik lari. Sedangkan kompetensi “melintasi garis
finish” mensyaratkan kemampuan menjelaskan teknik melintasi garis finish.
Bagan di atas menunjukkan struktur kombinasi antara hierarkis dan procedural.
Untuk menjabarkan kompetensi umum menjadi subkompetensi dalam
kawasan kognitif, psikomotor, dan afektif terlebih dahulu perlu diberikan definisi
tentang ketiga kawasan tersebut.
a. Kompetensi kawasan kognitif
15
Kompetensi kawasan kognitif adalah kompetensi yang merupakan dari
proses berpikir. Dalam bahasa sederhananya adalah kompetensi hasil kerja otak.
• Bloom (1956)
Membagi kawasan kognitif menjadi enam tingkatan :
 Pengetahuan
 Pemahaman
 Penerapan
 Analisis
 Sintesis
 Evaluasi
Contoh : menyebutkan definisi makhluk hidup, membedakan fungsi meja dan
kursi, menceritakan kembali isi dongeng
• Gagne (1979)
Membagi kemampuan manusia menjadi tiga macam ;
ketrampilan intelektual ketrampilan teknis dalam ilmu pengetahuan
ketrampilan strategi kognitif ketrampilan dalam mencari pemecahan
masalah
ketrampilan informasi verbal ketrampilan mengungkapkan kembali
pengetahuan verbal yang telah dimiliki
b. Kompetensi kawasan psikomotor
Kompetensi kawasan psikomotor adalah kompetensi yang dimunculkan oeh
hasil kerja fungsi tubuh manusia. Jadi berbentuk gerakan tubuh. Contohnya adalah
berlari, melompat, melempar berputar, memukul, dan menendang. Dave (1967)
membagi kompetensi kawasan psikomotor dalam lima jenjang kompetensi
khusus, yaitu :
• Menirukan gerak
• Memanipulasi kata – kata menjadi gerak
• Melakukan gerak dengan tepat
• Merangkaikan berbagai gerak
• Melakukan gerak dengan gerak wajar dan efisien
16
c. Kompetensi kawasan afektif
Kompetensi kawasan afektif adalah kompetensi yang dimunculkan
seseorang sebagai pertanda kecenderungannya membuat pilihan atau keputusan
untuk beraksi dalam lingkungan tertentu.
Contoh : menganggukkan kepala ditafsirkan sebagai tanda setuju,
meloncat dengan muka berseri-seri sebagai tanda kegirangan, dan pergi beribadah
sebagai tanda beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bloom dan Mansia (1964) membagi kawasan ini menjadi lima tingkatan
kemampuan, yaitu :
• Menerima nilai
• Membuat respon terhadap nilai
• Menhargai nilai-nilai yang ada
• Mengorganisasikan nilai, dan
• Mengamalkan nilai secara konsisten (internalisasi nilai)
Untuk menafsirkan sikap orang lain dapat dilihat dari perilakunya atau
gejala yang dtimbulkannya. Penafsiran seperi ini sangat sulit. Kunci utamanya
terletak pada bagaimana menafsirkan perilaku tertentu sebagai sikap tertentu.
Tabel 2.1 Penafsirkan kemampuan seseorang
Kapabilitas Cara Penafsiran
Kemungkinan yang
Terjadi
Kawasan kognitif Dilihat dari hasil jawaban tes Hasil tidak murni
pekerjaan sendiri
Kawasan
psikomotor
Hasil gerakan Melihat teman/
berpura-pura
Kawasan afektif Dilihat dari perilaku atau sikap Berpura-pura
Jadi kunci dari dapat atau tidaknya kompetens itu dijadikan alat untuk
menafsirkan kemampuan orang, baik dalam kawasan kognitif, psikomotor,
maupun afektif itu terletak pada cara atau metode dan instrumen yang digunakan
untuk memunculkan kompetensi tersebut, bukan tergantung pada jenis kawasan
kompetensi tersebut.
17
Cara menjabarkan kompetensi umum menjadi subkompetensi dalam
kawasan afektif pada dasarnya tidak berbeda dengan kawasan kognitif dan
psikomotor. Setelah diketahui kompetensi umum yang terdapat dalam tujuan
instruksional umu, pengembang instruksional selanjutnya mencari jawaban atas
pertanyaann sebgai berikut :“Subkompetensi apa saja yang mengacu pada
munculnya kompetensi umum tersebut?” Untuk mencari jawaban terhadap
pertanyaan tersebut, pengembang instruksional melakukan analisis instrusional
dengan langkah-langkah yang tercantum dalam subbab berikut ini.
D. Langkah-langkah Melaksanakan Analisis Instruksional
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis
intruksional adalah sebagai berikut:
1. Menuliskan perilaku umum yang telah ditulis dalam TIU untuk mata
pelajaran yang dikembangkan
2. Menuliskan setiap perilaku khusus yang menjadi bagian dari perilaku
umum tersebut
3. Menyusun perilaku khusus tersebut kedalam suatu daftar dalam urutan
yang logis dimulai dari perilaku umum, perilaku khusus yang paling
“dekat” hubungannya dengan perilaku umum diteruskan “mundur” sampai
perilaku yang paling jauh dari perilaku umum
4. Menambah perilaku khusus tersebut atau mengurangi jika perlu.
Tanamkan dalam pikiran anda bahwa anda harus berusaha melengkapi
daftar perilaku khusus tersebut.
5. Menulis setiap perilaku khusus dalam suatu lembar kartu atau kertas
ukuran 3x5 cm
6. Menyusun kartu tersebut diatas meja atau lantai dengan menempatkannya
dalam struktur hirarkial, prosedural atau pengelompokan menurut
kedudukan masing-masing terhadap kartu yang lain. Letakkan kartu-kartu
tersebut sejajar atau horizontal untuk perilaku-perilaku yang menyerupai
struktur prosedural dan pengelompokan serta letakkan secara vertical
untuk perilaku-perilaku yang hirarkial
7. Jika perlu, tambahkan dengan perilaku khusus lain yang dianggap perlu
atau dikurangi bila dianggap lebih
18
8. Menggambarkan letak perilaku-perilaku tersebut dalam perilaku-perilaku
dalam kotak-kotak diatas kertas lebar sesuai dengan latak kartu yang telah
disusun. Hubungkan letak kotak-kotak tersebut dengan kertas vertical dan
horizontal untuk menyatakan hubungannya yang hirarkial , prosedural atau
pengelompokan.
9. Meneliti kemungkinan menghubungkan perilaku umum yang satu dan
yang lain atau perilaku-perilaku khusus yang khusus yang berada dibawah
perilaku umum yang berbeda.
10. Memberi nomor urut pada setiap perilaku khusus dimuali dari yang terjauh
sampai yang terdekat dengan perilaku umum. Pemberian nomor akan
menunjukkan urutan perilaku tersebut.
11. Mengkombinasikan atau mendiskusikan bagan yang telah disusun dengan
memperhatikan:
- Lengkap tidaknya perilaku khusus sebagai penjabaran dari setiap
perilaku umum
- Logis tidaknya dari perilaku-perilaku khusus menuju perilaku umum
- Struktur hubungan perilaku-perilaku khusus tersebut (hirarkial,
presedural, pengelompokan atau kombinasi)
Setiap perilaku yang telah ditulis masih dapat diperinci lagi menjadi
perilaku yang lebih kecil atau halus lagi tergantung kepada keinginan
pengembang instruksional, sampai batas mana ia akan berhenti. Dalam praktik
melakukan analisis instruksional bagi kebutuhan mata pelajaran Anda, satu
perilaku umum dapat diurutkan sehingga menjadi 5 sampai 10 perilaku khusus.
Bila Anda menghendakinya, setiap perilaku khusus itu masih mungkin dijabarkan
lagi.Bila lebih cermat dan lebih rajin melakukan kegiatan analisis tersebut. Anda
akan lebih mudah melakukan langkah-langkah pengembangan instruksional
selanjutnya. Pekerjaan menganalisis tersebut sangat menantang, tetapi tidak
terlalu sulit sepanjang Anda dapat menyediakan waktu untuk itu.Pekerjaan
tersebut banyak menuntut penggunaan logika. Di sinilah salah satu letak
penggunaan akal sehat dalam proses pengembangan instruksional.
19
Melakukan operasi hitung pecahan dalam pemecahan masalah
Menyederhanakan
dan mengurutkan
pecahan
Mengubah bentuk
pecahan ke bentuk
desimal
Menentukan nilai pecahan
dari suatu bilangan atau
kuantitas tertentu
Memecahkan masalah
perbandingan dan skala
Mengenal
berbagai
bentuk
pecahan
Mengubah
suatu
pecahan
ke bentuk
pecahan
lain yang
sesuai
Menyeder
hanakan
pecahan
Membulatkan
pecahan
desimal
sampai dua
angka di
belakang
koma
Mengubah
suatu
pecahan ke
bentuk
pecahan
lain yang
sesuai
Membulatkan
pecahan
desimal
sampai dua
angka di
belakang
koma
Menyesuaika
n letak benda
secara
perbandingan
dan skala
Mengurut
kan
pecahan
Menggambar
letak benda
secara
sederhana
PECAHAN
20
Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar
Menentukan sifat-
sifat bangun ruang
sederhana
Menentukan
jaring-jaring balok
dan kubus
Mengidentifi-kasi benda-benda dan bangun datar simetris Menentukan hasil
pencerminan suatu
bangun datar
Menyebutk
an sifat-
sifat
bangun
ruang :
balok dan
kubus
Menggam
bar dan
membuat
berbagai
jaring-
jaring
kubus
Menyebutk
an dan
menggamb
ar bangun
sesuai
sifat-sifat
bangun
ruang yang
Mengelo
mpokkan
dan
memberi
contoh
bangunda
tar yang
simetris
dan tidak
simetris
Mengide
ntifikasi
ciri
bangun
datar
yang
simetris
Membuat
bangun-
bangun
datar
yang
simetris
Mengenal
bangun
datar
yang tidak
memiliki
simetri
Mengident
ifikasi dan
mengguna
kan garis
simetri
pada
bangun
datar
sederhana
Menunjuk
kan dan
menggam
bar
bangun
datar
(benda-
benda)
yang
simetris
Menggambar
cerminan dari
bangun datar
sederhana
BANGUN DATAR
21
Menggunakan konsep integral dalam pemecahan masalah
Memahami konsep integral tak
tentu dan integral tentu
Menghitung integral tak tentu dan integral
tentu dari fungsi aljabar dan fungsi
trigonometri yang sederhana
Menggunakan integral untuk menghitung
luas daerah di bawah kurva dan volume
benda putar
Menentukan integral tak tentu dari fungsi aljabar
Menjelaskan integral tertentu sebagai luas daerah
di bidang datar
Menentukan integral dengan cara substitusi aljabar
Menentukan integral tentu dengan menggunakan
sifat-sifat (aturan) integral
Mengerjakan soal dengan baik berkaitan dengan
materi mengenai aturan rantai untuk mencari
turunan fungsi, pengertian integral, integral tak
tentu, dan integral tertentu
Menentukan integral dengan rumus integral parsial
Menentukan integral dengan cara substitusi
trigonometri
Menentukan integral tak tentu dari fungsi
trigonometri
Menggambarkan suatu daerah yang dibatasi oleh
beberapa kurva
Menggunakan integral tertentu untuk menghitung
volume benda putar dari daerah yang diputar
terhadap sumbu koordinat
Menggunakan integral tertentu untuk menghitung
luas daerah yang dibatasi oleh kurva dan sumbu-
sumbu pada koordinat
Mengerjakan soal dengan baik berkaitan dengan
materi mengenai pengintegralan dengan substitusi
aljabar, substitusi trigonometri, maupun integral
parsial, serta penggunaan integral tertentu untuk
menghitung luas daerah dan volume benda
DERIVATIVE / TURUNAN
INTEGRAL
22
KALKULUS LANJUT
Memahami tentang Turunan dalam
Ruang Berdimensi - n
Memahami tentang Integral dalam
Ruang Berdimensi - n
Memahami
Metode
Langrange
Memahami
Turunan
Berarah dan
Gradien
Memahami
Fungsi Dua
Peubah
Memahami
Turunan
Parsial
Memahami
Limit dan
Kekontiuan
Memahami
Keterdiferensialkan
Memahami
Integral
Lipat Dua
dalam
Koordinat
Kutub
Memahami
Integral Lipat
Dua atas
Daerah Bukan
Persegipanjang
Mema
hami
Aturan
Rantai
Memahami
Integral Lipat
Dua Atas
Persegipanjang
Memahami
Integral
Lipat
Memahami
Penerapan
Integral
Lipat Dua
Memahami
Integral
Lipat Tiga
(koordinat
Kartesius)
Memaha
mi
Integral
Lipat tiga
(Koordina
t tabung
dan Bola)
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang
Turunan dan Integral dalam ruang berdimensi -n
23
Mengidentifikasi pengertian statistik,
statistika, populasi dan sampel
Membedakan
pengertian
statistik dan
statistika
Menentukan
populasi,
ruang sampel
dan sampel
suatu data
Menentukan ukuran pemusatan
data
Menentukan
Mean dari
suatu data
tunggal dan
berkelompo
k
Menentukan
median dari
suatu data
tunggal dan
berkelompok
Menentukan
Modus dari
suatu data
tunggal dan
data
berkelompo
k
Menentukan ukuran penyebaran data
Menentukan
jangkauan,
simpangan rata-
rata, simpangan
baku, jangkauan
semi interkuartil,
dan jangkauan
persentil dari
suatu data.
Nilai
standar
(Z-score)
ditentuka
n dari
suatu
data
Koefisien
variasi
ditentukan
dari suatu
data
Menerapkan aturan konsep statistika dalam
pemecahan masalah
Bilangan Pengukuran
Menyajikan data dalam bentuk
tabel dan diagram
Mengubah
data
kedalam
bentuk tabel
Menyajikan data
ke dalam bentuk
diagram (batang,
lingkaran, garis
gambar) histogram,
poligon frekuensi
dan ogive
STATISTIKA
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebelum menghasilkan suatu desain sitem instruksional yang siap pakai
haruslah melalui tahap-tahap yang ditentukan agar hasil yang didapat lebih
berkualitas dan tujuan yang direalisasikan dapat tercapai secara maksimal. Salah
satu tahap yang tidak kalah pentingnya adalah analisis intruksional, dimana pada
langkah inilah merupakan bertujuan untuk memperolah gambaran tentang apa
yang dicapai. Apa yang kan dicapai merupakan suatu tujuan yang jelas dan
spesifik memberi pegangan dan petunjuk tentang metode mengajar dan belajar
yang serasi serta memungkinkan penilaain proses dan hasil belajar yang lebih
teliti.
B. Saran
Kiranya para desainer atau tenaga pendidik menggunakan tahap demi tahap
dalam menganalisis instruksional secara teliti sehingga kebutuhan siswa dapat
tercapai sesuai dengan tujuan yang kita inginkan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Bloom, Benjamin S. 1956. Taxonomy Of Education Objective: The Classification
Of Educational Goals, Handbook I: Cognitif Domain. Newyork: Longman
Inc.
Dick ‘ W., & Carey, 2005. The Systemafic Design Of Instruction. Glenview
Illionois.Scott, Forestman and Company.
Gagne, R. M., and Briggs, L.J. (1979). Principles Of Instructional Design. New
york: Holt, Rinheart, and Wiston.
Suparman, Atwi, 2012. Desain Intruksional. Jakarta: Erlangga

More Related Content

What's hot

Kegiatan Pendahuluan dan Penutup
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup Kegiatan Pendahuluan dan Penutup
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup Agnas Setiawan
 
Ukuran kemiringan dan keruncingan data
Ukuran kemiringan dan keruncingan dataUkuran kemiringan dan keruncingan data
Ukuran kemiringan dan keruncingan dataSriwijaya University
 
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan EvaluasiPerbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasialvinnoor
 
Contoh instrumen dan rubrik penilaian
Contoh instrumen dan rubrik penilaianContoh instrumen dan rubrik penilaian
Contoh instrumen dan rubrik penilaianNarto Wastyowadi
 
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)universitas negeri padang
 
PPT Melakukan analisis instruksional
PPT Melakukan analisis instruksionalPPT Melakukan analisis instruksional
PPT Melakukan analisis instruksionalNailul Hasibuan
 
instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)Pristiadi Utomo
 
Kuesioner minat belajar mata pelajaran matematika
Kuesioner minat belajar mata pelajaran matematikaKuesioner minat belajar mata pelajaran matematika
Kuesioner minat belajar mata pelajaran matematikaMading KS
 
Evaluasi Formatif dan Sumatif
Evaluasi Formatif dan SumatifEvaluasi Formatif dan Sumatif
Evaluasi Formatif dan SumatifMuhammad Bahrudin
 
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013Hafiza .h
 
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajaran
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media PembelajaranPertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajaran
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajarandhea_nattasha
 
Kisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah Kognitif
Kisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah KognitifKisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah Kognitif
Kisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah KognitifAni Mahisarani
 
contoh penilaian autentik
contoh penilaian autentikcontoh penilaian autentik
contoh penilaian autentikTuti Lestari
 

What's hot (20)

Kegiatan Pendahuluan dan Penutup
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup Kegiatan Pendahuluan dan Penutup
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup
 
Ukuran kemiringan dan keruncingan data
Ukuran kemiringan dan keruncingan dataUkuran kemiringan dan keruncingan data
Ukuran kemiringan dan keruncingan data
 
Contoh Modul
Contoh Modul Contoh Modul
Contoh Modul
 
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan EvaluasiPerbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
 
Contoh instrumen dan rubrik penilaian
Contoh instrumen dan rubrik penilaianContoh instrumen dan rubrik penilaian
Contoh instrumen dan rubrik penilaian
 
Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tes
Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tesTeknik konversi-skor-mentah-hasil-tes
Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tes
 
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
 
PPT Melakukan analisis instruksional
PPT Melakukan analisis instruksionalPPT Melakukan analisis instruksional
PPT Melakukan analisis instruksional
 
instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)
 
Jenis dan bentuk penilaian
Jenis dan bentuk penilaianJenis dan bentuk penilaian
Jenis dan bentuk penilaian
 
Kuesioner minat belajar mata pelajaran matematika
Kuesioner minat belajar mata pelajaran matematikaKuesioner minat belajar mata pelajaran matematika
Kuesioner minat belajar mata pelajaran matematika
 
Penilaian Afektif
Penilaian AfektifPenilaian Afektif
Penilaian Afektif
 
Evaluasi Formatif dan Sumatif
Evaluasi Formatif dan SumatifEvaluasi Formatif dan Sumatif
Evaluasi Formatif dan Sumatif
 
Soal baru
Soal baruSoal baru
Soal baru
 
Daya pembeda & tingkat kesukaran
Daya pembeda & tingkat kesukaranDaya pembeda & tingkat kesukaran
Daya pembeda & tingkat kesukaran
 
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
 
Ppt penilaian autentik
Ppt penilaian autentikPpt penilaian autentik
Ppt penilaian autentik
 
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajaran
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media PembelajaranPertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajaran
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajaran
 
Kisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah Kognitif
Kisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah KognitifKisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah Kognitif
Kisi-Kisi Soal Instrumen Penilaian Ranah Kognitif
 
contoh penilaian autentik
contoh penilaian autentikcontoh penilaian autentik
contoh penilaian autentik
 

Similar to Analisis Instruksional

Media Pembelajaran "Lembar Kerja Siswa (LKS) "PPT
Media Pembelajaran "Lembar Kerja Siswa (LKS) "PPTMedia Pembelajaran "Lembar Kerja Siswa (LKS) "PPT
Media Pembelajaran "Lembar Kerja Siswa (LKS) "PPTzaida.masruroh
 
Menganalisis pembelajaran individual (KELOMPOK 7)
Menganalisis pembelajaran individual (KELOMPOK 7)Menganalisis pembelajaran individual (KELOMPOK 7)
Menganalisis pembelajaran individual (KELOMPOK 7)Nastiti Rahajeng
 
hakekat evalusi pembelajaran
hakekat evalusi pembelajaranhakekat evalusi pembelajaran
hakekat evalusi pembelajaransuciariani
 
DESAIN EVALUASI PEMBELAJARAN.docx
DESAIN EVALUASI PEMBELAJARAN.docxDESAIN EVALUASI PEMBELAJARAN.docx
DESAIN EVALUASI PEMBELAJARAN.docxmas iwan
 
Prinsip pengembangan instruksional
Prinsip pengembangan instruksionalPrinsip pengembangan instruksional
Prinsip pengembangan instruksionalNur Arfah Mega
 
Makalah Kurikulum Pendidikan
Makalah Kurikulum PendidikanMakalah Kurikulum Pendidikan
Makalah Kurikulum PendidikanEla Suryani
 
Tugas 2 mata kuliah desain instruksional
Tugas 2 mata kuliah desain instruksional Tugas 2 mata kuliah desain instruksional
Tugas 2 mata kuliah desain instruksional Cecep Kustandi
 
7.vina serevina andry fitrian
7.vina serevina andry fitrian7.vina serevina andry fitrian
7.vina serevina andry fitrianvinaserevina
 
Desain pembelajaran (P4).ppt
Desain pembelajaran (P4).pptDesain pembelajaran (P4).ppt
Desain pembelajaran (P4).pptIwanAbdi1
 
8.vina serevina r.thomas pramanto h
8.vina serevina r.thomas pramanto h8.vina serevina r.thomas pramanto h
8.vina serevina r.thomas pramanto hvinaserevina
 
Evaluasi pembelajaran _makalah_
Evaluasi pembelajaran _makalah_Evaluasi pembelajaran _makalah_
Evaluasi pembelajaran _makalah_amirafirda
 
Evaluasi agung
Evaluasi agungEvaluasi agung
Evaluasi agungagung wjp
 
Sistem Penilaian Ktsp Sma
Sistem Penilaian Ktsp SmaSistem Penilaian Ktsp Sma
Sistem Penilaian Ktsp Smapujimr
 

Similar to Analisis Instruksional (20)

Prosedur Evaluasi Pembelajaran Matematika
Prosedur Evaluasi Pembelajaran MatematikaProsedur Evaluasi Pembelajaran Matematika
Prosedur Evaluasi Pembelajaran Matematika
 
Powerpoint bab 1
Powerpoint bab 1Powerpoint bab 1
Powerpoint bab 1
 
Media Pembelajaran "Lembar Kerja Siswa (LKS) "PPT
Media Pembelajaran "Lembar Kerja Siswa (LKS) "PPTMedia Pembelajaran "Lembar Kerja Siswa (LKS) "PPT
Media Pembelajaran "Lembar Kerja Siswa (LKS) "PPT
 
Menganalisis pembelajaran individual (KELOMPOK 7)
Menganalisis pembelajaran individual (KELOMPOK 7)Menganalisis pembelajaran individual (KELOMPOK 7)
Menganalisis pembelajaran individual (KELOMPOK 7)
 
Lk 1
Lk 1Lk 1
Lk 1
 
hakekat evalusi pembelajaran
hakekat evalusi pembelajaranhakekat evalusi pembelajaran
hakekat evalusi pembelajaran
 
DESAIN EVALUASI PEMBELAJARAN.docx
DESAIN EVALUASI PEMBELAJARAN.docxDESAIN EVALUASI PEMBELAJARAN.docx
DESAIN EVALUASI PEMBELAJARAN.docx
 
Prinsip pengembangan instruksional
Prinsip pengembangan instruksionalPrinsip pengembangan instruksional
Prinsip pengembangan instruksional
 
Makalah kurikulum
Makalah kurikulumMakalah kurikulum
Makalah kurikulum
 
Presentation1 evaluasi
Presentation1 evaluasiPresentation1 evaluasi
Presentation1 evaluasi
 
Pp nisa
Pp nisaPp nisa
Pp nisa
 
Makalah Kurikulum Pendidikan
Makalah Kurikulum PendidikanMakalah Kurikulum Pendidikan
Makalah Kurikulum Pendidikan
 
Tugas 2 mata kuliah desain instruksional
Tugas 2 mata kuliah desain instruksional Tugas 2 mata kuliah desain instruksional
Tugas 2 mata kuliah desain instruksional
 
7.vina serevina andry fitrian
7.vina serevina andry fitrian7.vina serevina andry fitrian
7.vina serevina andry fitrian
 
SUMBER PTK ALL.docx
SUMBER PTK ALL.docxSUMBER PTK ALL.docx
SUMBER PTK ALL.docx
 
Desain pembelajaran (P4).ppt
Desain pembelajaran (P4).pptDesain pembelajaran (P4).ppt
Desain pembelajaran (P4).ppt
 
8.vina serevina r.thomas pramanto h
8.vina serevina r.thomas pramanto h8.vina serevina r.thomas pramanto h
8.vina serevina r.thomas pramanto h
 
Evaluasi pembelajaran _makalah_
Evaluasi pembelajaran _makalah_Evaluasi pembelajaran _makalah_
Evaluasi pembelajaran _makalah_
 
Evaluasi agung
Evaluasi agungEvaluasi agung
Evaluasi agung
 
Sistem Penilaian Ktsp Sma
Sistem Penilaian Ktsp SmaSistem Penilaian Ktsp Sma
Sistem Penilaian Ktsp Sma
 

More from Nailul Hasibuan

Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisAplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisNailul Hasibuan
 
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSTUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSNailul Hasibuan
 
Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016Nailul Hasibuan
 
Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaMedia pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaNailul Hasibuan
 
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989Nailul Hasibuan
 
9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century LearningNailul Hasibuan
 
diagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogydiagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogyNailul Hasibuan
 
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususMelakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususNailul Hasibuan
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilNailul Hasibuan
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilNailul Hasibuan
 
Induksi matematika teobil
Induksi matematika teobilInduksi matematika teobil
Induksi matematika teobilNailul Hasibuan
 

More from Nailul Hasibuan (20)

Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisAplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
 
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSTUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
 
Rpkps anvek unrika
Rpkps anvek unrikaRpkps anvek unrika
Rpkps anvek unrika
 
Rpkps evaluasi 2016
Rpkps evaluasi 2016Rpkps evaluasi 2016
Rpkps evaluasi 2016
 
Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016
 
Rpkps trigonometri 2016
Rpkps trigonometri 2016Rpkps trigonometri 2016
Rpkps trigonometri 2016
 
Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaMedia pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematika
 
Kurikulum di singapura
Kurikulum di singapuraKurikulum di singapura
Kurikulum di singapura
 
Kurikulum di USA
Kurikulum di USAKurikulum di USA
Kurikulum di USA
 
Kurikulum di Jepang
Kurikulum di JepangKurikulum di Jepang
Kurikulum di Jepang
 
Kurikulum di belanda
Kurikulum di belandaKurikulum di belanda
Kurikulum di belanda
 
Kurikulum di Australia
Kurikulum di AustraliaKurikulum di Australia
Kurikulum di Australia
 
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
 
9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning
 
diagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogydiagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogy
 
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususMelakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
 
Kekongruenan teobil
Kekongruenan teobilKekongruenan teobil
Kekongruenan teobil
 
Induksi matematika teobil
Induksi matematika teobilInduksi matematika teobil
Induksi matematika teobil
 

Recently uploaded

SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaAbdiera
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlineMMario4
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Abdiera
 
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptPPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptBennyKurniawan42
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxHeriyantoHeriyanto44
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfAgungNugroho932694
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiOviLarassaty1
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunnhsani2006
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfEmeldaSpd
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuKarticha
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docNurulAiniFirdasari1
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfHeriyantoHeriyanto44
 

Recently uploaded (20)

SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 2 Fase A [abdiera.com]
 
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptPPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamuAdab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
Adab bjjkkkkkkk gggggggghhhhywq dede dulu ya itu yg kamu
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
 

Analisis Instruksional

  • 1. 1 Desain Pembelajaran Matematika MELAKUKAN ANALISIS INSTRUKSIONAL Dosen : Dr. Izwita Dewi, M.Pd. Oleh KELOMPOK IV 1. EFRIDAYANI 8146172016 2. LILIS 8146172038 3. NAILUL HIMMI HASIBUAN 8146172050 4. RUMINDA HUTAGALUNG 8146172061 5. SAIFUL 8146172062 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN (UNIMED) 2015
  • 2. 2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI........................................................................................................i BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1 A. Latar Belakang.................................................................................1 B. Rumusan Masalah............................................................................2 C. Tujuan Pembahasan.........................................................................2 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4 A. Pengertian Analisis Instruksional ...................................................4 B. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Melaksanakan Analisis Instruksional.....................................................................5 C. Struktur Kompetensi.........................................................................8 D. Langkah – Langkah Melaksanakan Analisis Instruksional..........17 BAB III PENUTUP............................................................................................21 A. Kesimpulan..........................................................................................21 B. Saran ..................................................................................................21 Daftar Pustaka ....................................................................................................22
  • 3. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses merumuskan tujuan instruksional umum (TIU) yang telah dibahas sebelumnya telah menghasilkan rumusan TIU. Tidak sedikit pengembangan instruksional termasuk pengajar melompat dari TIU ke penulisan tujuan instruksional khusus (TIK), tes, atau isi pelajaran, tanpa melalui analisis instruksional, sehingga menghasilkan kegiatan instruksional yang tidak sistematik. Implikasi proses pengembangan instruksional yang melompat seperti itu antara lain adalah : 1. Daftar TIK yang telah disusun tidak konsisten dengan TIUnya. Daftar TIK tersebut mungkin tidak lengkap atau berlebihan. Di samping itu, kemampuan yang ada dalam setiap TIK belum tentu mengacu kepada kemampuan yang terdapat dalam TIU. 2. Materi tes tidak terperinci karena hanya meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bersifat umum atau akhir. Kemajuan mahasiswa di tenah proses belajar tidak dapat diukur dengan teliti sehingga pengajar tidak dapat memberikan pengajaran remedial yang tepat bagi mahasiswa yang sebenarnnya masih ketinggalan atau pemberian bahan pengayaan bagi mahasiswa yang telah lebih dahulu maju. 3. Urutan isi pelajaran kurang sistematik. 4. Titik berangkat materi pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan awal mahasiswa. 5. Cara penyajiannya tidak sesuai dengan karakteristik mahasiswa. Pada makalah ini akan dibahas konsep dan prosedur menjabarkan kompetensi yang ada dalam TIU menjadi subkompetensi, kompetensi dasar, atau kompetensi khusus yang lebih kecil dan mengidentifikasi hubungan antara subkompetensi yang satu dengan sub kompetensi yang lain. Prosedur penjabaran inilah yang disebut analisis instruksional.
  • 4. 2 Keterampilan melakukan analisis instruksional ini sangat penting artinya bagi kegiatan instruksional, karena pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus diberikan lebih dahulu dari yang lain dapat ditentukan hasil analisis instruksional. Dengan demikian, pengajar jelas melihat arah kegiatan instruksionalnya secara bertahap menuju pencapaian TIU. Ini berarti pengajar terhindar dari pemberian isi pelajaran yang tidak relevan dengan TIU.Hasil analisis instruksional ini dikaitkan dengan hasil kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal mahasiswa.Atas dasar keduannya, pengembangan instruksional dapat menyusun tujuan instruksional khusus (TIK) yang relevan dengan TIU. Sistem instruksional yang siap pakai adalah hasil yang diinginkan dalam hal mendesaian sistem intruksional. Dalam mencapai sistem instruksional yang siap pakai tidaklah semudah menentukan tujuan perjalanan. Kita mengetahui bahwa pendidikan itu mempunyai tujuan yang pasti, hanya tidak semua orang dapat merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin dicapainya dengan pendidikan yang direalisasikannya. Tujuan instruksional idealnya diperoleh dari proses pengkajian / penelususan kebutuhan (Need Assessment) yang menetapkan secara luas indikasi-indikasi permasalahan yang harus dipecahkan. B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam makalah ini adalah : 1. Apakah pengertian dari Analisis Instruksional? 2. Hal-hal apakah yang harus diperhatikan dalam melaksanakan analisis instruksional? 3. Bagaimana susunan struktur kompetensi? 4. Langkah-langkah apakah yang digunakan dalam melakukan analisis instruksional?
  • 5. 3 C. Tujuan Pembahasan Berdasarkan perumusan masalah diatas maka pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Pengertian Analisis Instruksional. 2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan analisis instruksional. 3. Strukur Kompetensi. 4. Langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis instruksional.
  • 6. 4 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Analisis Instruksional Analisis instruksional (Dick and Carey 2005) adalah sebagai tahapan proses yang merupakan keseluruhan dari pemaparan bagaimana perancang (desainer) menentukan komponen utama dari tujuan instruksional melalui kegunaan analisis tujuan (goal analysis), dan bagaimana setiap langkah dalam tujuan tersebut dapat dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan subordinate atau keterampilan prasyarat. Analisis instruksional sebagai perangkat (satu set) prosedur yang ketika dipublikasikan ketujuan instruksional, menghasilkan pengindentifikasian langkah- langkah yang sesuai untuk melaksanakan tujuan dan keterampilan subordinate bagi sibelajar dalam rangka mencapai tujuan. Suparman (2012:157) lebih cenderung mengartikan analisis instruksional sebagai proses yang menjabarkan perilaku/kompetensi umum menjadi sub kompetensi, kompetensi dasar, atau perilaku/kompetensi khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Kegiatan penjabaran tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku umum secara terperinci. Yang dimaksud perilaku khusus tersusun secara logis dan sistematis adalah tahapan apa yang seharusnya dilakukan terlebih dahulu ditinjau dari berbagai alasan seperti karena kedudukannya sebagai perilaku prasyarat, prilaku yang menurut urutan fisik berlangsung lebih dahulu, perilaku yang menurut proses psikologi muncul lebih dahulu atau kronologis terjadi lebih awal. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis instruksional adalah suatu prosedur dalam mengidentifikasi kompetensi yang harus dikuasai siswa dengan menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis untuk mencapai tujuan instruksional. Dengan melakukan analisis instruksional akan tergambar susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Baik jumlah maupun susunan perilaku tersebut akan memberikan keyakinan kepada pengajar bahwa
  • 7. 5 perilaku umum yang tercantum dalam TIU dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dengan perkataan lain, melalui tahap perilaku perilaku khusus tertentu akan mencapai perilaku umum. Perilaku khusus yang telah tersusun secara sistematik menjuju perilaku umum itu laksana jalan yang singkat yang harus dilalui untuk mencapai tujuannya dengan baik. Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan kegunaan analisis instruksional sebagai berikut: a. Membantu bantu para guru/pendidik maupun penyusun disain instruksional untuk mengorganisir tugas-tugas pokok dalam hubungannya dengan sub tugas yang harus dipelajari siswa. Pengorganisasiannya adalah sedemikian, sehingga merupakan urutan logis sesuai dengan keadaan sebenarnya manakala tugas tersebut dilaksanakan. Proses ini akan memberikan gambaran yang jelas bagi siswa mengenai yang diharapkan dapat dikerjakan setelah selesai mengikuti suatu pelajaran. b. Membantu para guru di dalam menganalisis tingkah laku (behavior) berkenaan dengan masing-masing tugas pokok maupun subtugas. Dengan cara demikian, semua pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk melaksanakan setiap tugas pokok dapat diidentifikasikan. c. Membantu para penyusun disain instruksional dan para guru/pendidik untuk memperkirakan waktu yang diperlukan untuk belajar, sehingga siswa dapat melaksanakan suatu tugas dengan baik. Analisis instruksional penting untuk dilaksanakan. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus diberikan lebih dahulu dari yang lain dapat ditentukan dari hasil analisis instruksional; arah kegiatan instruksional jelas terlihat secara bertahap menuju pencapaian TIU; dan terhindar dari pemberian isi pelajaran yang tidak relevan dengan TIU (Nugroho, 2011). Sedangkan menurut Kamas (2011), analisis intruksional dilaksanakan apabila TIK tidak konsisten dengan TIU, materi tes kurang terinci (tdk ada pengukuran tengah proses pembelajaran), urutan isi pelajaran kurang sistematis,
  • 8. 6 titik awal pelajaran kurang sesuai dengan kemampuan awal siswa, dan penyajian guru tidak sesuai karakteristik siswa. Selain itu, dengan melakukan analisis instruksional, akan tergambar susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Baik jumlah maupun susunan perilaku tersebut akan memberikan keyakinan kepada pengajar bahwa perilaku umum yang tercantum dalam TIU dapat dicapai secara efisien dan efektif. Melalui tahap perilaku khusus, pembelajar akan mencapai perilaku umum (Hernawan dkk, 2006). B. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Melaksanakan Analisis Instruksional Ditinjau dari pendapat Dick and Carey (2005), proses analisis instruksional dimulai dari melaksanakan analisis tujuan (goal analysis) yang dimulai setelah memperoleh pernyataan yang jelas dari instruksional. 1. Analisis Tujuan (Goal Analysis) Hal yang harus diperhatikan adalah: a. Pengklasifikasian pernyataan tujuan berdasarkan domain (jenis) belajar yang akan muncul. Domain belajar dapat dibagi atas empat yakni: 1) Keterampilan intelektual Keterampilan yang mensyaratkan sebelajar melakukan kegiatan kognitif yang unik. Unik yang dimaksud disini adalah sibelajar harus mempu memecahkan masalah atau menampilkan satu perilaku dengan contoh atau informasi yang tidak ditemukan sebelumnya. 2) Informasi Verbal Keterampilan yang mensyaratkan sibelajar memberikan respons yang spesifik terhadap stimuli yang relative spesifik.Biasanya tujuan keterampilan ini dapat dikenali dari kata kerja yang digunakan.Kata kerja seperti menyebutkan atau menjelaskan sesuatu. 3) Sikap
  • 9. 7 Sikap adalah pernyataaan kompleks manusia terhadap orang, benda dan kejadian.Dick and Carey (2005) mendefenisikan sebagai kecenderungan membuat pilihan-pilihan tertentu atau keputusan tertentu terhadap keadaan tertentu.Sikap mempengaruhi pilihan sikap seseorang dan merupakan tujuan jangka panjang yang sulit diukur dalam waktu singkat.Tujuan instruksional yang berfokus pada sikap dan dianggap sebagai sesuatu yang mempengaruhi sebelajar memilih.Sikap memilih dapat menunjukkan kecenderungan positif atau negative terhadap objek kejadian atau orang tertentu. 4) Keterampilan psikomotor Karakteristik dari keterampilan psikomotor adalah sibelajar harus melaksanakan gerakan otot dengan atau tanpa peralatan untuk mencapai hasil yang spesifik.Ketrampilan ini melibatkan mental dan fisik.Perilaku dari tampilan ini berupa kecepatan gerakan tubuh, keakraban kekuatan dan kelenturan. Setiap tujuan dapat dimulai dengan menjawab pertanyaan “bagaimana kita menentukan keterampilan belajar apa yang harus dipelajari sehingga dapat tercapai tujuan-tujuan yang telah dibuat?”Jawabannya adalah mengklasifikasian setiap tujuan kedalam salah satu domain belajar diatas. b. Mengidentifikasi dan mengurutkan langkah-langkah utama ketika sibelajar sedang menampilkan tujuan. Langkah kedua dari analisis tujuan ini dilakukan setelah kita mengidentifikasi domain dari tujuan maka perlu untuk lebih spesifik mengindikasikan apa yang akan dilakukan sibelajar ketika sedang menampilkan tujuan. Teknik terbaik yang sebaiknya digunakan oleh seorang desainer untuk menganalisa sebuah tujuan adalah dengan mendiskripsikan langkah demi langkah secara terperinci kegiatan atau apa yang akan dilakukan seseorang ketika menampilkan sebuah tujuan. Analisis tujuan merupakan tayangan visual dari langkah-langkah spesifik yang sibelajar akan lakukan ketika menampilkan tujuan instruksional sebaiknya ditayangkan dalam bentuk yaitu langkah demi langkah dalam kotak tersusun disebuah diagram air (flow diagram). (Dick and Carey 2005)
  • 10. 8 Gbr. Flow diagram Pada saat menyusun daftar langkah-langkah tersebut yang harus diperhatikan adalah sipembelajar, apakah sipembelajar berusia muda atau dewasa karena akan mempengaruhi jumlah angka yang harus dibuat. Pendiskripsian setiap langkah harus mencamtumkan sebuah kata kerja yang menjelaskan sebuah tingkah laku yang dapat diobservasi. Contohnya “ bila membaca atau mendengar (keduanya proses internal bukan tingkah laku yang jelas) langkahnya sebaiknya diindikasikan apa yang sibelajar akan identifikasi dari apa yang mereka baca ata dengar. Setiap langkah sebaiknya memiliki outcome yang dapat diobservasi. Sedikitnya 5 langkah yang ada pada tahapan ini tetapi tidak lebih dari 15 untuk durasi waktu 1 sampai 2 jam pengajaran. Menulis TIU (target objective) mensyaratkan disainer mengklasifikasikan keterampilan target berdasarkan tipe hasil belajar. Hal ini memungkinkan melanjutkan keanalisis berikutnya, yaitu analisis tugas (Task Analysis).Tetapi sebelumnya ada beberapa hal lagi yang sebaiknya diperhatikan yaitu pengujian setiap langkah yang telah dibuat hingga pada akhirnya akan berbentuk produk akhir dari analisis tujuan (goal analysis) berupa diagram keterampilan yang menyediakan gambaran mengenai apa yang akan menyediakan gambaran mengenai apa yang sedang dilakukan oleh sibelajar ketika mereka menampilkan tujuan instruksioanl umum. Kerangka kerja inilah yang nantinya menjadi dasar bagi analisis keterampilan prasyarat atau subordinate skill analysis. 2. Analisis Keterampilan Prasyarat (Subordinate skill analysis) Setelah langkah-langkah dalam tujuan teridentifikasi dianggap perlu melakukan pengujian setiap langkah untuk menentukan apa yang seharusnya telah diketahui seibelajar dapat mempelajari langkah yang ditampilkan (perform) dalam tujuan. Langkah ini disebut analysis keterampilan prasyarat atau subordinate skill analysis. Step 1 Step 2 Step 3 Step 4 Step 5
  • 11. 9 Dalam analisis ini tujuan yang akan dibahas terlebih dahulu adalah tujuan murni (pure goals) yang langkah-langkahnya hanya keterampilan intelektual atau hanya ketrampilan psikomotor. Tujuan kompleks (complex goal) melibatkan beberapa domain / ranah segaligus.Sebuah kombinasi berbagai pendekatan dapat digunakan dengan tujuan kompleks. Dalam rangka memulai sebuah analisis keterampilan prasyarat, perlu diperoleh deskripsi atau gambaran mengenai tugas utama si belajar yang harus ditampilkan sehingga terpenuhilah tujuan instruksional umum. C. Struktur Kompetensi Berbagai pendekatan dalam melakukan analisis keterampilan prasyarat menurut Dick and Carey (2005) yakni: 1. Pendekatan Hirarki (hierarchial approach) 2. Pendekatan Pengelompokan (cluster approach) 3. Pendekatan Hirarki dan atau Pendekatan Pengelompokan Suparman (2012:158) membagi pendekatan tersebut sebagai proses penguraian perilaku khusus kedalam empat struktur perilaku. Empat susunan struktur perilaku tersebut sebagai berikut: 1. Struktur Perilaku Hirarkis Struktur perilaku yang hierarkikal adalah kedudukan dua perilaku yang menunjukkan bahwa salah satu perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai perilaku yang lain. Perilaku B Misalnya, hanya dapat dipelajari bila seseorang telah dapat melakukan perilaku A. Kedudukan perilaku A dan B disebut hierarkikal. Dalam suatu kurikulum mata pelajaran A biasa disebut mata pelajaran prasyarat untuk mengikuti pelajaran B tanpa lulus mata pelajaran A lebih dahulu mahasiswa tersebut tidak boleh dan tidak mungkin langusung mempelajari mata pelajaran B. perhatikan contoh – contoh perilaku di bawah ini. a) Kedudukan perilaku menerapkan Statitika lanjutan dan perilaku menerapkan Statistika Dasar. Menerapkan Statistika Lanjutan seperti Regresi Ganda Analisis Variasi tidak mungkin Statistika Dasar seperti menghitung Skor rata-rata, Deviasi Standar, dan Korelasi Sederhana. Menerapkan Statistika Lanjutan Menerapkan Statistika Dasar
  • 12. 10 Kedua perilaku tersebut secara Hierarkikal menerapkan statistika dasar merupakan prasyarat untuk dapat menerapkan Satistika Lanjutan. b) Kedudukan perilaku mengukur luas sebidang tanah tersebut terhadap perilaku mengukur panjang benda. Perilaku mengukur luas sebidang yang terbentang di belakang rumah misalnya, tidak akan dapat dilakukan bila belum dikuasai cara mengukur panjang benda, walaupun telah dikuasai rumus untuk menghitung luas benda. Mengukur panjang benda merupakan prasyarat untuk mengukur luas tanah.Keduannya terstrukrut secara hierarkis. c) Kedudukan kompetensi “mengambil keputusan” terhadap kompetensi “menganalisis pemecahan masalah”. Kompetensi mengambil keputusan untuk memecahkan masalah tertentu hanya dapat dilakukan bila cara melakukan analisis alternatif telah dikuasai, yaitu teknik membandingkan berbagai alternatif pemecahan masalah dari berbagai segi seperti efisinsi dan efektivitas. Mengukur luas Tanah Mengukur panjang benda Mengambil keputusan
  • 13. 11 Contoh di atas dapat diteruskan dengan syarat harus menunjukkan kompetensi yang menjadi prasyaratnya atau dengan menambah kotak di bawah dan kompetensi yang lebih tinggi tingkatannya dengan menambah kotak di atas dengan menghuungkannya dengan garis vertikal. 2. Struktur Perilaku Prosedural Struktur ini adalah kedudukan beberapa perilaku yang menunjukkan bahwa salah satu seri urutan penampilan perilaku tetapi ada yang menjadi perilaku prasyarat untuk yang lain.Walaupun kedua perilaku khusus itu harus dilakukan berurutan untuk dapat melakukan suatu perilaku umum, tetapi setiap perilaku itu dapat dipelajari secara terpisah. Contoh : tujuan siswa dapat menggambar grafik persamaan garis lurus. Melakukan perilaku umum menggambar grafik persamaan garis lurus terdapat sedikitnya tiga perilaku khusus yang terstruktur secara procedural. Gbr. Struktur Perilaku Prosedural Kompetensi yang disusun secara prosedural dilukiskan kotak-kotak yang berderet ke samping dan dihubungkan dengan garis horizontal. Dengan demikian bila kompetensi tersebut dilukiskan dalam satu bagan, akan mudah dibedakan dari kompetensi-kompetensi yang tersusun secara hirarkis yang tampak dihubungkan dengan garis vertikal. 3. Struktur Perilaku Pengelompokan Struktur ini adalah perilaku-perilaku khusus yang tidak mempunyai ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Di samping perilaku – perilaku Membuat sambu koordinat x dan y Menentukan letak titik – titik pada sumbu koordinat Menghubungkan titik – titik yang ada pada sumbu koordinat Menganalisis beberapa alternatif pemecahan masalah
  • 14. 12 khusus yang dapat diurut sebagai hierarkikal dan prosedural, terdapat perilaku – perilaku khusus yang tidak mempunyai ketergantungan antara satu dan yang lain, walaupun semuanya berhubungan. Dalam keadaan seperti itu, garis penghubung antara perilaku khusus yang satu dan yang lain tidak diperlukan. Misalnya tujuan siswa dapat menjelaskan bagian-bagian dari lingkaran, menjelaskan fungsi satu dengan yang lain tidak terkait secara hirarki dan procedural. Dalam contoh di atas, kompetensi (A) mensyaratkan beberapa kompetensi lain yang tidak tersusun secara hirarkis, tidak pula secara prosedural, melainkan pengelompokan. 4. Struktur Perilaku Kombinasi Suatu perilaku umum bila diuraikan menjadi perilaku khusus sebagian besar akan terstruktur secara kombinasi antara struktur hierarkikal, procedural, dan pengelompokkan. Sebagian dari perilaku khusus yang terdapat di dalam ruang lingkup perilaku umum itu mempersyaratkan perilaku khusus yang lain. Selebihnya merupakan urutan penampilan perilaku khusus dan umum. Misalnya : a. Perilaku umum menghitung korelasi dengan menggunakan berbagai rumus dapat diuraikan menjadi perilaku-perilaku sebagai berikut: Menjelaskan bagian-bagian dari lingkaran (A) Menjelaskan definisi busur pada lingkaran Menjelaskan definisi apotema pada lingkaran Menjelaskan definisi tembereng pada lingkaran Menjelaskan definisi juring pada lingkaran Menghitung korelasi dengan berbagai rumus Menghitung korelasi dengan rumus Skor Mentah sebagai berikut : Menghitung korelasi dengan rumus Deviasi sebagai berikut : Menghitung jumlah setiap deret angka Menghitung Deviasi Standar Menghitung jumlahperkalian deret angka Menghitung Deviasi Standar Menghitung jumlah kuadrat setiap deret angka Menghitung Skor rata-rata
  • 15. 13 Gambar Struktur Perilaku Kombinasi Untuk menghitung korelasi dua deret skor dengan menggunakan berbagai rumus yang ada diperlakukan dua perilaku khusus, yaitu menghitung korelasi kedua deret skor itu dengan rumus skor mentah dan rumus deviasi. Kedua perilaku khusus ini dapat dilakukan secara terpisah.Tetapi, keduanya menjadi bagian dari perilaku umum menghitung korelasi dengan berbagai rumus. Perilaku khusus menghitung korelasi dengan rumus skor mentah ini mempunyai prasyarat pula, yaitu menghitung jumlah kuadrat setiap deretan angka, menghitung jumlah setiap deretan angka dan menghitung jumlah perkalian kedua deret angka. Untuk menghitung korelasi dua deret angka dengan menggunakan rumus deviasi diperlukan prasyarat perilaku menghitung deviasi standar. Sedangkan menghitung deviasi standar dapat dipelajari bila telah dikuasai perilaku menghitung deviasi. Sebelum itu, harus pula dikuasai perilaku menghitung skor rata-rata. Bagian di atas menunjukkan kombinasi antara struktur hierarkikal dan struktur pengelompokkan. b. kompetensi umum melakukan lari cepat dapat diuraikan menjadi beberapa subkompetensi sebagai berikut:
  • 16. 14 Kompetensi melakukan lari cepat terbentuk dengan cara mensejajarkankan tiga subkompetensi yaitu start, lari, dan melintasi garis finish. Kompetensi mensejajarkankan ketiga kompetensi khusus tersebut hanya dapat dilakukan bila satu persatu dari ketiga kompetensi tersebut telah dikuasai. Dengan demikian, merangkaikan start, lari, dan melintasi garis finish membutuhkan prasyarat melakukan setiap gerakan tersebut satu per satu. Mana yang dahulu harus dilakukan ketiga gerakan tersebut? Terserah pendesain instruksional. Setiap orang dapat memilih salah satu di antaranya. Karena itu, kedudukan ketiga gerakan tersebut antara satu dan yang lain terstruktur secara procedural. Mengapa? Karena merangkaikan ketiganya pasti dimulai dari start, dilanjutkan dengan lari, dan diakhiri dengan melntasi garis finish.Komepetsni “melakukan start” mensyaratkan kemampuan menjelaskan teknik start. Demikian pula, kompetensi “lari” mensyaratkan kompetensi teknik lari. Sedangkan kompetensi “melintasi garis finish” mensyaratkan kemampuan menjelaskan teknik melintasi garis finish. Bagan di atas menunjukkan struktur kombinasi antara hierarkis dan procedural. Untuk menjabarkan kompetensi umum menjadi subkompetensi dalam kawasan kognitif, psikomotor, dan afektif terlebih dahulu perlu diberikan definisi tentang ketiga kawasan tersebut. a. Kompetensi kawasan kognitif
  • 17. 15 Kompetensi kawasan kognitif adalah kompetensi yang merupakan dari proses berpikir. Dalam bahasa sederhananya adalah kompetensi hasil kerja otak. • Bloom (1956) Membagi kawasan kognitif menjadi enam tingkatan :  Pengetahuan  Pemahaman  Penerapan  Analisis  Sintesis  Evaluasi Contoh : menyebutkan definisi makhluk hidup, membedakan fungsi meja dan kursi, menceritakan kembali isi dongeng • Gagne (1979) Membagi kemampuan manusia menjadi tiga macam ; ketrampilan intelektual ketrampilan teknis dalam ilmu pengetahuan ketrampilan strategi kognitif ketrampilan dalam mencari pemecahan masalah ketrampilan informasi verbal ketrampilan mengungkapkan kembali pengetahuan verbal yang telah dimiliki b. Kompetensi kawasan psikomotor Kompetensi kawasan psikomotor adalah kompetensi yang dimunculkan oeh hasil kerja fungsi tubuh manusia. Jadi berbentuk gerakan tubuh. Contohnya adalah berlari, melompat, melempar berputar, memukul, dan menendang. Dave (1967) membagi kompetensi kawasan psikomotor dalam lima jenjang kompetensi khusus, yaitu : • Menirukan gerak • Memanipulasi kata – kata menjadi gerak • Melakukan gerak dengan tepat • Merangkaikan berbagai gerak • Melakukan gerak dengan gerak wajar dan efisien
  • 18. 16 c. Kompetensi kawasan afektif Kompetensi kawasan afektif adalah kompetensi yang dimunculkan seseorang sebagai pertanda kecenderungannya membuat pilihan atau keputusan untuk beraksi dalam lingkungan tertentu. Contoh : menganggukkan kepala ditafsirkan sebagai tanda setuju, meloncat dengan muka berseri-seri sebagai tanda kegirangan, dan pergi beribadah sebagai tanda beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bloom dan Mansia (1964) membagi kawasan ini menjadi lima tingkatan kemampuan, yaitu : • Menerima nilai • Membuat respon terhadap nilai • Menhargai nilai-nilai yang ada • Mengorganisasikan nilai, dan • Mengamalkan nilai secara konsisten (internalisasi nilai) Untuk menafsirkan sikap orang lain dapat dilihat dari perilakunya atau gejala yang dtimbulkannya. Penafsiran seperi ini sangat sulit. Kunci utamanya terletak pada bagaimana menafsirkan perilaku tertentu sebagai sikap tertentu. Tabel 2.1 Penafsirkan kemampuan seseorang Kapabilitas Cara Penafsiran Kemungkinan yang Terjadi Kawasan kognitif Dilihat dari hasil jawaban tes Hasil tidak murni pekerjaan sendiri Kawasan psikomotor Hasil gerakan Melihat teman/ berpura-pura Kawasan afektif Dilihat dari perilaku atau sikap Berpura-pura Jadi kunci dari dapat atau tidaknya kompetens itu dijadikan alat untuk menafsirkan kemampuan orang, baik dalam kawasan kognitif, psikomotor, maupun afektif itu terletak pada cara atau metode dan instrumen yang digunakan untuk memunculkan kompetensi tersebut, bukan tergantung pada jenis kawasan kompetensi tersebut.
  • 19. 17 Cara menjabarkan kompetensi umum menjadi subkompetensi dalam kawasan afektif pada dasarnya tidak berbeda dengan kawasan kognitif dan psikomotor. Setelah diketahui kompetensi umum yang terdapat dalam tujuan instruksional umu, pengembang instruksional selanjutnya mencari jawaban atas pertanyaann sebgai berikut :“Subkompetensi apa saja yang mengacu pada munculnya kompetensi umum tersebut?” Untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan tersebut, pengembang instruksional melakukan analisis instrusional dengan langkah-langkah yang tercantum dalam subbab berikut ini. D. Langkah-langkah Melaksanakan Analisis Instruksional Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis intruksional adalah sebagai berikut: 1. Menuliskan perilaku umum yang telah ditulis dalam TIU untuk mata pelajaran yang dikembangkan 2. Menuliskan setiap perilaku khusus yang menjadi bagian dari perilaku umum tersebut 3. Menyusun perilaku khusus tersebut kedalam suatu daftar dalam urutan yang logis dimulai dari perilaku umum, perilaku khusus yang paling “dekat” hubungannya dengan perilaku umum diteruskan “mundur” sampai perilaku yang paling jauh dari perilaku umum 4. Menambah perilaku khusus tersebut atau mengurangi jika perlu. Tanamkan dalam pikiran anda bahwa anda harus berusaha melengkapi daftar perilaku khusus tersebut. 5. Menulis setiap perilaku khusus dalam suatu lembar kartu atau kertas ukuran 3x5 cm 6. Menyusun kartu tersebut diatas meja atau lantai dengan menempatkannya dalam struktur hirarkial, prosedural atau pengelompokan menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu yang lain. Letakkan kartu-kartu tersebut sejajar atau horizontal untuk perilaku-perilaku yang menyerupai struktur prosedural dan pengelompokan serta letakkan secara vertical untuk perilaku-perilaku yang hirarkial 7. Jika perlu, tambahkan dengan perilaku khusus lain yang dianggap perlu atau dikurangi bila dianggap lebih
  • 20. 18 8. Menggambarkan letak perilaku-perilaku tersebut dalam perilaku-perilaku dalam kotak-kotak diatas kertas lebar sesuai dengan latak kartu yang telah disusun. Hubungkan letak kotak-kotak tersebut dengan kertas vertical dan horizontal untuk menyatakan hubungannya yang hirarkial , prosedural atau pengelompokan. 9. Meneliti kemungkinan menghubungkan perilaku umum yang satu dan yang lain atau perilaku-perilaku khusus yang khusus yang berada dibawah perilaku umum yang berbeda. 10. Memberi nomor urut pada setiap perilaku khusus dimuali dari yang terjauh sampai yang terdekat dengan perilaku umum. Pemberian nomor akan menunjukkan urutan perilaku tersebut. 11. Mengkombinasikan atau mendiskusikan bagan yang telah disusun dengan memperhatikan: - Lengkap tidaknya perilaku khusus sebagai penjabaran dari setiap perilaku umum - Logis tidaknya dari perilaku-perilaku khusus menuju perilaku umum - Struktur hubungan perilaku-perilaku khusus tersebut (hirarkial, presedural, pengelompokan atau kombinasi) Setiap perilaku yang telah ditulis masih dapat diperinci lagi menjadi perilaku yang lebih kecil atau halus lagi tergantung kepada keinginan pengembang instruksional, sampai batas mana ia akan berhenti. Dalam praktik melakukan analisis instruksional bagi kebutuhan mata pelajaran Anda, satu perilaku umum dapat diurutkan sehingga menjadi 5 sampai 10 perilaku khusus. Bila Anda menghendakinya, setiap perilaku khusus itu masih mungkin dijabarkan lagi.Bila lebih cermat dan lebih rajin melakukan kegiatan analisis tersebut. Anda akan lebih mudah melakukan langkah-langkah pengembangan instruksional selanjutnya. Pekerjaan menganalisis tersebut sangat menantang, tetapi tidak terlalu sulit sepanjang Anda dapat menyediakan waktu untuk itu.Pekerjaan tersebut banyak menuntut penggunaan logika. Di sinilah salah satu letak penggunaan akal sehat dalam proses pengembangan instruksional.
  • 21. 19 Melakukan operasi hitung pecahan dalam pemecahan masalah Menyederhanakan dan mengurutkan pecahan Mengubah bentuk pecahan ke bentuk desimal Menentukan nilai pecahan dari suatu bilangan atau kuantitas tertentu Memecahkan masalah perbandingan dan skala Mengenal berbagai bentuk pecahan Mengubah suatu pecahan ke bentuk pecahan lain yang sesuai Menyeder hanakan pecahan Membulatkan pecahan desimal sampai dua angka di belakang koma Mengubah suatu pecahan ke bentuk pecahan lain yang sesuai Membulatkan pecahan desimal sampai dua angka di belakang koma Menyesuaika n letak benda secara perbandingan dan skala Mengurut kan pecahan Menggambar letak benda secara sederhana PECAHAN
  • 22. 20 Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar Menentukan sifat- sifat bangun ruang sederhana Menentukan jaring-jaring balok dan kubus Mengidentifi-kasi benda-benda dan bangun datar simetris Menentukan hasil pencerminan suatu bangun datar Menyebutk an sifat- sifat bangun ruang : balok dan kubus Menggam bar dan membuat berbagai jaring- jaring kubus Menyebutk an dan menggamb ar bangun sesuai sifat-sifat bangun ruang yang Mengelo mpokkan dan memberi contoh bangunda tar yang simetris dan tidak simetris Mengide ntifikasi ciri bangun datar yang simetris Membuat bangun- bangun datar yang simetris Mengenal bangun datar yang tidak memiliki simetri Mengident ifikasi dan mengguna kan garis simetri pada bangun datar sederhana Menunjuk kan dan menggam bar bangun datar (benda- benda) yang simetris Menggambar cerminan dari bangun datar sederhana BANGUN DATAR
  • 23. 21 Menggunakan konsep integral dalam pemecahan masalah Memahami konsep integral tak tentu dan integral tentu Menghitung integral tak tentu dan integral tentu dari fungsi aljabar dan fungsi trigonometri yang sederhana Menggunakan integral untuk menghitung luas daerah di bawah kurva dan volume benda putar Menentukan integral tak tentu dari fungsi aljabar Menjelaskan integral tertentu sebagai luas daerah di bidang datar Menentukan integral dengan cara substitusi aljabar Menentukan integral tentu dengan menggunakan sifat-sifat (aturan) integral Mengerjakan soal dengan baik berkaitan dengan materi mengenai aturan rantai untuk mencari turunan fungsi, pengertian integral, integral tak tentu, dan integral tertentu Menentukan integral dengan rumus integral parsial Menentukan integral dengan cara substitusi trigonometri Menentukan integral tak tentu dari fungsi trigonometri Menggambarkan suatu daerah yang dibatasi oleh beberapa kurva Menggunakan integral tertentu untuk menghitung volume benda putar dari daerah yang diputar terhadap sumbu koordinat Menggunakan integral tertentu untuk menghitung luas daerah yang dibatasi oleh kurva dan sumbu- sumbu pada koordinat Mengerjakan soal dengan baik berkaitan dengan materi mengenai pengintegralan dengan substitusi aljabar, substitusi trigonometri, maupun integral parsial, serta penggunaan integral tertentu untuk menghitung luas daerah dan volume benda DERIVATIVE / TURUNAN INTEGRAL
  • 24. 22 KALKULUS LANJUT Memahami tentang Turunan dalam Ruang Berdimensi - n Memahami tentang Integral dalam Ruang Berdimensi - n Memahami Metode Langrange Memahami Turunan Berarah dan Gradien Memahami Fungsi Dua Peubah Memahami Turunan Parsial Memahami Limit dan Kekontiuan Memahami Keterdiferensialkan Memahami Integral Lipat Dua dalam Koordinat Kutub Memahami Integral Lipat Dua atas Daerah Bukan Persegipanjang Mema hami Aturan Rantai Memahami Integral Lipat Dua Atas Persegipanjang Memahami Integral Lipat Memahami Penerapan Integral Lipat Dua Memahami Integral Lipat Tiga (koordinat Kartesius) Memaha mi Integral Lipat tiga (Koordina t tabung dan Bola) Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang Turunan dan Integral dalam ruang berdimensi -n
  • 25. 23 Mengidentifikasi pengertian statistik, statistika, populasi dan sampel Membedakan pengertian statistik dan statistika Menentukan populasi, ruang sampel dan sampel suatu data Menentukan ukuran pemusatan data Menentukan Mean dari suatu data tunggal dan berkelompo k Menentukan median dari suatu data tunggal dan berkelompok Menentukan Modus dari suatu data tunggal dan data berkelompo k Menentukan ukuran penyebaran data Menentukan jangkauan, simpangan rata- rata, simpangan baku, jangkauan semi interkuartil, dan jangkauan persentil dari suatu data. Nilai standar (Z-score) ditentuka n dari suatu data Koefisien variasi ditentukan dari suatu data Menerapkan aturan konsep statistika dalam pemecahan masalah Bilangan Pengukuran Menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram Mengubah data kedalam bentuk tabel Menyajikan data ke dalam bentuk diagram (batang, lingkaran, garis gambar) histogram, poligon frekuensi dan ogive STATISTIKA
  • 26. 24 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Sebelum menghasilkan suatu desain sitem instruksional yang siap pakai haruslah melalui tahap-tahap yang ditentukan agar hasil yang didapat lebih berkualitas dan tujuan yang direalisasikan dapat tercapai secara maksimal. Salah satu tahap yang tidak kalah pentingnya adalah analisis intruksional, dimana pada langkah inilah merupakan bertujuan untuk memperolah gambaran tentang apa yang dicapai. Apa yang kan dicapai merupakan suatu tujuan yang jelas dan spesifik memberi pegangan dan petunjuk tentang metode mengajar dan belajar yang serasi serta memungkinkan penilaain proses dan hasil belajar yang lebih teliti. B. Saran Kiranya para desainer atau tenaga pendidik menggunakan tahap demi tahap dalam menganalisis instruksional secara teliti sehingga kebutuhan siswa dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang kita inginkan.
  • 27. 25 DAFTAR PUSTAKA Bloom, Benjamin S. 1956. Taxonomy Of Education Objective: The Classification Of Educational Goals, Handbook I: Cognitif Domain. Newyork: Longman Inc. Dick ‘ W., & Carey, 2005. The Systemafic Design Of Instruction. Glenview Illionois.Scott, Forestman and Company. Gagne, R. M., and Briggs, L.J. (1979). Principles Of Instructional Design. New york: Holt, Rinheart, and Wiston. Suparman, Atwi, 2012. Desain Intruksional. Jakarta: Erlangga