SlideShare a Scribd company logo
1 of 55
BAB I 
PENDAHULUAN 
1 
A. Latar Belakang 
Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dalam 
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk 
satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standar kompetensi Ilmu Pengetahuan 
Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari 
SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, 
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata 
pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata 
pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang 
demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Dimasa yang 
akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat 
global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS 
dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis 
terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang 
dinamis. 
Pengajaran IPS di SD ditujukan bagi pembinaan generasi penerus usia dini agar 
memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya, menghayati 
keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan dan 
kekeluargaan serta mahir berperan di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga 
negara yang baik. Untuk itulah dalam pengajaran IPS harus dapat membawa anak didik 
kepada kenyataan hidup yang sebenarnya yang dapat dihayati mereka, ditanggapinya, 
dianalisisnya akhirnya dapat membina kepekaan sikap mental, ketrampilan dalam
menghayati kehidupan yang nyata ini. Melalui pengajaran IPS seperti yang digambarkan 
di atas diharapkan terbinanya sikap warga negara yang peka terhadap masalah sosial yang 
memberikan pelajaran yang membantu anak untuk mengenal hubungan manusia dengan 
lingkungan sekitarnya melalui pelajaran IPS. IPS merupakan pelajaran yang memadukan 
sejumlah ilmu-ilmu sosial yang mempelajari kehidupan sosial, yang didasarkan pada 
kajian geografi, ekonomi, sosiologi, tata negera dan sejarah. 
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai 
berikut: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan 
lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin 
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) 
Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) 
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat 
yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (KTSP, 2006:82).1 
Pendidikan IPS adalah penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin 
akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan 
pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam 
kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila 
Pendidikan IPS adalah seleksi dari struktur disiplin akademik ilmu-ilmu sosial yang 
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk mewujudkan tujuan 
pendidikan dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan 
2 
Pancasila (Somantri, 2001 : 103). 
Menurut Depdikbud (1994), IPS yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar 
mencakup bahan kajian lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan, serta 
1 http://arinil.wordpress.com/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-ilmu-pengetahuan-sosial-sdmi/ 
( Diakses pada tanggal ….)
bahan kajian sejarah. Sedangkan untuk jenjang pendidikan menengah didasarkan pada 
bahan kajian pokok Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Tata Negara, dan 
Sejarah. Menurut Mulyono Tjokrodikaryo, 1986:21 (dalam Hidayati, 2008:1.26), ada 
lima macam sumber materi IPS antara lain: (1) segala sesuatu atau apa saja yang ada dan 
terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan 
yang luas Negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya; (2) kegiatan manusia 
misalnya, mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi dan 
transportasi; (3) lingkungan geografi dan budaya meliputi, segala aspek geografi dan 
antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh; 
(4) kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari 
sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian 
yang besar; (5) anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari 
makanan, pakaian, permainan, keluarga. Kemudian strategi penyampaian pengajaran IPS, 
sebagian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: 
anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, Negara dan dunia. 
Berdasarkan temuan Depdiknas (2007), dari hasil penelitian tersebut menunjukkan 
bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran IPS. Guru 
dalam menerapkan pembelajaran lebih menekankan pada metode yang mengaktifkan 
guru, pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif, lebih banyak menggunakan 
metode ceramah dan kurang mengoptimalkan media pembelajaran. Sehingga siswa 
kurang aktif dalam pembelajaran tersebut. Siswa hanya diam saja dan mudah jenuh dalam 
pembelajaran. Selain itu kurang nya motivasi yang diberikan guru, juga menjadi faktor 
kurangnya hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS.2 
2 http://atikatikaaziz.blogspot.com/2010/09/taksonomi -bloom-sebagai-tujuan.html ( Diakses pada tanggal 
….) 
3
Pelaksanaan pembelajaran IPS seperti yang diutarakan di atas, merupakan gambaran 
yang terjadi di MI NU Terate Gresik. Berdasarkan observasi awal peneliti kolaborasi 
yang dilakukan pada pembelajaran IPS dinyatakan bahwa guru kurang variatif dalam 
menggunakan metode pembelajaran yaitu pada saat memberikan materi hanya berupa 
ceramah dan lebih menekankan pada hafalan, keaktifan siswa untuk bertanya dan 
menjawab pertanyaan dalam kegiatan KBM masih belum optimal, sehingga siswa kurang 
berminat dan antusias juga merupakan penyebab kurang optimalnya pembelajaran, serta 
guru kurang maksimal dalam memanfaatkan media dan penggunaan alat peraga selama 
4 
proses pembelajaran. 
Hal itu didukung data dari pencapaian hasil observasi dan evaluasi proses 
pembelajaran IPS siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2013/2014 masih dibawah 
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 64. Data keaktifan 
dan hasil belajar ditunjukkan dengan nilai terendah 59 dan nilai tertinggi 71, dengan rata-rata 
kelas 63,25 untuk nilai ulangan harian. Dengan melihat data keaktifan dan hasil 
belajar dan pelaksanakan mata pelajaran tersebut perlu sekali proses pembelajaran untuk 
ditingkatkan kualitasnya, agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan kualitas 
pembelajaran IPS menjadi meningkat.3 
Berdasarkan diskusi tim peneliti dengan guru kelas V, untuk memecahkan masalah 
pembelajaran IPS yang kurang kondusif karena keaktifan siswa kurang, tim kolaborasi 
menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS. Untuk 
memecahkan masalah pembelajaran tersebut, maka ditetapkan alternatif tindakan untuk 
meningkatkan kualitas pembelajaran, yang dapat mendorong keterlibatan siswa dalam 
pembelajaran dan meningkatkan keterampilan guru. Dengan penggunaan pendekatan 
dalam pembelajaran yang tepat akan menghidupkan pembelajaran yang ditandai dengan 
3 Data hasil wawancara 8 April 2014 memperlihatkan bahwa nilai mapel IPS siswa kelas V belum memenuhi 
KKM di MI NU Terate Gresik. Sumber: Survey tanggal 8 April 2014
siswa aktif, kreatif, dan menyenangkan. Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun 
suatu model pembelajaran yang lebih komprehensif dan dapat mengaitkan materi teori 
dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Atas dasar itulah peneliti mencoba 
mengembangkan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran dengan metode 
5 
make a match. 
Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah 
ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Sedangkan menurut 
Ibrahim (2000:2) model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang 
membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus 
pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; 
saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi 
antar anggota dan evaluasi proses kelompok (Lie, 2003:30).4 
Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model 
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan 
adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat 
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan 
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan 
kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam 
menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam 
rangka mencapai tujuan pembelajaran.5 
Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan 
metode pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan 
merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode 
4 Lie,Anita. Cooperative Learning. Mempraktekkan Cooperative Learning Ruang-ruang Kelas. (Jakarta: 
PT.Grasindo,2002)hal 2 
5 Isjoni.Cooperative Learning.(Pekanbaru: Alfabeta,2007).hal.15
ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan 
jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi 
6 
poin. 
Dari ulasan latar belakang tersebut diatas maka peneliti akan mengkaji melalui 
penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa 
Kelas V MI NU Terate Gresik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A 
Match”. 
B. Perumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan 
sebagai berikut: Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelas V 
MI NU Terate Gresik ? 
Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 
1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match 
dapat meningkatkan aktifitas siswa kelas V MI NU Terate Gresik ? 
2. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match 
dapat meningkatkan ketrampilan guru kelas V MI NU Terate Gresik dalam 
mengelola pembelajaran IPS ? 
3. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match 
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI NU Terate Gresik pada pelajaran 
IPS ? 
C. Tujuan Penelitian 
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah:
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelas V MI NU Terate Gresik 
melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match. 
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 
a. Untuk meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS, menggunakan 
model pembelajaran kooperatif tipe make a match. 
b. Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS, menggunakan 
model pembelajaran kooperatif tipe make a match. 
c. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS, menggunakan 
model pembelajaran kooperatif tipe make a match. 
7 
D. Manfaat Penelitian 
Hasil penelitian ini diharapkan akan membawa suatu kontribusi terhadap 
pengembangan di berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, hasil penelitian ini 
juga di harapkan dapat memberikan manfaat bagi: 
a. Manfaat teoritis 
1) Sebagai bahan referensi atau pedukung penelitian yang selanjutnya 
2) Menambah pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial 
3) Menambah kajian tentang hasil penelitian pembelajaran IPS 
b. Manfaat praktis 
1) Bagi Siswa 
Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, siswa dapat 
menerima pengalaman belajar yang bervariasi sehingga dapat meningkatkan keaktifan 
siswa dalam pembelajaran IPS serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 
2) Bagi Guru
Memberikan wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang model pembelajaran 
yang dapat dijadikan pedoman atas pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga guru 
dapat berbenah diri untuk lebih mengefektifkan pembelajaran pada mata pelajaran 
yang lain dan memotivasi guru untuk berpikir inovatif. 
8 
3) Bagi Sekolah/Lembaga 
Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat 
memberi masukan atau sumbangan pikiran kepada sekolah untuk proses perbaikan 
pembelajaran, sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan mutu pendidikan dapat 
meningkat.
BAB II 
KAJIAN TEORI 
9 
A. Hasil Belajar 
1. Kerangka Teori 
a. Pengertian Belajar 
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan 
mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar 
dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal 
lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. 
Pengertian pembelajaran dari beberapa ahli antara lain adalah sebagai berikut : 
1) Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah suatu usaha yang 
sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang 
dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. 
2) Gagne dan Briggs (1979:3). Mengartikan instruction atau pembelajaran 
ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar 
siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun 
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses 
belajar siswa yang bersifat internal. 
3) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik 
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, 
Bab I Pasal Ayat 20) 
4) Pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat 
individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang kedalam 
sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil 
belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. (Sugandi, 2005: 9)
5) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik 
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran 
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses 
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, 
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan 
kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik 
agar dapat belajar dengan baik. (Wikipedia.com) 
Berdasarkan konsep tentang pembelajaran di atas, maka dapat 
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat 
siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang 
belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang 
berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha. 
b. Pengertian Kualitas Pembelajaran 
Berkaitan dengan pembelajaran yang berkualitas, Pudji Muljono (2006:29) 
menyebutkan bahwa konsep kualitas pembelajaran mengandung lima rujukan: 
yaitu “(1) kesesuaian; (2) daya tarik; (3) efektivitas; (4) efisiensi; dan (5) 
produktivitas pembelajaran”. Penjelasan kelima rujukan yang membentuk konsep 
kualitas pembelajaran dari Pudji Muljono (2006:29-30) adalah sebagai berikut: 
Kesesuaian meliputi indikator sebagai berikut: sepadan dengan 
karakteristik peserta didik, serasi dengan aspirasi masyarakat maupun perorangan, 
cocok dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kondisi lingkungan, selaras 
dengan tuntutan zaman, dan sesuai dengan teori, prinsip, dan atau nilai baru dalam 
pendidikan. Pembelajaran yang berkualitas juga harus mempunyai daya tarik yang 
10
kuat, indikatornya meliputi: kesempatan belajar yang tersebar dan arena itu 
mudah dicapai dan diikuti, isi pendidikan yang mudah dicerna karena telah 
diolah sedemikian rupa, kesempatan yang tersedia yang dapat diperoleh siapa 
saja pada setiap saat diperlukan, pesan yang diberikan pada saat dan peristiwa 
yang tepat, keterandalan yang tinggi, terutama karena kinerja lembaga dan 
lulusannya yang menonjol, keanekaragaman sumber baik yang sengaja 
dikembangkan maupun yang sudah tersedia dan dapat dipilih serta dimanfaatkan 
untuk kepentingan belajar, dan suasana yang akrab, hangat dan merangsang 
pembentukan kepribadian peserta didik. 
Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan. Secara 
definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai 
tujuan atau sasarannya (Etzioni,1964). Efektivitas ini sesunguhnya merupakan 
suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar 
diri seseorang. Dengan demikian efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi 
produktivitas, akan tetapi juga dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap 
orangnya. Di samping itu, efektivitas juga dapat dilihat dari bagaimana tingkat 
kepuasan yang dicapai oleh orang (Robbins, 1997). 
Efektivitas pembelajaran sering kali diukur dengan tercapainya tujuan, atau 
dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi, atau “doing 
the right things”. Pengertian ini mengandung ciri: bersistem (sistematik), yaitu 
dilakukan secara teratur, konsisten atau berurutan melalui tahap perencanaan, 
pengembangan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan, sensitif terhadap 
kebutuhan akan tugas belajar dan kebutuhan pembelajar, kejelasan akan tujuan 
dan karena itu dapat dihimpun usaha untuk mencapainya, bertolak dari 
11
kemampuan atau kekuatan mereka yang bersangkutan (peserta didik, pendidik, 
12 
masyarakat dan pemerintah). 
Efisiensi pembelajaran dapat diartikan sebagai kesepadanan antara waktu, 
biaya, dan tenaga yang digunakan dengan hasil yang diperoleh atau dapat 
dikatakan sebagai mengerjakan sesuatu dengan benar. Ciri yang terkandung 
meliputi: merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan model pembelajaran 
mengacu pada kepentingan, kebutuhan kondisi peserta didik pengorganisasian 
kegiatan belajar dan pembelajaran yang rapi, misalnya lingkungan atau latar 
belakang diperhatikan, pemanfaatan berbagai sumber daya dengan pembagian 
tugas seimbang, serta pengembangan dan pemanfaatan aneka sumber belajar 
sesuai keperluan, pemanfaatan sumber belajar bersama, usaha inovatif yang 
merupakan penghematan, seperti misalnya pembelajaran jarak jauh dan 
pembelajaran terbuka yang tidak mengharuskan pembangunan gedung dan 
mengangkat tenaga pendidik yang digaji secara tetap. Inti dari efisiensi adalah 
mengembangkan berbagai faktor internal maupun eksternal (sistemik) untuk 
menyusun alternatif tindakan dan kemudian memilih tindakan yang paling 
menguntungkan. 
Produktivitas pada dasarnya adalah keadaan atau proses yang 
memungkinkan diperolehnya hasil yang lebih baik dan lebih banyak. 
Produktivitas pembelajaran dapat mengandung arti: perubahan proses 
pembelajaran (dari menghafal dan mengingat ke menganalisis dan mencipta), 
penambahan masukan dalam proses pembelajaran (dengan menggunakan berbagai 
macam sumber belajar), peningkatan intensitas interaksi peserta didik dengan 
sumber belajar, atau gabungan ketiganya dalam kegiatan belajar-pembelajaran 
sehingga menghasilkan kualitas yang lebih baik, keikutsertaan dalam pendidikan
yang lebih luas, lulusan lebih banyak, lulusan yang lebih dihargai oleh 
masyarakat, dan berkurangnya angka putus sekolah.6 
Depdiknas (2001:4) mengemukakan paradigma mutu dalam konteks 
pendidikan, mencakup input, proses, dan output pendidikan. Lebih jauh dijelaskan 
bahwa input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena 
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses, yang dimaksud sesuatu adalah berupa 
sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi 
keberlangsungan proses. Input sumberdaya meliputi sumberdaya manusia (seperti 
ketua, dosen, konselor, peserta didik) dan sumberdaya selebihnya (peralatan, 
perlengkapan, uang bahan-bahan, dan sebagainya). Sedangkan input perangkat 
meliputi: struktur organisasi, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, 
rencana, program, dan lain sebagainya. Input harapan-harapan berupa visi, misi, 
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Kesiapan input sangat diperlukan agar 
proses dapat berlangsung dengan baik. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa 
tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input, makin tinggi 
kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut. Proses pendidikan 
merupakan proses berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang 
berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu 
dari hasil proses disebut output. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila 
pengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduan input dilakukan secara 
harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang 
menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat 
belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Berdasarkan 
pendapat di atas dapat didefinisikan bahwa mutu adalah perpaduan sifat-sifat 
6 http://sambasalim.com/pendidikan/kualitas-proses-pembelajaran.html . ( Diakses pada tanggal ….) 
13
barang atau jasa, yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan 
dan kepuasan bahkan melebihi harapan pelanggan, baik yang tersurat maupun 
14 
yang tersirat. 
Pembelajaran merupakan inti proses pendidikan, dan oleh sebab itu upaya 
peningkatan kualitas pendidikan perlu difokuskan pada kualitas pembelajaran. 
Dalam suatu sistem pendidikan, subsistem pembelajaran memegang peran kunci. 
Subsistem pembelajaran meliputi beberapa komponen sebagai berikut: peserta 
didik; pengajar; materi dan bahan; metode, strategi dan pendekatan; media; sarana 
dan prasarana; biaya; dan kurikulum tersembunyi. Komponen-komponen tersebut 
saling berinteraksi, melengkapi dan integrasi, dan bukan merupakan komponen 
yang terpisah, berdiri sendiri, dan tidak saling tergantung satu sama lain. Sebagai 
suatu komponen yang terintegrasi, semua komponen tersebut harus terpenuhi 
dengan baik. Pembelajaran yang berkualitas meliputi beberapa komponen, yaitu, 
kurikulum, guru, siswa, metode, materi dan bahan ajar, media pembelajaran atau 
alat pembelajaran, dan evaluasi. Lebih jelasnya adalah sebagai berikut: 
a. Peserta didik. 
Komponen peserta didik adalah salah satu komponen terpenting karena 
adanya kebutuhan peserta didik inilah yang memicu suatu proses 
pembelajaran. Peserta didik merupakan input suatu proses pendidikan yang 
harus ditransformasikan menjadi lulusan yang berpengetahuan luas, kompeten, 
berketerampilan tinggi, serta memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan 
norma di dalam masyarakat tempat mereka berada. Proses pembelajaran pada 
hakikatnya adalah proses transformasi yang memungkinkan tujuan 
pembelajaran tercapai dengan baik dengan dukungan berbagai komponen 
dalam suatu sistem pembelajaran.
15 
b. Pengajar. 
Pengajar memiliki peran strategis dalam proses pembelajaran karena 
fungsinya sebagai nara sumber dan/atau fasilitator dalam proses pembelajaran. 
Pada tingkat pendidikan usia dini dan pendidikan dasar, proses pembelajaran 
sangat tergantung pada pengajar yang seringkali menjadi model peran bagi 
para siswanya. Kompetensi dan profesionalisme pengajar sangat penting 
dalam proses transformasi peserta didik guna mencapai tujuan pembelajaran 
yang dikehendaki. 
c. Materi dan bahan. 
Materi dan bahan ajar didasarkan pada tujuan pembelajaran dan kurikulum 
yang telah disepakati. Bahan pembelajaran berperan penting dalam proses 
pendidikan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan 
peserta didik, menumbuhkan sikap yang positif terhadap lingkungan atau 
dunia tempat tinggalnya, serta berperilaku sesuai dengan norma masyarakat. 
Materi dan bahan ajar disesuaikan dengan kompetensi yang diharapkan dalam 
pembelajaran tersebut. 
d. Media. 
Media berfungsi membantu peserta didik dan pengajar dalam menciptakan 
suatu proses pembelajaran yang efektif. Pemilihan media pembelajaran yang 
tepat dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan karakteristik materi yang 
diajarkan dapat membantu pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif. 
Dengan demikian, proses pembelajaran maupun hasilnya menjadi lebih 
berkualitas karena tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. 
e. Sarana dan prasarana.
Proses pembelajaran tidak akan dapat berlangsung dengan baik tanpa 
tersedianya sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung proses 
pembelajaran yang efektif. Sarana dan prasarana ini dapat berupa perangkat 
16 
keras maupun perangkat lunak. 
f. Biaya. 
Salah satu subsistem dalam pembelajaran adalah biaya. Ketersediaan biaya 
yang dapat menunjang kebutuhan setiap subsistem merupakan unsur penentu 
tercapainya kualitas pembelajaran. Rekrutmen dan pengorganisasian peserta 
didik, insentif pengajar yang berkeadilan, pengembangan dan penyediaan 
bahan ajar yang berkualitas, penyediaan dan penggunaan media yang tepat 
guna, dan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, seluruhnya 
membutuhkan biaya yang cukup. Namun ketersediaan dana pendidikan yang 
yang berlebih sekalipun tidak menjamin terjadinya kualitas pendidikan bila 
dana tersebut tidak diarahkan dan tidak difokuskan pada peningkatan kualitas 
pembelajaran. 
g. Kurikulum tersembunyi. 
Dalam proses pembelajaran satu hal yang penting pula adalah adanya 
kurikulum tersembunyi. Pada dasarnya peserta didik tidak hanya belajar dari 
materi dan bahan ajar yang disampaikan oleh pengajar di dalam kelas. 
Keseluruhan lingkungan sekolah, interaksi antar peserta didik dan antara 
pengajar dengan peserta didik, budaya sekolah, bahkan lingkungan tempat 
tinggal peserta didik amat sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Sarana 
dan prasarana yang disediakan sekolah merupakan suatu prasyarat mutlak 
berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif. Sarana dan prasarana yang 
dimiliki peserta didik baik yang dipergunakan di sekolah maupun dalam
proses belajar mandiri di rumah sangat menentukan bekerhsilan proses 
17 
pembelajaran pula.7 
Jadi kualitas pembelajaran merupakan suatu gambaran mengenai 
baik-buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik yang meliputi kesesuaian, 
daya tarik, efektivitas, efisiensi, dan produktivitas pembelajaran dalam proses 
pembelajaran yang dilaksanakan, yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu 
kurikulum, guru, siswa, metode, materi dan bahan ajar, media pembelajaran 
atau alat pembelajaran, dan evaluasi. 
c. Hakikat Pembelajaran IPS 
Menurut Sumantri, IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan 
sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam 
nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu 
pendidikan. 
Menurut Mulyono Tj, IPS merupakan suatu pendekatan interdisipliner 
(Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan 
integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi 
budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. 
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, 
menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari 
berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan.8 
7 http://sutisna.com/jurnal/jurnal-kependidikan/khasanah-inovasi-difusi-inovasi-dan-implikasi-inovasi-terhadap- 
kualitas-pembelajaran/ ( Diakses pada tanggal ….) 
8 Ischak. Pendidikan IPS di SD.( Jakarta: Universitas Terbuka,2004).hal.36
Hakikat IPS adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta 
menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek 
kehidupan secara terpadu, yang bertujuan membentuk warga negara yang 
berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri ditengah-tengah 
kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang 
18 
baik dan bertanggung jawab.9 
Tujuan IPS menurut Kurikulum 2006 di tingkat SD/MI menyatakan bahwa 
pengetahuan sosial bertujuan untuk: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan 
dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) memiliki kemampuan 
dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan 
masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen dan 
kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) memiliki kemampuan 
berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, 
ditingkat lokal, nasional dan global. (KTSP 2006:82) 
Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid 
Sumaatmadja. 2006) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang 
baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang 
berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci 
Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah 
laku para siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, 
(3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41). 
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) 
Nomor 22 Tahun 2006, tujuan pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar adalah 
9 Ibid.hal.42
sebagai berikut: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan 
masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir 
logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan 
dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai 
sosial dan kemanusiaan; (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja 
sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, 
19 
nasional, dan global. 
Manfaat yang diperoleh setelah mempelajari IPS antara lain: (1) 
pengalaman langsung apabila guru IPS memanfaatkan lingkungan alam sekitar 
sebagai sumber belajar; (2) kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan 
menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi di masyarakat; (3) 
kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga; (4) kemampuan 
mengembangkan pengetahuan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke 
jenjang yang lebih tinggi serta mempersiapkan diri untuk terjun sebagai anggota 
masyarakat.10 
Rasionalisasi mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan 
menengah adalah agar siswa dapat: (1) mensistematisasikan bahan, informasi, 
dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya 
menjadi lebih bermakna; (2) lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah 
sosial secara rasional dan bertanggung jawab; (3) mempertinggi rasa toleransi dan 
persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia. (Hidayati, 2008:1.12) 
Munculnya rasional pendidikan IPS adalah sebagai berikut: (1) Karena siswa 
berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda (2) Masalah sosial sangat 
10 Ibid.hal.42
luas, kompleks, rumit, dan abstrak. (3) Dengan pendidikan IPS, siswa bisa 
dibimbing dan diarahkan untuk menghadapi masalah sosial disekitarnya. 
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS 
adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala 
dan masalah sosial yang meliputi: sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, 
geografi, dan politik. IPS terdiri dari berbagai himpunan pengetahuan tentang 
kehidupan sosial dan dari realita-realita kehidupan sehari-hari di dalam 
masyarakat. Di dalam IPS, dihimpun semua materi yang berhubungan secara 
langsung dengan masalah penyusunan dan pengembangan masyarakat serta yang 
menyangkut dengan pengembangan pribadi manusia sebagai anggota masyarakat 
20 
yang berguna. 
d. Keterampilan Dasar Mengajar Guru 
Keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan 
guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta 
membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Jadi, 
persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru adalah penilaian berupa 
tanggapan/pendapat siswa terhadap kemampuan/kecakapan guru dalam proses 
kegiatan belajar mengajar. 
Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) adalah kemampuan atau 
keterampilan yang bersifat khusus (most specific instructional behaviours) yang 
harus dimiliki oleh seorang guru, dosen, instruktur atau widyaiswara agar dapat 
melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan professional. As. 
Glicman, 1991 (dalam Sukirman, 2007). Turney (Uzer Usman, 2010:74)
mengemukakan ada 8 (delapan) keterampilan mengajar/membelajarkan yang 
sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, diantaranya: 
21 
1) Keterampilan bertanya 
Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”. 
Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang 
dikenal. Respon yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal 
yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus 
efektif yang mendorong kemampuan berpikir. Dalam proses belajar mengajar, 
bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan 
baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif 
terhadap siswa, yaitu: 
 Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar, 
 Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu 
masalah yang sedang dihadai atau dibicarakan, 
 Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berfikir 
itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya, 
 Menuntun proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan 
membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik, 
 Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas. 
Keterampilan bertanya di bedakan atas : 
 Keterampilan bertanya dasar. Keterampilan bertanya dasar mempunyai 
beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan 
segala jenis pertanyaan. Komponen-komponen yang di maksud adalah:
Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan, 
pemusatan, pemindah giliran, penyebaran, pemberian waktu berpikir dan 
22 
pemberian tuntunan. 
 Keterampilan bertanya lanjut. Keterampilan bertanya lanjut merupakan 
lanjutan dari keterampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan 
usaha mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar 
partisipasi dan mendorong siswa agar dapat berinisiatif sendiri. 
Keterampilan bertanya lanjut di bentuk di atas landasan penguasaan 
komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu, semua komponen 
bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan keterampilan bertanya 
lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah : 
Pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, 
Pengaturan urutan pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacak dan 
peningkatan terjadinya interaksi. 
2) Keterampilan memberikan penguatan 
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah 
bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi 
tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan 
informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya 
sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon 
terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan 
berulangnya kembali tingkah laku tersebut. 
a. Tujuan Pemberian Penguatan
Penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses 
belajar siswa dan bertujuan sebagai berikut: (a). Meningkatkan perhatian 
siswa terhadap pelajaran. (b). Merangsang dan meningkatkan motivasi 
belajar. (c). Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku 
23 
siswa yang produktif. 
b. Jenis-jenis Penguatan 
1. Penguatan verbal, Penguatan verbal biasanya diungkapkan dengan 
menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan 
sebagainya. 
2. Penguatan non-verbal, Penguatan non-verbal terdiri dari penguatan gerak 
isyarat, penguatan pendekatan, penguatan dengan sentuhan (contact), 
penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa 
simbol atau benda dan penguatan tak penuh (partial). 
c. Prinsip Penggunaan Penguatan 
Penggunaan penguatan secara efektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu 
kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan 
respons yang negatif. 
3) Keterampilan menggunakan variasi 
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses 
interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa 
sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan 
ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Tujuan menggunakan variasi
adalah: (1) Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada 
aspek-aspek belajar mengajar yang relevan; (2) Untuk memberikan 
kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki 
pada siswa tentang hal-hal yang baru; (3) Untuk memupuk tingkah laku yang 
positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih 
hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik; (4) Guna memberi kesempatan 
kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya. 
24 
4) Keterampilan menjelaskan 
Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan 
yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan 
yang satu dengan yang lainnya. Penyampaian informasi yang terencana 
dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama 
kegiatan menjelaskan. 
a. Tujuan Memberikan Penjelasan 
1. Membimbing murid untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, 
fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar. 
2. Melibatkan murid untuk berfikir dengan memecahkan masalah-masalah 
atau pertanyaan. 
3. Untuk mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat 
pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka. 
4. Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran 
dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah. 
b. Komponen-komponen keterampilan menjelaskan
Secara garis besar komponen-komponen keterampilan menjelaskan terbagi 
dua, yaitu : (1) Merencanakan, mencakup penganalisaan masalah secara 
keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang 
dikaitkan dengan penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai 
dengan hubungan yang telah ditentukan; (2) Penyajian suatu penjelasan, 
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : kejelasan, penggunaan 
contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan. 
5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran 
Membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang 
dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan 
prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang 
akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif 
terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah 
kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan 
belajar mengajar. Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi 
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, 
mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam 
25 
proses belajar-mengajar. 
Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi: menarik 
perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan melalui berbagai 
usaha, dan membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan 
dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai siswa. 
Komponen keterampilan menutup pelajaran meliputi: meninjau kembali 
penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat 
ringkasan, dan mengevaluasi.
6) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan 
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan 
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai 
pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan 
masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa 
menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses 
yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih 
bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan 
kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di 
dalamnya keterampilan berbahasa. Komponen-komponen keterampilan 
membimbing diskusi : (1) memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topic 
diskusi; (2) memperluas masalah atau urutan pendapat; (3) menganalisis 
pandangan siswa; (4) meningkatkan urunan pikir siswa; (5) menyebarkan 
kesempatan berpartisipas; (6) menutup diskusi. 
26 
7) Keterampilan mengelola kelas 
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan 
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi 
gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan 
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya 
proses belajar mengajar, misalnya penghentian tingkah laku siswa yang 
menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu 
penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang 
produktif.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu 
mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana 
yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam melaksanakan 
keterampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen-komponen 
27 
keterampilan, antara lain: 
a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan 
kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif).. Keterampilan ini 
berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan 
mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan 
hal-hal seperti keterampilan menunjukkan sikap tanggap, member 
perhatian, memusatkan perhatian, memusatkan perhatian kelompok, 
memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur dan member 
penguatan. 
b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang 
optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru terhadap 
gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat 
mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang 
optimal. Apabila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan yang 
berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan respon 
yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor 
sekolah, atau orang tua siswa. 
Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan 
yang harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut: (1) campur tangan 
yang berlebihan (teachers instruction). (2) kesenyapan (fade away)
(3).ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stop and stars) (4) 
penyimpangan (digression) (5) bertele-tele (overdwelling). 
8) Keterampilan membimbing diskusi kelompok 
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu 
berkisar antara 3- 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk 
perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan 
guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan 
yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa. 
Komponen keterampilan yang digunakan adalah: keterampilan mengadakan 
pendekatan secara pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan 
membimbing dan memudahkan belajar dan keterampilan merencanakan dan 
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. 
Diharapkan setelah menguasai delapan keterampilan mengajar yang 
telah dijelaskan di atas dapat bermanfaat untuk mahasiswa calon guru 
sehingga dapat membina dan mengembangkan keterampilan-keterampilan 
tertentu mahasiswa calon guru dalam mengajar. Keterampilan mengajar yang 
esensial secara terkontrol dapat dilatihkan, diperoleh balikan (feed back) yang 
cepat dan tepat, penguasaan komponen keterampilan mengajar secara lebih 
baik, dapat memusatkan perhatian secara khusus kepada komponen 
keterampilan yang objektif dan dikembangkannya pola observasi yang 
28 
sistematis dan objektif. 
e. Aktivitas Belajar Siswa 
Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, kegiatan 
belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. (Sadirman 2004: 95)
berpendapat bahwa “belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah 
laku, jadi melakuakan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”. 
Senada dengan hal di atas, (Gie 1985:6) mengatakan bahwa “keberhasilan siswa 
dalam belajaar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses 
pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas 
secara sadar yang dilakukan seseoarang yang mengakibatkan perubahan dalam 
dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung 
pada sedikit banyaknya perubahan.” Aktivitas siswa dalam pembelajaran 
mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan pendapat 
(Sadirman, 2004:99) bahwa : Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, 
tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas 
dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi 
keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, 
mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan 
yang dapat menunjang prestasi belajar. 
Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa 
dalam pengorganisasian pengetahuan, apakaj mereka aktif atau pasif. Banyak 
jenis aktivitas yang dapt dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran. 
Berkenaan dengan hal tersebut, Paul B. Dierich (Dalam Sadirman, 2004:101) 
menggolongkan aktoivitas siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut : 
a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, 
memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaa, pekerjaan orang lain. 
b. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, dan memberi 
saran, menegluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 
29
c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan : uraian, percakapan, 
30 
diskusi, musik, pidato. 
d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, 
menyalin. 
e. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 
f. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain : melakukan 
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, 
berternak. 
g. Mental activities, sebagai contoh misalnya : menanggapi, mengingat, 
memecahkankan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. 
h. Emotional activities, seperti misalnya : menaruh minat, merasa bosan, 
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup. 
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa aktivitasbelajar siswa adalah 
rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga 
menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misalnya dari tidak tahu 
menjadi tahu atau dari tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu 
melakukan kegiatan kegiatan. 
f. Model Pembelajaran Kooperatif 
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui penempatan 
siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang 
berbeda atau adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama untuk 
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap 
anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan pelajaran
artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam sekelompok belum 
31 
menguasai bahan pembelajaran. 
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah: 
1. Siswa belajar kelompok. 
2. Kelompok dibentuk heterogen. 
3. Upayakan agar anggota kelompok berbeda-beda 
4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada 
perorangan. 
(Anshori, 2009 : 2 ) 
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi mampu 
memacu keberhasilan individu melalui kelompoknya. (Sutrisni Andayani, 
2008:1). Selain itu pembelajaran kooperatif yang merupakan sebuah kelompok 
strategi pengajaran yang mana melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi 
untuk mencapai tujuan bersama, disusun dalam sebuah usaha untuk 
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap 
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan 
kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa 
yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa 
berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun guru. Dengan bekerja secara 
kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan 
mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan 
sangat bermanfaat bagi kehidupan diluar sekolah (Triatno, 2007:42). 
Pembelajaran kooperatif ini sering pula disebut sebagai metode gotong 
royong karena dilakukan melalui kerjasama antara beberapa orang siswa atau 
antara kelompok untuk menyelesaikan masalah tertentu. Dalam proses kerja sama
atau gotong royong, siswa dapat saling mengisi dan bertukar pikiran secara aktif 
sehingga dapat memberikan banyak manfaat dan tujuan seperti (1) mendorong 
siswa belajar, bekerja dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas, baik 
tugas individu maupun tugas kelompok; (2) menumbuh kembangkan sikap dan 
perilaku demokratis dan saling ketergantungan secara positif; dan (3) mendorong 
siswa yang pendiam atau pasif untuk lkut berperan secara aktif (Dyah Sriwilujeng 
32 
dan Ari Pudjiastuti, 2004:11). 
g. Make A Match 
Model pembelajaran Make a Match (Lorna Curran,1994) 
Model Pembelajaran Make a Match artinya model pembelajaran Mencari 
Pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu 
secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. Suasana 
pembelajaran dalam model pembelajaran Make a Match akan riuh, tetapi sangat 
asik dan menyenangkan. 
A. Langkah-langkah pembelajaran Make a Match adalah sebagi berikut : 
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau 
topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal 
dan bagian lainnya kartu jawaban. 
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu. 
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. 
4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok 
dengan kartunya. Artinya siswa yang kebetulan mendapat kartu ‘soal’ 
maka harus mencari pasangan yang memegang kartu ‘ jawaban soal’ 
secepat mungkin. Demikian juga sebaliknya.
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu 
33 
diberi poin. 
6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu 
yang berbeda dari sebelumnya. 
7. Demikian seterusnya sampai semua kartu soal dan jawaban jatuh ke 
semua siswa. 
8. Kesimpulan/penutup.11 
B. Kelebihan dan Kekurangan Metode Make a Match 
Tidak ada metode pembelajaran terbaik. Setiap metode pembelajaran pasti 
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Bisa jadi, suatu metode pembelajaran cocok untuk 
materi dan tujuan tertentu, tetapi kurang cocok untuk materi atau tujuan lainnya. Metode 
make a match demikian juga, mempunyai kelebihan dan kekurangan. 
Kelebihan metode make a match adalah sebagai berikut: 
 dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik; 
 karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan; 
 meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari; 
 dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, terutama jika; 
 efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi; 
 efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar; 
Kekurangan Metode Make a Match 
 jika tidak merancangnya dengan baik, maka banyak waktu terbuang; 
11 http://s1pgsd.blogspot.com/model -pembelajaran-make-match lorna.htm ( Diakses pada tanggal ….)
 pada awal-awal penerapan metode ini, banyak siswa yang malu bisa 
berpasangan dengan lawan jenisnya; 
 jika tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak siswa yang 
34 
kurang memperhatikan; 
 harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak 
mendapat pasangan, karena mereka bisa malu; 
 menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan 
kebosanan.12 
12 http://s4iful4min.blogspot.com/2011/02/metode-make-match-tujuan-persiapan-dan.html ( Diakses pada 
tanggal ….)
BAB III 
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS 
35 
A. Metode Penelitian 
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(PTK) yang bersifat reflektif, 
partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan –perbaikan 
terhadap sistim, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK 
yaitu suatu kegaitan menguji cobakan suatu id eke dalam praktik atau situasi nyata dalam 
harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar 
mengajar ( Riyanto, 2001) 
Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut : 
1. Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana program pembelajaran 
2. Mengumpulkan data dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dan wawancara 
untuk mengetahui proses pembelajaran yangdilakukan oleh guru kelas 
3. Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah dibuat 
4. Melaporkan hasil penelitian 
B. Setting Penelitian 
1. Tempat penelitian 
Penelitian ini dilakukan di kelas V MI NU Terate Gresik pada mata pelajaran IPS. 
2. Waktu penelitian 
Penelitian ini akan dilaksanakan pada pertengahan semester genap yaitu pada 
Survey tanggal 8 April 2014 
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V sebanyak 16 siswa yang terdiri dari 8 
siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di MI NU 
36 
Terare Gresik. 
C. Variabel Penelitian 
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 
a. Keterampilan guru dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran 
kooperatif tipe make a match. 
b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran 
kooperatif tipe make a match. 
c. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran 
kooperatif tipe make a match. 
D. Rancangan Tindakan 
Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dengan tahapan 
sebagai berikut : 
a. Mengkaji atau menelaah materi pembelajaran IPS mengenai Perjuangan 
Melawan Penjajahan dengan menelaah indikator bersama tim kalaborasi. 
b. Menyusun RPP sesuai indikator yang telah ditetapkan dan skenario 
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match. 
c. Menyiapkan alat-alat peraga dan media pembelajaran yang akan digunakan : 
peluit, alat tulis, kertas, dan gambar-gambar yang relevan dengan materi yang 
akan disampaikan yaitu tentang gambar-gambar rumah adat dari tiap daerah di 
Indonesia. 
d. Menyiapkan alat evaluasi hasil belajar yang berupa tes tertulis, dan lembar 
kerja siswa.
e. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa, guru. 
37 
E. Pelaksanaan penelitian 
Dalam Pelaksanaan PTK ini direncanakan dalam dua siklus. Siklus pertama 
yaitu melakukan pembelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif tipe 
make a match dengan menggunakan media gambar yang berkaitan dnegan 
perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Siklus kedua dilakukan 
untuk memperbaiki pembelajaran yang pertama dengan metode yang sama dan 
dilakukan dengan dua pertemuan. 
F. Siklus Penelitian 
4.1 Siklus I Pertemuan 1 
a. Perencanaan 
1. Menyusun RPP dengan materi “Perjuangan melawan penjajahan Belanda” 
2. Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa : 
a. KTSP 
b. silabus Kelas V 
c. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas V SD/MI karangan Endang 
Susilaningsih, dkk 
d. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas V karangan Siti 
Syamsiah, dkk 
3. alat evaluasi berupa : 
Tes Tertulis Lembar Kerja Siswa (LKS) 
Unjuk Kerja Performance
4. Membuat lembar pengamatan untuk guru dalam melaksanakan 
38 
pembelajaran IPS. 
5. Membuat lembar pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan 
pembelajaran IPS. 
b. Pelaksanaan Tindakan 
a) pra kegiatan (± 5 menit) 
(1) salam 
(2) pengkondisian Kelas 
(3) doa 
(4) presensi 
b) kegiatan awal (± 10 menit) 
(1) Guru melakukan apersepsi 
(2) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk melaksanakan 
pembelajaran dengan baik. 
(3) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari. 
(4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 
c) kegiatan inti (± 25 menit) 
Eksplorasi 
(1) siswa menyimak informasi dan termotivasi untuk belajar. 
(2) guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang perjuangan 
melawan penjajahan Belanda. 
Elaborasi
(3) Guru menjelaskan langkah–langkah tentang model pembelajaran 
39 
Make A Match. 
(4) Guru mengatur tempat duduk siswa membentuk huruf U dan 
membagi tiga kelompok yaitu kelompok pertanyaan, kelompok 
jawaban, dan kelompok penilai. Kelompok pertanyaan duduk 
berhadapan dengan kelompok jawaban dan kelompok penilai duduk 
menghadap ke kelompok pertanyaan dan kelompok jawaban. 
(5) Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif Make A Match 
yaitu membentuk kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan 
kelompok penilai. 
(6) Guru memberikan kartu pertanyaan dan kartu jawaban pada dua 
kelompok, setiap siswa memahami kartu yang dipegang dan 
memprediksi jawaban kartu yang dipegang. 
(7) Guru membunyikan peluit pertanda siswa mulai mencari pasangan 
kartu yang dipegangnya. Jika siswa sudah menemukan pasangannya, 
kemudian berdiskusi tentang kartunya dan menuju kelompok penilai. 
(8) Kelompok penilai mendiskusikan jawaban yang sudah diserahkan. 
Setiap pasangan yang dinyatakan cocok antara kartu soal dan kartu 
jawaban membacakan hasilnya di depan kelas dan ditanggapi oleh 
kelompok lain. 
(9) Guru membimbing siswa membuat rangkuman atau kesimpulan dari 
hasil kegiatan kelompok. 
Konfirmasi 
(10) guru mengkritisi dan menyempurnakan jawaban dari masing-masing 
kelompok.
(11) guru memberikan motivasi kembali berupa penguatan terhadap 
materi yang baru saja di pelajari. 
(12) guru memberikan reward terhadap kelompok yang baik. 
40 
d) kegiatan akhir (± 20 menit) 
(1) guru memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk 
bertanya kembali apabila di dalam penyampaian materi masih 
kurang jelas. 
(2) bersama siswa, Guru mengulas kembali pelajaran yang baru saja 
disampaikan dan membuat ringkasan. 
(3) guru mengukur kemampuan siswa dengan mengadakan Evaluasi 
(4) umpan balik 
Siswa diminta untuk mempelajari materi selanjutnya. 
c. Observasi 
1. Mengamati aktivitas siswa dalam diskusi kelompok pada 
pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran 
kooperatif tipe make a match. 
2. Mengamati keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan 
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. 
3. Melakukan pengamatan terhadap Hasil Belajar siswa dalam 
pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran 
kooperatif tipe make a match.
41 
d. Refleksi 
1. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus 1 pertemuan 1 
Menganalisis kelemahan dan keberhasilan setelah menerapkan model 
pembelajaran Make A Match kemudian mempertimbangkan langkah 
selanjutnya. Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa melakukan 
kerja kelompok. 
2. Mengkaji pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan siklus 1 
pertemuan 2 apakah efektif atau tidak. 
3. Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus 1 pertemuan 1 
4. Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus 1 pertemuan 2 
1.2 Siklus I Pertemuan 2 
a. Perencanaan 
1. Menyusun RPP dengan materi “Perjuangan melawan penjajahan Jepang” 
2. Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa : 
a. KTSP 
b. silabus Kelas V 
c. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas V SD/MI karangan 
Endang Susilaningsih, dkk 
d. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas V karangan Siti 
Syamsiah, dkk 
3. alat evaluasi berupa : 
Tes Tertulis Lembar Kerja Siswa (LKS) 
Unjuk Kerja Performance
4. Membuat lembar pengamatan untuk guru dalam melaksanakan 
42 
pembelajaran IPS. 
5. Membuat lembar pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan 
pembelajaran IPS. 
b. Pelaksanaan Tindakan 
a. pra kegiatan (± 5 menit) 
1. salam 
2. pengkondisian Kelas 
3. doa 
4. presensi 
b. kegiatan awal (± 10 menit) 
(1) Guru melakukan apersepsi 
(2) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk melaksanakan 
pembelajaran dengan baik. 
(3) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari. 
(4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 
c. kegiatan inti (± 25 menit) 
Eksplorasi 
(5) siswa menyimak informasi dan termotivasi untuk belajar. 
(6) guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang perjuangan 
melawan penjajahan Jepang.
43 
Elaborasi 
(7) Guru menjelaskan langkah–langkah tentang model pembelajaran 
Make A Match. 
(8) Guru mengatur tempat duduk siswa membentuk huruf U dan 
membagi tiga kelompok yaitu kelompok pertanyaan, kelompok 
jawaban, dan kelompok penilai. Kelompok pertanyaan duduk 
berhadapan dengan kelompok jawaban dan kelompok penilai duduk 
menghadap ke kelompok pertanyaan dan kelompok jawaban. 
(9) Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif Make A Match 
yaitu membentuk kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan 
kelompok penilai. 
(10) Guru memberikan kartu pertanyaan dan kartu jawaban pada dua 
kelompok, setiap siswa memahami kartu yang dipegang dan 
memprediksi jawaban kartu yang dipegang. 
(11) Guru membunyikan peluit pertanda siswa mulai mencari pasangan 
kartu yang dipegangnya. Jika siswa sudah menemukan 
pasangannya, kemudian berdiskusi tentang kartunya dan menuju 
kelompok penilai. 
(12) Kelompok penilai mendiskusikan jawaban yang sudah diserahkan. 
Setiap pasangan yang dinyatakan cocok antara kartu soal dan kartu 
jawaban membacakan hasilnya di depan kelas dan ditanggapi oleh 
kelompok lain. 
(13) Guru membimbing siswa membuat rangkuman atau kesimpulan dari 
hasil kegiatan kelompok. 
Konfirmasi
(14) guru mengkritisi dan menyempurnakan jawaban dari masing-masing 
44 
kelompok. 
(15) guru memberikan motivasi kembali berupa penguatan terhadap 
materi yang baru saja di pelajari. 
(16) guru memberikan reward terhadap kelompok yang baik. 
d. kegiatan akhir (± 20 menit) 
(1) guru memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk 
bertanya kembali apabila di dalam penyampaian materi masih 
kurang jelas. 
(2) bersama siswa, Guru mengulas kembali pelajaran yang baru saja 
disampaikan dan membuat ringkasan. 
(3) guru mengukur kemampuan siswa dengan mengadakan Evaluasi 
(4) umpan balik 
Siswa diminta untuk mempelajari materi selanjutnya. 
d. Observasi 
1. Mengamati aktivitas siswa dalam diskusi kelompok pada 
pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran 
kooperatif tipe make a match. 
2. Mengamati keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan 
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. 
3. Melakukan pengamatan terhadap Hasil Belajar siswa dalam 
pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran 
kooperatif tipe make a match.
45 
d. Refleksi 
1. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus 1 pertemuan ke 2 
Menganalisis kelemahan dan keberhasilan setelah menerapkan model 
pembelajaran Make A Match kemudian mempertimbangkan langkah 
selanjutnya. Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa melakukan 
kerja kelompok. 
2. Mengkaji pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan siklus 1 
pertemuan ke 2 apakah efektif atau tidak. 
3. Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus 1 pertemuan 2 
4. Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus 2 
4.2 Siklus II Pertemuan 1 
a. Perencanaan 
1. Menyusun RPP dengan materi “Tokoh pergerakan nasional dan peranan 
sumpah pemuda” 
2. Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa : 
a. KTSP 
b. silabus Kelas V 
c. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas V SD/MI karangan 
Endang Susilaningsih, dkk 
d. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas V karangan Siti 
Syamsiah, dkk 
3. alat evaluasi berupa : 
Tes Tertulis Lembar Kerja Siswa (LKS)
Unjuk Kerja Performance 
4. Membuat lembar pengamatan untuk guru dalam melaksanakan 
46 
pembelajaran IPS. 
5. Membuat lembar pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan 
pembelajaran IPS. 
b. Pelaksanaan Tindakan 
a. pra kegiatan (± 5 menit) 
1. Salam 
2. pengkondisian Kelas 
3. doa 
4. presensi 
h. kegiatan awal (± 10 menit) 
(1) Guru melakukan apersepsi 
(2) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk melaksanakan 
pembelajaran dengan baik. 
(3) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari. 
(4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 
i. kegiatan inti (± 25 menit) 
Eksplorasi 
(5) siswa menyimak informasi dan termotivasi untuk belajar. 
(6) guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang tokoh pergerakan 
nasional dan peranan sumpah pemuda. 
Elaborasi
(7) Guru menjelaskan langkah–langkah tentang model pembelajaran 
47 
Make A Match. 
(8) Guru mengatur tempat duduk siswa membentuk huruf U dan 
membagi tiga kelompok yaitu kelompok pertanyaan, kelompok 
jawaban, dan kelompok penilai. Kelompok pertanyaan duduk 
berhadapan dengan kelompok jawaban dan kelompok penilai duduk 
menghadap ke kelompok pertanyaan dan kelompok jawaban. 
(9) Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif Make A Match 
yaitu membentuk kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan 
kelompok penilai. 
(10) Guru memberikan kartu pertanyaan dan kartu jawaban pada dua 
kelompok, setiap siswa memahami kartu yang dipegang dan 
memprediksi jawaban kartu yang dipegang. 
(11) Guru membunyikan peluit pertanda siswa mulai mencari pasangan 
kartu yang dipegangnya. Jika siswa sudah menemukan 
pasangannya, kemudian berdiskusi tentang kartunya dan menuju 
kelompok penilai. 
(12) Kelompok penilai mendiskusikan jawaban yang sudah diserahkan. 
Setiap pasangan yang dinyatakan cocok antara kartu soal dan kartu 
jawaban membacakan hasilnya di depan kelas dan ditanggapi oleh 
kelompok lain. 
(13) Guru membimbing siswa membuat rangkuman atau kesimpulan dari 
hasil kegiatan kelompok.
48 
Konfirmasi 
(14) guru mengkritisi dan menyempurnakan jawaban dari masing-masing 
kelompok. 
(15) guru memberikan motivasi kembali berupa penguatan terhadap 
materi yang baru saja di pelajari. 
(16) guru memberikan reward terhadap kelompok yang baik. 
j. kegiatan akhir (± 20 menit) 
(1) guru memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk 
bertanya kembali apabila di dalam penyampaian materi masih 
kurang jelas. 
(2) bersama siswa, Guru mengulas kembali pelajaran yang baru saja 
disampaikan dan membuat ringkasan. 
(3) guru mengukur kemampuan siswa dengan mengadakan Evaluasi 
(4) umpan balik 
Siswa diminta untuk mempelajari materi selanjutnya. 
c. Observasi 
1. Mengamati aktivitas siswa dalam diskusi kelompok pada pembelajaran 
IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a 
match. 
2. Mengamati keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan 
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. 
3. Melakukan pengamatan terhadap Hasil Belajar siswa dalam pembelajaran 
IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a 
match.
49 
d. Refleksi 
1. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus II pertemuan ke 1 
Menganalisis kelemahan dan keberhasilan setelah menerapkan model 
pembelajaran Make A Match kemudian mempertimbangkan langkah 
selanjutnya. Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa melakukan 
kerja kelompok. 
2. Mengkaji pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan siklus II 
pertemuan ke 1 apakah efektif atau tidak. 
3. Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus II pertemuan 1 
4. Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus II pertemuan 2 
1.4 Siklus II Pertemuan 2 
a. Perencanaan 
1. Menyusun RPP dengan materi “perjuangan mempersiapkan kemerdekaan” 
2. Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa : 
a. KTSP 
b. silabus Kelas V 
c. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas V SD/MI karangan Endang 
Susilaningsih, dkk 
d. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas V karangan Siti 
Syamsiah, dkk 
3. alat evaluasi berupa : 
Tes Tertulis Lembar Kerja Siswa (LKS)
Unjuk Kerja Performance 
4. Membuat lembar pengamatan untuk guru dalam melaksanakan 
50 
pembelajaran IPS. 
5. Membuat lembar pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan 
pembelajaran IPS. 
b. Pelaksanaan Tindakan 
a) pra kegiatan (± 5 menit) 
(1) salam 
(2) pengkondisian kelas 
(3) doa 
(4) Presensi 
b) kegiatan awal (± 10 menit) 
(1) Guru melakukan apersepsi 
(2) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk melaksanakan 
pembelajaran dengan baik 
(3) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari. 
(4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 
c) kegiatan inti (± 25 menit) 
Eksplorasi 
(1) siswa menyimak informasi dan termotivasi untuk belajar. 
(2) guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang usaha 
mempersiapkan kemerdekaan.
51 
Elaborasi 
(1) Guru menjelaskan langkah–langkah tentang model pembelajaran Make 
A Match. 
(2) Guru mengatur tempat duduk siswa membentuk huruf U dan membagi 
tiga kelompok yaitu kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan 
kelompok penilai. Kelompok pertanyaan duduk berhadapan dengan 
kelompok jawaban dan kelompok penilai duduk menghadap ke 
kelompok pertanyaan dan kelompok jawaban. 
(3) Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif Make A Match yaitu 
membentuk kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan kelompok 
penilai. 
(4) Guru memberikan kartu pertanyaan dan kartu jawaban pada dua 
kelompok, setiap siswa memahami kartu yang dipegang dan 
memprediksi jawaban kartu yang dipegang. 
(5) Guru membunyikan peluit pertanda siswa mulai mencari pasangan 
kartu yang dipegangnya. Jika siswa sudah menemukan pasangannya, 
kemudian berdiskusi tentang kartunya dan menuju kelompok penilai. 
(6) Kelompok penilai mendiskusikan jawaban yang sudah diserahkan. 
Setiap pasangan yang dinyatakan cocok antara kartu soal dan kartu 
jawaban membacakan hasilnya di depan kelas dan ditanggapi oleh 
kelompok lain. 
(7) Guru membimbing siswa membuat rangkuman atau kesimpulan dari 
hasil kegiatan kelompok.
52 
Konfirmasi 
(1) guru mengkritisi dan menyempurnakan jawaban dari masing-masing 
kelompok. 
(2) guru memberikan motivasi kembali berupa penguatan terhadap materi 
yang baru saja di pelajari. 
(3) guru memberikan reward terhadap kelompok yang baik. 
d) kegiatan akhir (± 20 menit) 
(1) guru memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk 
bertanya kembali apabila di dalam penyampaian materi masih 
kurang jelas. 
(2) bersama siswa, Guru mengulas kembali pelajaran yang baru saja 
disampaikan dan membuat ringkasan. 
(3) guru mengukur kemampuan siswa dengan mengadakan Evaluasi. 
(4) umpan balik 
Siswa diminta untuk mempelajari materi selanjutnya. 
d. Observasi 
1. Mengamati aktivitas siswa dalam diskusi kelompok pada pembelajaran 
IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a 
match. 
2. Mengamati keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan 
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. 
3. Melakukan pengamatan terhadap Hasil Belajar siswa dalam pembelajaran 
IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a 
match.
53 
d. Refleksi 
1. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus II pertemuan ke 2 
Menganalisis kelemahan dan keberhasilan setelah menerapkan model 
pembelajaran Make A Match kemudian mempertimbangkan langkah 
selanjutnya. Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa melakukan 
kerja kelompok. 
2. Mengkaji pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan siklus II 
pertemuan ke 2 apakah efektif atau tidak. 
3. Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus II pertemuan 2 
4. Apabila ketuntasan kemampuan siswa mengerjakan soal pada siklus 
II pertemuan 2 sudah tercapai, maka siklus 2 dianggap berhasil
DAFTAR PUSTAKA 
Arinil. 2011. Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 
54 
SD/MI. 
(Sumber : http://arinil.wordpress.com/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-ilmu- 
pengetahuan-sosial-sdmi/) 
Atika. 2010. Taksonomi Bloom Sebagai Tujuan Pembelajaran IPS (mencakup analisis, 
tujuan, beserta contohnya). 
(Sumber : http://atikatikaaziz.blogspot.com/2010/09/taksonomi-bloom-sebagai-tujuan.html) 
Cepiriyana. 2006. Hakikat Kualitas Pembelajaran. 
(Sumber http://cepiriyana.blogspot.com/2006/06/hakikat_kualitas_pembelajaran.html) 
Endonesa. 2009. Media Pembelajaran. 
(Sumber : http://endonesa.wordpress.com/ajaran-pembelajaran/media-pembelajaran/) 
Hadi, Susilo dkk. 2008. Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial. Salatiga: Widya Sari 
Ischak. 2004. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. 
Junaidi. 2010. Aktivitas belajar Siswa. 
(Sumber : http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/07/aktivitas-belajar-siswa.html) 
Krisna. 2010. Pengertian Dan Ciri-Ciri Pembelajaran. 
(Sumber: http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciripembelajaran/) 
Laria, Kartika 2008. Kajian Pustaka Media Pembelajaran. 
(Sumber : http://www.infoskripsi.com/Article/Kajian-Pustaka-Media-Pembelajaran.html)
Muhidin, Sambas Ali. 2011. Keterampilan Mengajar Guru. 
(Sumber : http://sambasalim.com/pendidikan/keterampilan-mengajar-guru.html) 
Muhidin, Sambas Ali. 2009. Kualitas Proses Pembelajaran. 
(Sumber : http://sambasalim.com/pendidikan/kualitas-proses-pembelajaran.html) 
55 
Pargito. 2010. Kebijakan Kurikulum IPS. 
(Sumber : http://blog.unila.ac.id/pargito/2010/10/07/kebijakan-kurikulum- ips/) 
Ramadhan, Tarmizi. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 
(Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2073915-model-pembelajaran-kooperatif- 
match/#ixzz1SVBp6XbB) 
Suciati. 2007. Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka. 
Sugandi, Achnad. 2005. Teori Pembelajaran. Semarang: UNNES Press. 
Sutisna. 2010. Khasanah Inovasi Difusi Inovasi dan Implikasi Inovasi Terhadap 
Kualitas-Pembelajaran 
(Sumber : http://sutisna.com/jurnal/jurnal-kependidikan/khasanah-inovasi-difusi-inovasi-dan-implikasi- 
inovasi-terhadap-kualitas-pembelajaran/) 
Tarmizi. 2008. Pembelajaran Kooperatife “Make A Match” 
(Sumber: http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-a-match/) 
Widodo, Rachmad. 2009. Model pembelajaran Make a Match (Lorna Curran,1994) 
(Sumber : http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/06/model-pembelajaran-make-a-match-lorna- 
curran-1994/)

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum "PENGARUH ASAM CUKA TERHADAP TULANG CEKER AYAM"
Laporan praktikum "PENGARUH ASAM CUKA TERHADAP TULANG CEKER AYAM"Laporan praktikum "PENGARUH ASAM CUKA TERHADAP TULANG CEKER AYAM"
Laporan praktikum "PENGARUH ASAM CUKA TERHADAP TULANG CEKER AYAM"Enggita Aprilika Yustian
 
Perkembangan Islam Di Era Modern (indonesia)
Perkembangan Islam Di Era Modern (indonesia)Perkembangan Islam Di Era Modern (indonesia)
Perkembangan Islam Di Era Modern (indonesia)Ripan Nugraha Harahap
 
Laporan praktikum uji makanan
Laporan praktikum uji makananLaporan praktikum uji makanan
Laporan praktikum uji makanannurul Aulia sari
 
Makalah zakat kelompok 4
Makalah zakat kelompok 4Makalah zakat kelompok 4
Makalah zakat kelompok 4Uli Rahmawati
 
Ruang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaran
Ruang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaranRuang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaran
Ruang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaranRizka Rahayu
 
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologis dan teori-teorinya
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologis dan teori-teorinyaFaktor faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologis dan teori-teorinya
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologis dan teori-teorinyaMayawi Karim
 
Peran dan fungsi lembaga keluarga, agama, ekonomi, pendidikan, budaya dan lem...
Peran dan fungsi lembaga keluarga, agama, ekonomi, pendidikan, budaya dan lem...Peran dan fungsi lembaga keluarga, agama, ekonomi, pendidikan, budaya dan lem...
Peran dan fungsi lembaga keluarga, agama, ekonomi, pendidikan, budaya dan lem...Akang Juve
 
Perkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sdPerkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sdShinta Nz
 
Landasan filosofis pendidikan
Landasan filosofis pendidikanLandasan filosofis pendidikan
Landasan filosofis pendidikanPTIK BB
 
keterampilan berbahasa produktif
keterampilan berbahasa produktifketerampilan berbahasa produktif
keterampilan berbahasa produktifTohir Haliwaza
 
Makalah eksistensialisme
Makalah eksistensialismeMakalah eksistensialisme
Makalah eksistensialismeErna Mariana
 
Sejarah perkembangan ips
Sejarah perkembangan ipsSejarah perkembangan ips
Sejarah perkembangan ipseryeryey
 
Ringkasan materi Komparasi Pendidikan
Ringkasan materi Komparasi PendidikanRingkasan materi Komparasi Pendidikan
Ringkasan materi Komparasi PendidikanPotpotya Fitri
 
Jawaban s oal metodologi studi keislaman
Jawaban  s oal metodologi studi keislamanJawaban  s oal metodologi studi keislaman
Jawaban s oal metodologi studi keislamanHamba La'eh
 
Media dan teknologi pembelajaran
Media dan teknologi pembelajaranMedia dan teknologi pembelajaran
Media dan teknologi pembelajaranhamsinarsallata
 
Ibadah makalah
Ibadah makalahIbadah makalah
Ibadah makalahMeyLiontin
 
Masalah pendidikan dan solusinya
Masalah pendidikan dan solusinyaMasalah pendidikan dan solusinya
Masalah pendidikan dan solusinyaMastudiar Daryus
 

What's hot (20)

dimensi manusia
dimensi manusiadimensi manusia
dimensi manusia
 
Laporan praktikum "PENGARUH ASAM CUKA TERHADAP TULANG CEKER AYAM"
Laporan praktikum "PENGARUH ASAM CUKA TERHADAP TULANG CEKER AYAM"Laporan praktikum "PENGARUH ASAM CUKA TERHADAP TULANG CEKER AYAM"
Laporan praktikum "PENGARUH ASAM CUKA TERHADAP TULANG CEKER AYAM"
 
Perkembangan Islam Di Era Modern (indonesia)
Perkembangan Islam Di Era Modern (indonesia)Perkembangan Islam Di Era Modern (indonesia)
Perkembangan Islam Di Era Modern (indonesia)
 
Laporan praktikum uji makanan
Laporan praktikum uji makananLaporan praktikum uji makanan
Laporan praktikum uji makanan
 
Makalah zakat kelompok 4
Makalah zakat kelompok 4Makalah zakat kelompok 4
Makalah zakat kelompok 4
 
Ruang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaran
Ruang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaranRuang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaran
Ruang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaran
 
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologis dan teori-teorinya
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologis dan teori-teorinyaFaktor faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologis dan teori-teorinya
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologis dan teori-teorinya
 
Peran dan fungsi lembaga keluarga, agama, ekonomi, pendidikan, budaya dan lem...
Peran dan fungsi lembaga keluarga, agama, ekonomi, pendidikan, budaya dan lem...Peran dan fungsi lembaga keluarga, agama, ekonomi, pendidikan, budaya dan lem...
Peran dan fungsi lembaga keluarga, agama, ekonomi, pendidikan, budaya dan lem...
 
Perkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sdPerkembangan sosial anak usia sd
Perkembangan sosial anak usia sd
 
Landasan filosofis pendidikan
Landasan filosofis pendidikanLandasan filosofis pendidikan
Landasan filosofis pendidikan
 
keterampilan berbahasa produktif
keterampilan berbahasa produktifketerampilan berbahasa produktif
keterampilan berbahasa produktif
 
Makalah eksistensialisme
Makalah eksistensialismeMakalah eksistensialisme
Makalah eksistensialisme
 
Sejarah perkembangan ips
Sejarah perkembangan ipsSejarah perkembangan ips
Sejarah perkembangan ips
 
Ringkasan materi Komparasi Pendidikan
Ringkasan materi Komparasi PendidikanRingkasan materi Komparasi Pendidikan
Ringkasan materi Komparasi Pendidikan
 
Jawaban s oal metodologi studi keislaman
Jawaban  s oal metodologi studi keislamanJawaban  s oal metodologi studi keislaman
Jawaban s oal metodologi studi keislaman
 
Makalah ilmu sosial dan politik
Makalah ilmu sosial dan politikMakalah ilmu sosial dan politik
Makalah ilmu sosial dan politik
 
Media dan teknologi pembelajaran
Media dan teknologi pembelajaranMedia dan teknologi pembelajaran
Media dan teknologi pembelajaran
 
Ibadah makalah
Ibadah makalahIbadah makalah
Ibadah makalah
 
Masalah pendidikan dan solusinya
Masalah pendidikan dan solusinyaMasalah pendidikan dan solusinya
Masalah pendidikan dan solusinya
 
Model Pembelajaran Tematik
Model Pembelajaran TematikModel Pembelajaran Tematik
Model Pembelajaran Tematik
 

Viewers also liked

Contoh Proposal Skripsii
Contoh Proposal SkripsiiContoh Proposal Skripsii
Contoh Proposal SkripsiiMaz Aziezt
 
Makalah metode penelitian
Makalah metode penelitianMakalah metode penelitian
Makalah metode penelitianEgi Mustakim
 
Tugas makalah metodologi penelitian
Tugas makalah metodologi penelitianTugas makalah metodologi penelitian
Tugas makalah metodologi penelitianSusi Yanti
 
Contoh proposal pengajuan skripsi
Contoh proposal pengajuan skripsiContoh proposal pengajuan skripsi
Contoh proposal pengajuan skripsiimammuttaqin58
 
Contoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiContoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiYusuf Darismah
 
Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)nu rokhman
 
Ppt ipa kelas 5 alat pernapasan manusia dan hewan
Ppt ipa kelas 5 alat pernapasan manusia dan hewanPpt ipa kelas 5 alat pernapasan manusia dan hewan
Ppt ipa kelas 5 alat pernapasan manusia dan hewanNafiessa
 
Proposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsiProposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsispilody111
 
Contoh proposal-skripsi
Contoh proposal-skripsiContoh proposal-skripsi
Contoh proposal-skripsiWira Sudewa
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasContoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasMuh Yusuf Manguluang
 
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)Denny Kodrat
 
Pedoman penyusunan penulisan proposal penelitian dan skripsi
Pedoman penyusunan penulisan proposal penelitian dan skripsiPedoman penyusunan penulisan proposal penelitian dan skripsi
Pedoman penyusunan penulisan proposal penelitian dan skripsiMelwin Syafrizal
 
Tugas metodologi penelitian asri
Tugas metodologi penelitian asriTugas metodologi penelitian asri
Tugas metodologi penelitian asristiemb
 
tugas Metode Penelitian Kuantitatif I
tugas Metode Penelitian Kuantitatif Itugas Metode Penelitian Kuantitatif I
tugas Metode Penelitian Kuantitatif INur Alfiyatur Rochmah
 

Viewers also liked (20)

Contoh Proposal Skripsii
Contoh Proposal SkripsiiContoh Proposal Skripsii
Contoh Proposal Skripsii
 
Makalah metode penelitian
Makalah metode penelitianMakalah metode penelitian
Makalah metode penelitian
 
Tugas makalah metodologi penelitian
Tugas makalah metodologi penelitianTugas makalah metodologi penelitian
Tugas makalah metodologi penelitian
 
Contoh proposal pengajuan skripsi
Contoh proposal pengajuan skripsiContoh proposal pengajuan skripsi
Contoh proposal pengajuan skripsi
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Proposal KP
Proposal KPProposal KP
Proposal KP
 
Contoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiContoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsi
 
Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitifPerkembangan kognitif
Perkembangan kognitif
 
Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)
 
Ppt ipa kelas 5 alat pernapasan manusia dan hewan
Ppt ipa kelas 5 alat pernapasan manusia dan hewanPpt ipa kelas 5 alat pernapasan manusia dan hewan
Ppt ipa kelas 5 alat pernapasan manusia dan hewan
 
Proposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsiProposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsi
 
Contoh proposal-skripsi
Contoh proposal-skripsiContoh proposal-skripsi
Contoh proposal-skripsi
 
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasContoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
 
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
 
Pedoman penyusunan penulisan proposal penelitian dan skripsi
Pedoman penyusunan penulisan proposal penelitian dan skripsiPedoman penyusunan penulisan proposal penelitian dan skripsi
Pedoman penyusunan penulisan proposal penelitian dan skripsi
 
Contoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiContoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsi
 
Tugas metodologi penelitian asri
Tugas metodologi penelitian asriTugas metodologi penelitian asri
Tugas metodologi penelitian asri
 
tugas Metode Penelitian Kuantitatif I
tugas Metode Penelitian Kuantitatif Itugas Metode Penelitian Kuantitatif I
tugas Metode Penelitian Kuantitatif I
 

Similar to MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS

Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.Maruttha Puspita
 
66cb960420eb1b91ec2a8253e23de38e
66cb960420eb1b91ec2a8253e23de38e66cb960420eb1b91ec2a8253e23de38e
66cb960420eb1b91ec2a8253e23de38eRoem Meuneuh
 
50 silabus-sosiologi-sma-peminatan versi-120216
50 silabus-sosiologi-sma-peminatan versi-12021650 silabus-sosiologi-sma-peminatan versi-120216
50 silabus-sosiologi-sma-peminatan versi-120216eli priyatna laidan
 
SILABUS SD KELAS 1.doc
SILABUS SD KELAS 1.docSILABUS SD KELAS 1.doc
SILABUS SD KELAS 1.docsmpn1pamut
 
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolah
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolahPengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolah
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolahHari Adi
 
083911004_bab2.pdf
083911004_bab2.pdf083911004_bab2.pdf
083911004_bab2.pdferlyn22
 
1. silabus tematik terpadu kelas 1 semester 1 & 2
1. silabus tematik terpadu kelas 1 semester 1 & 21. silabus tematik terpadu kelas 1 semester 1 & 2
1. silabus tematik terpadu kelas 1 semester 1 & 2IAIN Pekalongan
 
1. silabus-tematik-terpadu-kelas-1-semester-1-2
1. silabus-tematik-terpadu-kelas-1-semester-1-21. silabus-tematik-terpadu-kelas-1-semester-1-2
1. silabus-tematik-terpadu-kelas-1-semester-1-2Evi Sofia
 
1. silabus tematik terpadu kelas 1 semester 1 & 2
1. silabus tematik terpadu kelas 1 semester 1 & 21. silabus tematik terpadu kelas 1 semester 1 & 2
1. silabus tematik terpadu kelas 1 semester 1 & 2IAIN Pekalongan
 
Silabus kelas 1 usjsjsh jsjsjsjjs jsjsjsjhshshs sjjsjsjsjsjjs sjjsjsjsjja
Silabus kelas 1 usjsjsh jsjsjsjjs jsjsjsjhshshs sjjsjsjsjsjjs sjjsjsjsjjaSilabus kelas 1 usjsjsh jsjsjsjjs jsjsjsjhshshs sjjsjsjsjsjjs sjjsjsjsjja
Silabus kelas 1 usjsjsh jsjsjsjjs jsjsjsjhshshs sjjsjsjsjsjjs sjjsjsjsjja1TAdisuryaPratama
 
Pendidikan ips di sd
Pendidikan ips di sdPendidikan ips di sd
Pendidikan ips di sdarif08
 
06 silabus ips smp 20012017_ok
06 silabus ips smp 20012017_ok06 silabus ips smp 20012017_ok
06 silabus ips smp 20012017_okEko Sulistianto
 
06 silabus ips smp 20012017_ok
06 silabus ips smp 20012017_ok06 silabus ips smp 20012017_ok
06 silabus ips smp 20012017_okparulian
 
Fokus pembelajaran ilmu pengetahuan sosial
Fokus pembelajaran ilmu pengetahuan sosialFokus pembelajaran ilmu pengetahuan sosial
Fokus pembelajaran ilmu pengetahuan sosialSMPK Stella Maris
 

Similar to MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS (20)

Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.
Informasi pengertian studi sosial, kategori ips dan proses berpikir.
 
66cb960420eb1b91ec2a8253e23de38e
66cb960420eb1b91ec2a8253e23de38e66cb960420eb1b91ec2a8253e23de38e
66cb960420eb1b91ec2a8253e23de38e
 
Silabus Sosiologi SMA Peminatan.docx
Silabus Sosiologi SMA Peminatan.docxSilabus Sosiologi SMA Peminatan.docx
Silabus Sosiologi SMA Peminatan.docx
 
50 silabus-sosiologi-sma-peminatan versi-120216
50 silabus-sosiologi-sma-peminatan versi-12021650 silabus-sosiologi-sma-peminatan versi-120216
50 silabus-sosiologi-sma-peminatan versi-120216
 
SILABUS SD KELAS 1.doc
SILABUS SD KELAS 1.docSILABUS SD KELAS 1.doc
SILABUS SD KELAS 1.doc
 
Pipssd
PipssdPipssd
Pipssd
 
Proposal
ProposalProposal
Proposal
 
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolah
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolahPengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolah
Pengembangan model pendidikan multikulturalisme untuk anak usia sekolah
 
083911004_bab2.pdf
083911004_bab2.pdf083911004_bab2.pdf
083911004_bab2.pdf
 
1. silabus tematik terpadu kelas 1 semester 1 & 2
1. silabus tematik terpadu kelas 1 semester 1 & 21. silabus tematik terpadu kelas 1 semester 1 & 2
1. silabus tematik terpadu kelas 1 semester 1 & 2
 
1. silabus-tematik-terpadu-kelas-1-semester-1-2
1. silabus-tematik-terpadu-kelas-1-semester-1-21. silabus-tematik-terpadu-kelas-1-semester-1-2
1. silabus-tematik-terpadu-kelas-1-semester-1-2
 
1. silabus tematik terpadu kelas 1 semester 1 & 2
1. silabus tematik terpadu kelas 1 semester 1 & 21. silabus tematik terpadu kelas 1 semester 1 & 2
1. silabus tematik terpadu kelas 1 semester 1 & 2
 
Silabus kelas 1 usjsjsh jsjsjsjjs jsjsjsjhshshs sjjsjsjsjsjjs sjjsjsjsjja
Silabus kelas 1 usjsjsh jsjsjsjjs jsjsjsjhshshs sjjsjsjsjsjjs sjjsjsjsjjaSilabus kelas 1 usjsjsh jsjsjsjjs jsjsjsjhshshs sjjsjsjsjsjjs sjjsjsjsjja
Silabus kelas 1 usjsjsh jsjsjsjjs jsjsjsjhshshs sjjsjsjsjsjjs sjjsjsjsjja
 
Ptk ips kelas ii
Ptk ips kelas iiPtk ips kelas ii
Ptk ips kelas ii
 
Pendidikan ips di sd
Pendidikan ips di sdPendidikan ips di sd
Pendidikan ips di sd
 
06 silabus ips smp 20012017_ok
06 silabus ips smp 20012017_ok06 silabus ips smp 20012017_ok
06 silabus ips smp 20012017_ok
 
06 silabus ips smp 20012017_ok
06 silabus ips smp 20012017_ok06 silabus ips smp 20012017_ok
06 silabus ips smp 20012017_ok
 
Gru proposal (2)
Gru  proposal (2)Gru  proposal (2)
Gru proposal (2)
 
Fokus pembelajaran ilmu pengetahuan sosial
Fokus pembelajaran ilmu pengetahuan sosialFokus pembelajaran ilmu pengetahuan sosial
Fokus pembelajaran ilmu pengetahuan sosial
 
ips SD.word
ips SD.wordips SD.word
ips SD.word
 

Recently uploaded

UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DAbdiera
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",Kanaidi ken
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............SenLord
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunnhsani2006
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x BintanVenyHandayani2
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfEmeldaSpd
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfwaktinisayunw93
 

Recently uploaded (20)

UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
 

MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Dimasa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Pengajaran IPS di SD ditujukan bagi pembinaan generasi penerus usia dini agar memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya, menghayati keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan serta mahir berperan di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik. Untuk itulah dalam pengajaran IPS harus dapat membawa anak didik kepada kenyataan hidup yang sebenarnya yang dapat dihayati mereka, ditanggapinya, dianalisisnya akhirnya dapat membina kepekaan sikap mental, ketrampilan dalam
  • 2. menghayati kehidupan yang nyata ini. Melalui pengajaran IPS seperti yang digambarkan di atas diharapkan terbinanya sikap warga negara yang peka terhadap masalah sosial yang memberikan pelajaran yang membantu anak untuk mengenal hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya melalui pelajaran IPS. IPS merupakan pelajaran yang memadukan sejumlah ilmu-ilmu sosial yang mempelajari kehidupan sosial, yang didasarkan pada kajian geografi, ekonomi, sosiologi, tata negera dan sejarah. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (KTSP, 2006:82).1 Pendidikan IPS adalah penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila Pendidikan IPS adalah seleksi dari struktur disiplin akademik ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk mewujudkan tujuan pendidikan dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan 2 Pancasila (Somantri, 2001 : 103). Menurut Depdikbud (1994), IPS yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar mencakup bahan kajian lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan, serta 1 http://arinil.wordpress.com/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-ilmu-pengetahuan-sosial-sdmi/ ( Diakses pada tanggal ….)
  • 3. bahan kajian sejarah. Sedangkan untuk jenjang pendidikan menengah didasarkan pada bahan kajian pokok Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Tata Negara, dan Sejarah. Menurut Mulyono Tjokrodikaryo, 1986:21 (dalam Hidayati, 2008:1.26), ada lima macam sumber materi IPS antara lain: (1) segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas Negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya; (2) kegiatan manusia misalnya, mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi dan transportasi; (3) lingkungan geografi dan budaya meliputi, segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh; (4) kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar; (5) anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga. Kemudian strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, Negara dan dunia. Berdasarkan temuan Depdiknas (2007), dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran IPS. Guru dalam menerapkan pembelajaran lebih menekankan pada metode yang mengaktifkan guru, pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif, lebih banyak menggunakan metode ceramah dan kurang mengoptimalkan media pembelajaran. Sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran tersebut. Siswa hanya diam saja dan mudah jenuh dalam pembelajaran. Selain itu kurang nya motivasi yang diberikan guru, juga menjadi faktor kurangnya hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS.2 2 http://atikatikaaziz.blogspot.com/2010/09/taksonomi -bloom-sebagai-tujuan.html ( Diakses pada tanggal ….) 3
  • 4. Pelaksanaan pembelajaran IPS seperti yang diutarakan di atas, merupakan gambaran yang terjadi di MI NU Terate Gresik. Berdasarkan observasi awal peneliti kolaborasi yang dilakukan pada pembelajaran IPS dinyatakan bahwa guru kurang variatif dalam menggunakan metode pembelajaran yaitu pada saat memberikan materi hanya berupa ceramah dan lebih menekankan pada hafalan, keaktifan siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dalam kegiatan KBM masih belum optimal, sehingga siswa kurang berminat dan antusias juga merupakan penyebab kurang optimalnya pembelajaran, serta guru kurang maksimal dalam memanfaatkan media dan penggunaan alat peraga selama 4 proses pembelajaran. Hal itu didukung data dari pencapaian hasil observasi dan evaluasi proses pembelajaran IPS siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2013/2014 masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 64. Data keaktifan dan hasil belajar ditunjukkan dengan nilai terendah 59 dan nilai tertinggi 71, dengan rata-rata kelas 63,25 untuk nilai ulangan harian. Dengan melihat data keaktifan dan hasil belajar dan pelaksanakan mata pelajaran tersebut perlu sekali proses pembelajaran untuk ditingkatkan kualitasnya, agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan kualitas pembelajaran IPS menjadi meningkat.3 Berdasarkan diskusi tim peneliti dengan guru kelas V, untuk memecahkan masalah pembelajaran IPS yang kurang kondusif karena keaktifan siswa kurang, tim kolaborasi menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS. Untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut, maka ditetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, yang dapat mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan keterampilan guru. Dengan penggunaan pendekatan dalam pembelajaran yang tepat akan menghidupkan pembelajaran yang ditandai dengan 3 Data hasil wawancara 8 April 2014 memperlihatkan bahwa nilai mapel IPS siswa kelas V belum memenuhi KKM di MI NU Terate Gresik. Sumber: Survey tanggal 8 April 2014
  • 5. siswa aktif, kreatif, dan menyenangkan. Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu model pembelajaran yang lebih komprehensif dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Atas dasar itulah peneliti mencoba mengembangkan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran dengan metode 5 make a match. Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Sedangkan menurut Ibrahim (2000:2) model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok (Lie, 2003:30).4 Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.5 Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan metode pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode 4 Lie,Anita. Cooperative Learning. Mempraktekkan Cooperative Learning Ruang-ruang Kelas. (Jakarta: PT.Grasindo,2002)hal 2 5 Isjoni.Cooperative Learning.(Pekanbaru: Alfabeta,2007).hal.15
  • 6. ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi 6 poin. Dari ulasan latar belakang tersebut diatas maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas V MI NU Terate Gresik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelas V MI NU Terate Gresik ? Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan aktifitas siswa kelas V MI NU Terate Gresik ? 2. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan ketrampilan guru kelas V MI NU Terate Gresik dalam mengelola pembelajaran IPS ? 3. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI NU Terate Gresik pada pelajaran IPS ? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah:
  • 7. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelas V MI NU Terate Gresik melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: a. Untuk meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS, menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. b. Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS, menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. c. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS, menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. 7 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan membawa suatu kontribusi terhadap pengembangan di berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, hasil penelitian ini juga di harapkan dapat memberikan manfaat bagi: a. Manfaat teoritis 1) Sebagai bahan referensi atau pedukung penelitian yang selanjutnya 2) Menambah pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial 3) Menambah kajian tentang hasil penelitian pembelajaran IPS b. Manfaat praktis 1) Bagi Siswa Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, siswa dapat menerima pengalaman belajar yang bervariasi sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Bagi Guru
  • 8. Memberikan wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang model pembelajaran yang dapat dijadikan pedoman atas pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga guru dapat berbenah diri untuk lebih mengefektifkan pembelajaran pada mata pelajaran yang lain dan memotivasi guru untuk berpikir inovatif. 8 3) Bagi Sekolah/Lembaga Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat memberi masukan atau sumbangan pikiran kepada sekolah untuk proses perbaikan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan mutu pendidikan dapat meningkat.
  • 9. BAB II KAJIAN TEORI 9 A. Hasil Belajar 1. Kerangka Teori a. Pengertian Belajar Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. Pengertian pembelajaran dari beberapa ahli antara lain adalah sebagai berikut : 1) Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. 2) Gagne dan Briggs (1979:3). Mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. 3) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20) 4) Pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang kedalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. (Sugandi, 2005: 9)
  • 10. 5) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. (Wikipedia.com) Berdasarkan konsep tentang pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha. b. Pengertian Kualitas Pembelajaran Berkaitan dengan pembelajaran yang berkualitas, Pudji Muljono (2006:29) menyebutkan bahwa konsep kualitas pembelajaran mengandung lima rujukan: yaitu “(1) kesesuaian; (2) daya tarik; (3) efektivitas; (4) efisiensi; dan (5) produktivitas pembelajaran”. Penjelasan kelima rujukan yang membentuk konsep kualitas pembelajaran dari Pudji Muljono (2006:29-30) adalah sebagai berikut: Kesesuaian meliputi indikator sebagai berikut: sepadan dengan karakteristik peserta didik, serasi dengan aspirasi masyarakat maupun perorangan, cocok dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kondisi lingkungan, selaras dengan tuntutan zaman, dan sesuai dengan teori, prinsip, dan atau nilai baru dalam pendidikan. Pembelajaran yang berkualitas juga harus mempunyai daya tarik yang 10
  • 11. kuat, indikatornya meliputi: kesempatan belajar yang tersebar dan arena itu mudah dicapai dan diikuti, isi pendidikan yang mudah dicerna karena telah diolah sedemikian rupa, kesempatan yang tersedia yang dapat diperoleh siapa saja pada setiap saat diperlukan, pesan yang diberikan pada saat dan peristiwa yang tepat, keterandalan yang tinggi, terutama karena kinerja lembaga dan lulusannya yang menonjol, keanekaragaman sumber baik yang sengaja dikembangkan maupun yang sudah tersedia dan dapat dipilih serta dimanfaatkan untuk kepentingan belajar, dan suasana yang akrab, hangat dan merangsang pembentukan kepribadian peserta didik. Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan. Secara definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya (Etzioni,1964). Efektivitas ini sesunguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar diri seseorang. Dengan demikian efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, akan tetapi juga dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya. Di samping itu, efektivitas juga dapat dilihat dari bagaimana tingkat kepuasan yang dicapai oleh orang (Robbins, 1997). Efektivitas pembelajaran sering kali diukur dengan tercapainya tujuan, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi, atau “doing the right things”. Pengertian ini mengandung ciri: bersistem (sistematik), yaitu dilakukan secara teratur, konsisten atau berurutan melalui tahap perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan, sensitif terhadap kebutuhan akan tugas belajar dan kebutuhan pembelajar, kejelasan akan tujuan dan karena itu dapat dihimpun usaha untuk mencapainya, bertolak dari 11
  • 12. kemampuan atau kekuatan mereka yang bersangkutan (peserta didik, pendidik, 12 masyarakat dan pemerintah). Efisiensi pembelajaran dapat diartikan sebagai kesepadanan antara waktu, biaya, dan tenaga yang digunakan dengan hasil yang diperoleh atau dapat dikatakan sebagai mengerjakan sesuatu dengan benar. Ciri yang terkandung meliputi: merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan model pembelajaran mengacu pada kepentingan, kebutuhan kondisi peserta didik pengorganisasian kegiatan belajar dan pembelajaran yang rapi, misalnya lingkungan atau latar belakang diperhatikan, pemanfaatan berbagai sumber daya dengan pembagian tugas seimbang, serta pengembangan dan pemanfaatan aneka sumber belajar sesuai keperluan, pemanfaatan sumber belajar bersama, usaha inovatif yang merupakan penghematan, seperti misalnya pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran terbuka yang tidak mengharuskan pembangunan gedung dan mengangkat tenaga pendidik yang digaji secara tetap. Inti dari efisiensi adalah mengembangkan berbagai faktor internal maupun eksternal (sistemik) untuk menyusun alternatif tindakan dan kemudian memilih tindakan yang paling menguntungkan. Produktivitas pada dasarnya adalah keadaan atau proses yang memungkinkan diperolehnya hasil yang lebih baik dan lebih banyak. Produktivitas pembelajaran dapat mengandung arti: perubahan proses pembelajaran (dari menghafal dan mengingat ke menganalisis dan mencipta), penambahan masukan dalam proses pembelajaran (dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar), peningkatan intensitas interaksi peserta didik dengan sumber belajar, atau gabungan ketiganya dalam kegiatan belajar-pembelajaran sehingga menghasilkan kualitas yang lebih baik, keikutsertaan dalam pendidikan
  • 13. yang lebih luas, lulusan lebih banyak, lulusan yang lebih dihargai oleh masyarakat, dan berkurangnya angka putus sekolah.6 Depdiknas (2001:4) mengemukakan paradigma mutu dalam konteks pendidikan, mencakup input, proses, dan output pendidikan. Lebih jauh dijelaskan bahwa input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses, yang dimaksud sesuatu adalah berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi keberlangsungan proses. Input sumberdaya meliputi sumberdaya manusia (seperti ketua, dosen, konselor, peserta didik) dan sumberdaya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang bahan-bahan, dan sebagainya). Sedangkan input perangkat meliputi: struktur organisasi, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, program, dan lain sebagainya. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input, makin tinggi kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut. Proses pendidikan merupakan proses berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduan input dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Berdasarkan pendapat di atas dapat didefinisikan bahwa mutu adalah perpaduan sifat-sifat 6 http://sambasalim.com/pendidikan/kualitas-proses-pembelajaran.html . ( Diakses pada tanggal ….) 13
  • 14. barang atau jasa, yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan dan kepuasan bahkan melebihi harapan pelanggan, baik yang tersurat maupun 14 yang tersirat. Pembelajaran merupakan inti proses pendidikan, dan oleh sebab itu upaya peningkatan kualitas pendidikan perlu difokuskan pada kualitas pembelajaran. Dalam suatu sistem pendidikan, subsistem pembelajaran memegang peran kunci. Subsistem pembelajaran meliputi beberapa komponen sebagai berikut: peserta didik; pengajar; materi dan bahan; metode, strategi dan pendekatan; media; sarana dan prasarana; biaya; dan kurikulum tersembunyi. Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi, melengkapi dan integrasi, dan bukan merupakan komponen yang terpisah, berdiri sendiri, dan tidak saling tergantung satu sama lain. Sebagai suatu komponen yang terintegrasi, semua komponen tersebut harus terpenuhi dengan baik. Pembelajaran yang berkualitas meliputi beberapa komponen, yaitu, kurikulum, guru, siswa, metode, materi dan bahan ajar, media pembelajaran atau alat pembelajaran, dan evaluasi. Lebih jelasnya adalah sebagai berikut: a. Peserta didik. Komponen peserta didik adalah salah satu komponen terpenting karena adanya kebutuhan peserta didik inilah yang memicu suatu proses pembelajaran. Peserta didik merupakan input suatu proses pendidikan yang harus ditransformasikan menjadi lulusan yang berpengetahuan luas, kompeten, berketerampilan tinggi, serta memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan norma di dalam masyarakat tempat mereka berada. Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses transformasi yang memungkinkan tujuan pembelajaran tercapai dengan baik dengan dukungan berbagai komponen dalam suatu sistem pembelajaran.
  • 15. 15 b. Pengajar. Pengajar memiliki peran strategis dalam proses pembelajaran karena fungsinya sebagai nara sumber dan/atau fasilitator dalam proses pembelajaran. Pada tingkat pendidikan usia dini dan pendidikan dasar, proses pembelajaran sangat tergantung pada pengajar yang seringkali menjadi model peran bagi para siswanya. Kompetensi dan profesionalisme pengajar sangat penting dalam proses transformasi peserta didik guna mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki. c. Materi dan bahan. Materi dan bahan ajar didasarkan pada tujuan pembelajaran dan kurikulum yang telah disepakati. Bahan pembelajaran berperan penting dalam proses pendidikan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik, menumbuhkan sikap yang positif terhadap lingkungan atau dunia tempat tinggalnya, serta berperilaku sesuai dengan norma masyarakat. Materi dan bahan ajar disesuaikan dengan kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran tersebut. d. Media. Media berfungsi membantu peserta didik dan pengajar dalam menciptakan suatu proses pembelajaran yang efektif. Pemilihan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan karakteristik materi yang diajarkan dapat membantu pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif. Dengan demikian, proses pembelajaran maupun hasilnya menjadi lebih berkualitas karena tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. e. Sarana dan prasarana.
  • 16. Proses pembelajaran tidak akan dapat berlangsung dengan baik tanpa tersedianya sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif. Sarana dan prasarana ini dapat berupa perangkat 16 keras maupun perangkat lunak. f. Biaya. Salah satu subsistem dalam pembelajaran adalah biaya. Ketersediaan biaya yang dapat menunjang kebutuhan setiap subsistem merupakan unsur penentu tercapainya kualitas pembelajaran. Rekrutmen dan pengorganisasian peserta didik, insentif pengajar yang berkeadilan, pengembangan dan penyediaan bahan ajar yang berkualitas, penyediaan dan penggunaan media yang tepat guna, dan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, seluruhnya membutuhkan biaya yang cukup. Namun ketersediaan dana pendidikan yang yang berlebih sekalipun tidak menjamin terjadinya kualitas pendidikan bila dana tersebut tidak diarahkan dan tidak difokuskan pada peningkatan kualitas pembelajaran. g. Kurikulum tersembunyi. Dalam proses pembelajaran satu hal yang penting pula adalah adanya kurikulum tersembunyi. Pada dasarnya peserta didik tidak hanya belajar dari materi dan bahan ajar yang disampaikan oleh pengajar di dalam kelas. Keseluruhan lingkungan sekolah, interaksi antar peserta didik dan antara pengajar dengan peserta didik, budaya sekolah, bahkan lingkungan tempat tinggal peserta didik amat sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Sarana dan prasarana yang disediakan sekolah merupakan suatu prasyarat mutlak berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif. Sarana dan prasarana yang dimiliki peserta didik baik yang dipergunakan di sekolah maupun dalam
  • 17. proses belajar mandiri di rumah sangat menentukan bekerhsilan proses 17 pembelajaran pula.7 Jadi kualitas pembelajaran merupakan suatu gambaran mengenai baik-buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik yang meliputi kesesuaian, daya tarik, efektivitas, efisiensi, dan produktivitas pembelajaran dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan, yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu kurikulum, guru, siswa, metode, materi dan bahan ajar, media pembelajaran atau alat pembelajaran, dan evaluasi. c. Hakikat Pembelajaran IPS Menurut Sumantri, IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan. Menurut Mulyono Tj, IPS merupakan suatu pendekatan interdisipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan.8 7 http://sutisna.com/jurnal/jurnal-kependidikan/khasanah-inovasi-difusi-inovasi-dan-implikasi-inovasi-terhadap- kualitas-pembelajaran/ ( Diakses pada tanggal ….) 8 Ischak. Pendidikan IPS di SD.( Jakarta: Universitas Terbuka,2004).hal.36
  • 18. Hakikat IPS adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu, yang bertujuan membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri ditengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang 18 baik dan bertanggung jawab.9 Tujuan IPS menurut Kurikulum 2006 di tingkat SD/MI menyatakan bahwa pengetahuan sosial bertujuan untuk: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global. (KTSP 2006:82) Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid Sumaatmadja. 2006) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006, tujuan pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar adalah 9 Ibid.hal.42
  • 19. sebagai berikut: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, 19 nasional, dan global. Manfaat yang diperoleh setelah mempelajari IPS antara lain: (1) pengalaman langsung apabila guru IPS memanfaatkan lingkungan alam sekitar sebagai sumber belajar; (2) kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi di masyarakat; (3) kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga; (4) kemampuan mengembangkan pengetahuan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi serta mempersiapkan diri untuk terjun sebagai anggota masyarakat.10 Rasionalisasi mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa dapat: (1) mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna; (2) lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab; (3) mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia. (Hidayati, 2008:1.12) Munculnya rasional pendidikan IPS adalah sebagai berikut: (1) Karena siswa berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda (2) Masalah sosial sangat 10 Ibid.hal.42
  • 20. luas, kompleks, rumit, dan abstrak. (3) Dengan pendidikan IPS, siswa bisa dibimbing dan diarahkan untuk menghadapi masalah sosial disekitarnya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial yang meliputi: sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, geografi, dan politik. IPS terdiri dari berbagai himpunan pengetahuan tentang kehidupan sosial dan dari realita-realita kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat. Di dalam IPS, dihimpun semua materi yang berhubungan secara langsung dengan masalah penyusunan dan pengembangan masyarakat serta yang menyangkut dengan pengembangan pribadi manusia sebagai anggota masyarakat 20 yang berguna. d. Keterampilan Dasar Mengajar Guru Keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru adalah penilaian berupa tanggapan/pendapat siswa terhadap kemampuan/kecakapan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) adalah kemampuan atau keterampilan yang bersifat khusus (most specific instructional behaviours) yang harus dimiliki oleh seorang guru, dosen, instruktur atau widyaiswara agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan professional. As. Glicman, 1991 (dalam Sukirman, 2007). Turney (Uzer Usman, 2010:74)
  • 21. mengemukakan ada 8 (delapan) keterampilan mengajar/membelajarkan yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, diantaranya: 21 1) Keterampilan bertanya Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”. Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir. Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa, yaitu:  Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar,  Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadai atau dibicarakan,  Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berfikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya,  Menuntun proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik,  Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas. Keterampilan bertanya di bedakan atas :  Keterampilan bertanya dasar. Keterampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Komponen-komponen yang di maksud adalah:
  • 22. Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan, pemusatan, pemindah giliran, penyebaran, pemberian waktu berpikir dan 22 pemberian tuntunan.  Keterampilan bertanya lanjut. Keterampilan bertanya lanjut merupakan lanjutan dari keterampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar partisipasi dan mendorong siswa agar dapat berinisiatif sendiri. Keterampilan bertanya lanjut di bentuk di atas landasan penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu, semua komponen bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan keterampilan bertanya lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah : Pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, Pengaturan urutan pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya interaksi. 2) Keterampilan memberikan penguatan Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. a. Tujuan Pemberian Penguatan
  • 23. Penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan sebagai berikut: (a). Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran. (b). Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar. (c). Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku 23 siswa yang produktif. b. Jenis-jenis Penguatan 1. Penguatan verbal, Penguatan verbal biasanya diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. 2. Penguatan non-verbal, Penguatan non-verbal terdiri dari penguatan gerak isyarat, penguatan pendekatan, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan penguatan tak penuh (partial). c. Prinsip Penggunaan Penguatan Penggunaan penguatan secara efektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negatif. 3) Keterampilan menggunakan variasi Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Tujuan menggunakan variasi
  • 24. adalah: (1) Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar mengajar yang relevan; (2) Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru; (3) Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik; (4) Guna memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya. 24 4) Keterampilan menjelaskan Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. a. Tujuan Memberikan Penjelasan 1. Membimbing murid untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar. 2. Melibatkan murid untuk berfikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan. 3. Untuk mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka. 4. Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah. b. Komponen-komponen keterampilan menjelaskan
  • 25. Secara garis besar komponen-komponen keterampilan menjelaskan terbagi dua, yaitu : (1) Merencanakan, mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan; (2) Penyajian suatu penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan. 5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam 25 proses belajar-mengajar. Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai siswa. Komponen keterampilan menutup pelajaran meliputi: meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan, dan mengevaluasi.
  • 26. 6) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa. Komponen-komponen keterampilan membimbing diskusi : (1) memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topic diskusi; (2) memperluas masalah atau urutan pendapat; (3) menganalisis pandangan siswa; (4) meningkatkan urunan pikir siswa; (5) menyebarkan kesempatan berpartisipas; (6) menutup diskusi. 26 7) Keterampilan mengelola kelas Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar, misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.
  • 27. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen-komponen 27 keterampilan, antara lain: a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif).. Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal seperti keterampilan menunjukkan sikap tanggap, member perhatian, memusatkan perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur dan member penguatan. b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan respon yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor sekolah, atau orang tua siswa. Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut: (1) campur tangan yang berlebihan (teachers instruction). (2) kesenyapan (fade away)
  • 28. (3).ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stop and stars) (4) penyimpangan (digression) (5) bertele-tele (overdwelling). 8) Keterampilan membimbing diskusi kelompok Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3- 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Komponen keterampilan yang digunakan adalah: keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan membimbing dan memudahkan belajar dan keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Diharapkan setelah menguasai delapan keterampilan mengajar yang telah dijelaskan di atas dapat bermanfaat untuk mahasiswa calon guru sehingga dapat membina dan mengembangkan keterampilan-keterampilan tertentu mahasiswa calon guru dalam mengajar. Keterampilan mengajar yang esensial secara terkontrol dapat dilatihkan, diperoleh balikan (feed back) yang cepat dan tepat, penguasaan komponen keterampilan mengajar secara lebih baik, dapat memusatkan perhatian secara khusus kepada komponen keterampilan yang objektif dan dikembangkannya pola observasi yang 28 sistematis dan objektif. e. Aktivitas Belajar Siswa Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, kegiatan belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. (Sadirman 2004: 95)
  • 29. berpendapat bahwa “belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakuakan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”. Senada dengan hal di atas, (Gie 1985:6) mengatakan bahwa “keberhasilan siswa dalam belajaar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseoarang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan.” Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sadirman, 2004:99) bahwa : Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar. Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa dalam pengorganisasian pengetahuan, apakaj mereka aktif atau pasif. Banyak jenis aktivitas yang dapt dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut, Paul B. Dierich (Dalam Sadirman, 2004:101) menggolongkan aktoivitas siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut : a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaa, pekerjaan orang lain. b. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, dan memberi saran, menegluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 29
  • 30. c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan : uraian, percakapan, 30 diskusi, musik, pidato. d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. e. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. f. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak. g. Mental activities, sebagai contoh misalnya : menanggapi, mengingat, memecahkankan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. h. Emotional activities, seperti misalnya : menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa aktivitasbelajar siswa adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu melakukan kegiatan kegiatan. f. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda atau adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan pelajaran
  • 31. artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam sekelompok belum 31 menguasai bahan pembelajaran. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah: 1. Siswa belajar kelompok. 2. Kelompok dibentuk heterogen. 3. Upayakan agar anggota kelompok berbeda-beda 4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan. (Anshori, 2009 : 2 ) Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi mampu memacu keberhasilan individu melalui kelompoknya. (Sutrisni Andayani, 2008:1). Selain itu pembelajaran kooperatif yang merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang mana melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama, disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan diluar sekolah (Triatno, 2007:42). Pembelajaran kooperatif ini sering pula disebut sebagai metode gotong royong karena dilakukan melalui kerjasama antara beberapa orang siswa atau antara kelompok untuk menyelesaikan masalah tertentu. Dalam proses kerja sama
  • 32. atau gotong royong, siswa dapat saling mengisi dan bertukar pikiran secara aktif sehingga dapat memberikan banyak manfaat dan tujuan seperti (1) mendorong siswa belajar, bekerja dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas, baik tugas individu maupun tugas kelompok; (2) menumbuh kembangkan sikap dan perilaku demokratis dan saling ketergantungan secara positif; dan (3) mendorong siswa yang pendiam atau pasif untuk lkut berperan secara aktif (Dyah Sriwilujeng 32 dan Ari Pudjiastuti, 2004:11). g. Make A Match Model pembelajaran Make a Match (Lorna Curran,1994) Model Pembelajaran Make a Match artinya model pembelajaran Mencari Pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. Suasana pembelajaran dalam model pembelajaran Make a Match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan. A. Langkah-langkah pembelajaran Make a Match adalah sebagi berikut : 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu. 3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. 4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Artinya siswa yang kebetulan mendapat kartu ‘soal’ maka harus mencari pasangan yang memegang kartu ‘ jawaban soal’ secepat mungkin. Demikian juga sebaliknya.
  • 33. 5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu 33 diberi poin. 6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. 7. Demikian seterusnya sampai semua kartu soal dan jawaban jatuh ke semua siswa. 8. Kesimpulan/penutup.11 B. Kelebihan dan Kekurangan Metode Make a Match Tidak ada metode pembelajaran terbaik. Setiap metode pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Bisa jadi, suatu metode pembelajaran cocok untuk materi dan tujuan tertentu, tetapi kurang cocok untuk materi atau tujuan lainnya. Metode make a match demikian juga, mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode make a match adalah sebagai berikut:  dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik;  karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan;  meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari;  dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, terutama jika;  efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi;  efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar; Kekurangan Metode Make a Match  jika tidak merancangnya dengan baik, maka banyak waktu terbuang; 11 http://s1pgsd.blogspot.com/model -pembelajaran-make-match lorna.htm ( Diakses pada tanggal ….)
  • 34.  pada awal-awal penerapan metode ini, banyak siswa yang malu bisa berpasangan dengan lawan jenisnya;  jika tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak siswa yang 34 kurang memperhatikan;  harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu;  menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.12 12 http://s4iful4min.blogspot.com/2011/02/metode-make-match-tujuan-persiapan-dan.html ( Diakses pada tanggal ….)
  • 35. BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS 35 A. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(PTK) yang bersifat reflektif, partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan –perbaikan terhadap sistim, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK yaitu suatu kegaitan menguji cobakan suatu id eke dalam praktik atau situasi nyata dalam harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar ( Riyanto, 2001) Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut : 1. Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana program pembelajaran 2. Mengumpulkan data dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dan wawancara untuk mengetahui proses pembelajaran yangdilakukan oleh guru kelas 3. Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah dibuat 4. Melaporkan hasil penelitian B. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas V MI NU Terate Gresik pada mata pelajaran IPS. 2. Waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada pertengahan semester genap yaitu pada Survey tanggal 8 April 2014 3. Subyek Penelitian
  • 36. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V sebanyak 16 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di MI NU 36 Terare Gresik. C. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Keterampilan guru dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match. b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match. c. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match. D. Rancangan Tindakan Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dengan tahapan sebagai berikut : a. Mengkaji atau menelaah materi pembelajaran IPS mengenai Perjuangan Melawan Penjajahan dengan menelaah indikator bersama tim kalaborasi. b. Menyusun RPP sesuai indikator yang telah ditetapkan dan skenario pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match. c. Menyiapkan alat-alat peraga dan media pembelajaran yang akan digunakan : peluit, alat tulis, kertas, dan gambar-gambar yang relevan dengan materi yang akan disampaikan yaitu tentang gambar-gambar rumah adat dari tiap daerah di Indonesia. d. Menyiapkan alat evaluasi hasil belajar yang berupa tes tertulis, dan lembar kerja siswa.
  • 37. e. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa, guru. 37 E. Pelaksanaan penelitian Dalam Pelaksanaan PTK ini direncanakan dalam dua siklus. Siklus pertama yaitu melakukan pembelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dengan menggunakan media gambar yang berkaitan dnegan perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Siklus kedua dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran yang pertama dengan metode yang sama dan dilakukan dengan dua pertemuan. F. Siklus Penelitian 4.1 Siklus I Pertemuan 1 a. Perencanaan 1. Menyusun RPP dengan materi “Perjuangan melawan penjajahan Belanda” 2. Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa : a. KTSP b. silabus Kelas V c. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas V SD/MI karangan Endang Susilaningsih, dkk d. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas V karangan Siti Syamsiah, dkk 3. alat evaluasi berupa : Tes Tertulis Lembar Kerja Siswa (LKS) Unjuk Kerja Performance
  • 38. 4. Membuat lembar pengamatan untuk guru dalam melaksanakan 38 pembelajaran IPS. 5. Membuat lembar pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPS. b. Pelaksanaan Tindakan a) pra kegiatan (± 5 menit) (1) salam (2) pengkondisian Kelas (3) doa (4) presensi b) kegiatan awal (± 10 menit) (1) Guru melakukan apersepsi (2) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk melaksanakan pembelajaran dengan baik. (3) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari. (4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. c) kegiatan inti (± 25 menit) Eksplorasi (1) siswa menyimak informasi dan termotivasi untuk belajar. (2) guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang perjuangan melawan penjajahan Belanda. Elaborasi
  • 39. (3) Guru menjelaskan langkah–langkah tentang model pembelajaran 39 Make A Match. (4) Guru mengatur tempat duduk siswa membentuk huruf U dan membagi tiga kelompok yaitu kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan kelompok penilai. Kelompok pertanyaan duduk berhadapan dengan kelompok jawaban dan kelompok penilai duduk menghadap ke kelompok pertanyaan dan kelompok jawaban. (5) Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif Make A Match yaitu membentuk kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan kelompok penilai. (6) Guru memberikan kartu pertanyaan dan kartu jawaban pada dua kelompok, setiap siswa memahami kartu yang dipegang dan memprediksi jawaban kartu yang dipegang. (7) Guru membunyikan peluit pertanda siswa mulai mencari pasangan kartu yang dipegangnya. Jika siswa sudah menemukan pasangannya, kemudian berdiskusi tentang kartunya dan menuju kelompok penilai. (8) Kelompok penilai mendiskusikan jawaban yang sudah diserahkan. Setiap pasangan yang dinyatakan cocok antara kartu soal dan kartu jawaban membacakan hasilnya di depan kelas dan ditanggapi oleh kelompok lain. (9) Guru membimbing siswa membuat rangkuman atau kesimpulan dari hasil kegiatan kelompok. Konfirmasi (10) guru mengkritisi dan menyempurnakan jawaban dari masing-masing kelompok.
  • 40. (11) guru memberikan motivasi kembali berupa penguatan terhadap materi yang baru saja di pelajari. (12) guru memberikan reward terhadap kelompok yang baik. 40 d) kegiatan akhir (± 20 menit) (1) guru memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk bertanya kembali apabila di dalam penyampaian materi masih kurang jelas. (2) bersama siswa, Guru mengulas kembali pelajaran yang baru saja disampaikan dan membuat ringkasan. (3) guru mengukur kemampuan siswa dengan mengadakan Evaluasi (4) umpan balik Siswa diminta untuk mempelajari materi selanjutnya. c. Observasi 1. Mengamati aktivitas siswa dalam diskusi kelompok pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. 2. Mengamati keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. 3. Melakukan pengamatan terhadap Hasil Belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
  • 41. 41 d. Refleksi 1. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus 1 pertemuan 1 Menganalisis kelemahan dan keberhasilan setelah menerapkan model pembelajaran Make A Match kemudian mempertimbangkan langkah selanjutnya. Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa melakukan kerja kelompok. 2. Mengkaji pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan siklus 1 pertemuan 2 apakah efektif atau tidak. 3. Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus 1 pertemuan 1 4. Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus 1 pertemuan 2 1.2 Siklus I Pertemuan 2 a. Perencanaan 1. Menyusun RPP dengan materi “Perjuangan melawan penjajahan Jepang” 2. Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa : a. KTSP b. silabus Kelas V c. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas V SD/MI karangan Endang Susilaningsih, dkk d. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas V karangan Siti Syamsiah, dkk 3. alat evaluasi berupa : Tes Tertulis Lembar Kerja Siswa (LKS) Unjuk Kerja Performance
  • 42. 4. Membuat lembar pengamatan untuk guru dalam melaksanakan 42 pembelajaran IPS. 5. Membuat lembar pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPS. b. Pelaksanaan Tindakan a. pra kegiatan (± 5 menit) 1. salam 2. pengkondisian Kelas 3. doa 4. presensi b. kegiatan awal (± 10 menit) (1) Guru melakukan apersepsi (2) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk melaksanakan pembelajaran dengan baik. (3) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari. (4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. c. kegiatan inti (± 25 menit) Eksplorasi (5) siswa menyimak informasi dan termotivasi untuk belajar. (6) guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang perjuangan melawan penjajahan Jepang.
  • 43. 43 Elaborasi (7) Guru menjelaskan langkah–langkah tentang model pembelajaran Make A Match. (8) Guru mengatur tempat duduk siswa membentuk huruf U dan membagi tiga kelompok yaitu kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan kelompok penilai. Kelompok pertanyaan duduk berhadapan dengan kelompok jawaban dan kelompok penilai duduk menghadap ke kelompok pertanyaan dan kelompok jawaban. (9) Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif Make A Match yaitu membentuk kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan kelompok penilai. (10) Guru memberikan kartu pertanyaan dan kartu jawaban pada dua kelompok, setiap siswa memahami kartu yang dipegang dan memprediksi jawaban kartu yang dipegang. (11) Guru membunyikan peluit pertanda siswa mulai mencari pasangan kartu yang dipegangnya. Jika siswa sudah menemukan pasangannya, kemudian berdiskusi tentang kartunya dan menuju kelompok penilai. (12) Kelompok penilai mendiskusikan jawaban yang sudah diserahkan. Setiap pasangan yang dinyatakan cocok antara kartu soal dan kartu jawaban membacakan hasilnya di depan kelas dan ditanggapi oleh kelompok lain. (13) Guru membimbing siswa membuat rangkuman atau kesimpulan dari hasil kegiatan kelompok. Konfirmasi
  • 44. (14) guru mengkritisi dan menyempurnakan jawaban dari masing-masing 44 kelompok. (15) guru memberikan motivasi kembali berupa penguatan terhadap materi yang baru saja di pelajari. (16) guru memberikan reward terhadap kelompok yang baik. d. kegiatan akhir (± 20 menit) (1) guru memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk bertanya kembali apabila di dalam penyampaian materi masih kurang jelas. (2) bersama siswa, Guru mengulas kembali pelajaran yang baru saja disampaikan dan membuat ringkasan. (3) guru mengukur kemampuan siswa dengan mengadakan Evaluasi (4) umpan balik Siswa diminta untuk mempelajari materi selanjutnya. d. Observasi 1. Mengamati aktivitas siswa dalam diskusi kelompok pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. 2. Mengamati keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. 3. Melakukan pengamatan terhadap Hasil Belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
  • 45. 45 d. Refleksi 1. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus 1 pertemuan ke 2 Menganalisis kelemahan dan keberhasilan setelah menerapkan model pembelajaran Make A Match kemudian mempertimbangkan langkah selanjutnya. Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa melakukan kerja kelompok. 2. Mengkaji pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan siklus 1 pertemuan ke 2 apakah efektif atau tidak. 3. Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus 1 pertemuan 2 4. Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus 2 4.2 Siklus II Pertemuan 1 a. Perencanaan 1. Menyusun RPP dengan materi “Tokoh pergerakan nasional dan peranan sumpah pemuda” 2. Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa : a. KTSP b. silabus Kelas V c. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas V SD/MI karangan Endang Susilaningsih, dkk d. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas V karangan Siti Syamsiah, dkk 3. alat evaluasi berupa : Tes Tertulis Lembar Kerja Siswa (LKS)
  • 46. Unjuk Kerja Performance 4. Membuat lembar pengamatan untuk guru dalam melaksanakan 46 pembelajaran IPS. 5. Membuat lembar pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPS. b. Pelaksanaan Tindakan a. pra kegiatan (± 5 menit) 1. Salam 2. pengkondisian Kelas 3. doa 4. presensi h. kegiatan awal (± 10 menit) (1) Guru melakukan apersepsi (2) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk melaksanakan pembelajaran dengan baik. (3) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari. (4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. i. kegiatan inti (± 25 menit) Eksplorasi (5) siswa menyimak informasi dan termotivasi untuk belajar. (6) guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang tokoh pergerakan nasional dan peranan sumpah pemuda. Elaborasi
  • 47. (7) Guru menjelaskan langkah–langkah tentang model pembelajaran 47 Make A Match. (8) Guru mengatur tempat duduk siswa membentuk huruf U dan membagi tiga kelompok yaitu kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan kelompok penilai. Kelompok pertanyaan duduk berhadapan dengan kelompok jawaban dan kelompok penilai duduk menghadap ke kelompok pertanyaan dan kelompok jawaban. (9) Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif Make A Match yaitu membentuk kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan kelompok penilai. (10) Guru memberikan kartu pertanyaan dan kartu jawaban pada dua kelompok, setiap siswa memahami kartu yang dipegang dan memprediksi jawaban kartu yang dipegang. (11) Guru membunyikan peluit pertanda siswa mulai mencari pasangan kartu yang dipegangnya. Jika siswa sudah menemukan pasangannya, kemudian berdiskusi tentang kartunya dan menuju kelompok penilai. (12) Kelompok penilai mendiskusikan jawaban yang sudah diserahkan. Setiap pasangan yang dinyatakan cocok antara kartu soal dan kartu jawaban membacakan hasilnya di depan kelas dan ditanggapi oleh kelompok lain. (13) Guru membimbing siswa membuat rangkuman atau kesimpulan dari hasil kegiatan kelompok.
  • 48. 48 Konfirmasi (14) guru mengkritisi dan menyempurnakan jawaban dari masing-masing kelompok. (15) guru memberikan motivasi kembali berupa penguatan terhadap materi yang baru saja di pelajari. (16) guru memberikan reward terhadap kelompok yang baik. j. kegiatan akhir (± 20 menit) (1) guru memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk bertanya kembali apabila di dalam penyampaian materi masih kurang jelas. (2) bersama siswa, Guru mengulas kembali pelajaran yang baru saja disampaikan dan membuat ringkasan. (3) guru mengukur kemampuan siswa dengan mengadakan Evaluasi (4) umpan balik Siswa diminta untuk mempelajari materi selanjutnya. c. Observasi 1. Mengamati aktivitas siswa dalam diskusi kelompok pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. 2. Mengamati keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. 3. Melakukan pengamatan terhadap Hasil Belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
  • 49. 49 d. Refleksi 1. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus II pertemuan ke 1 Menganalisis kelemahan dan keberhasilan setelah menerapkan model pembelajaran Make A Match kemudian mempertimbangkan langkah selanjutnya. Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa melakukan kerja kelompok. 2. Mengkaji pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan siklus II pertemuan ke 1 apakah efektif atau tidak. 3. Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus II pertemuan 1 4. Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus II pertemuan 2 1.4 Siklus II Pertemuan 2 a. Perencanaan 1. Menyusun RPP dengan materi “perjuangan mempersiapkan kemerdekaan” 2. Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa : a. KTSP b. silabus Kelas V c. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas V SD/MI karangan Endang Susilaningsih, dkk d. BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas V karangan Siti Syamsiah, dkk 3. alat evaluasi berupa : Tes Tertulis Lembar Kerja Siswa (LKS)
  • 50. Unjuk Kerja Performance 4. Membuat lembar pengamatan untuk guru dalam melaksanakan 50 pembelajaran IPS. 5. Membuat lembar pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPS. b. Pelaksanaan Tindakan a) pra kegiatan (± 5 menit) (1) salam (2) pengkondisian kelas (3) doa (4) Presensi b) kegiatan awal (± 10 menit) (1) Guru melakukan apersepsi (2) Guru memberi motivasi kepada siswa untuk melaksanakan pembelajaran dengan baik (3) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari. (4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. c) kegiatan inti (± 25 menit) Eksplorasi (1) siswa menyimak informasi dan termotivasi untuk belajar. (2) guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang usaha mempersiapkan kemerdekaan.
  • 51. 51 Elaborasi (1) Guru menjelaskan langkah–langkah tentang model pembelajaran Make A Match. (2) Guru mengatur tempat duduk siswa membentuk huruf U dan membagi tiga kelompok yaitu kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan kelompok penilai. Kelompok pertanyaan duduk berhadapan dengan kelompok jawaban dan kelompok penilai duduk menghadap ke kelompok pertanyaan dan kelompok jawaban. (3) Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif Make A Match yaitu membentuk kelompok pertanyaan, kelompok jawaban, dan kelompok penilai. (4) Guru memberikan kartu pertanyaan dan kartu jawaban pada dua kelompok, setiap siswa memahami kartu yang dipegang dan memprediksi jawaban kartu yang dipegang. (5) Guru membunyikan peluit pertanda siswa mulai mencari pasangan kartu yang dipegangnya. Jika siswa sudah menemukan pasangannya, kemudian berdiskusi tentang kartunya dan menuju kelompok penilai. (6) Kelompok penilai mendiskusikan jawaban yang sudah diserahkan. Setiap pasangan yang dinyatakan cocok antara kartu soal dan kartu jawaban membacakan hasilnya di depan kelas dan ditanggapi oleh kelompok lain. (7) Guru membimbing siswa membuat rangkuman atau kesimpulan dari hasil kegiatan kelompok.
  • 52. 52 Konfirmasi (1) guru mengkritisi dan menyempurnakan jawaban dari masing-masing kelompok. (2) guru memberikan motivasi kembali berupa penguatan terhadap materi yang baru saja di pelajari. (3) guru memberikan reward terhadap kelompok yang baik. d) kegiatan akhir (± 20 menit) (1) guru memberi kesempatan kepada masing-masing siswa untuk bertanya kembali apabila di dalam penyampaian materi masih kurang jelas. (2) bersama siswa, Guru mengulas kembali pelajaran yang baru saja disampaikan dan membuat ringkasan. (3) guru mengukur kemampuan siswa dengan mengadakan Evaluasi. (4) umpan balik Siswa diminta untuk mempelajari materi selanjutnya. d. Observasi 1. Mengamati aktivitas siswa dalam diskusi kelompok pada pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. 2. Mengamati keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. 3. Melakukan pengamatan terhadap Hasil Belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
  • 53. 53 d. Refleksi 1. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus II pertemuan ke 2 Menganalisis kelemahan dan keberhasilan setelah menerapkan model pembelajaran Make A Match kemudian mempertimbangkan langkah selanjutnya. Terutama dalam mengelola kelas, saat siswa melakukan kerja kelompok. 2. Mengkaji pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan siklus II pertemuan ke 2 apakah efektif atau tidak. 3. Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus II pertemuan 2 4. Apabila ketuntasan kemampuan siswa mengerjakan soal pada siklus II pertemuan 2 sudah tercapai, maka siklus 2 dianggap berhasil
  • 54. DAFTAR PUSTAKA Arinil. 2011. Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 54 SD/MI. (Sumber : http://arinil.wordpress.com/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-ilmu- pengetahuan-sosial-sdmi/) Atika. 2010. Taksonomi Bloom Sebagai Tujuan Pembelajaran IPS (mencakup analisis, tujuan, beserta contohnya). (Sumber : http://atikatikaaziz.blogspot.com/2010/09/taksonomi-bloom-sebagai-tujuan.html) Cepiriyana. 2006. Hakikat Kualitas Pembelajaran. (Sumber http://cepiriyana.blogspot.com/2006/06/hakikat_kualitas_pembelajaran.html) Endonesa. 2009. Media Pembelajaran. (Sumber : http://endonesa.wordpress.com/ajaran-pembelajaran/media-pembelajaran/) Hadi, Susilo dkk. 2008. Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial. Salatiga: Widya Sari Ischak. 2004. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Junaidi. 2010. Aktivitas belajar Siswa. (Sumber : http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/07/aktivitas-belajar-siswa.html) Krisna. 2010. Pengertian Dan Ciri-Ciri Pembelajaran. (Sumber: http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciripembelajaran/) Laria, Kartika 2008. Kajian Pustaka Media Pembelajaran. (Sumber : http://www.infoskripsi.com/Article/Kajian-Pustaka-Media-Pembelajaran.html)
  • 55. Muhidin, Sambas Ali. 2011. Keterampilan Mengajar Guru. (Sumber : http://sambasalim.com/pendidikan/keterampilan-mengajar-guru.html) Muhidin, Sambas Ali. 2009. Kualitas Proses Pembelajaran. (Sumber : http://sambasalim.com/pendidikan/kualitas-proses-pembelajaran.html) 55 Pargito. 2010. Kebijakan Kurikulum IPS. (Sumber : http://blog.unila.ac.id/pargito/2010/10/07/kebijakan-kurikulum- ips/) Ramadhan, Tarmizi. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match (Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2073915-model-pembelajaran-kooperatif- match/#ixzz1SVBp6XbB) Suciati. 2007. Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka. Sugandi, Achnad. 2005. Teori Pembelajaran. Semarang: UNNES Press. Sutisna. 2010. Khasanah Inovasi Difusi Inovasi dan Implikasi Inovasi Terhadap Kualitas-Pembelajaran (Sumber : http://sutisna.com/jurnal/jurnal-kependidikan/khasanah-inovasi-difusi-inovasi-dan-implikasi- inovasi-terhadap-kualitas-pembelajaran/) Tarmizi. 2008. Pembelajaran Kooperatife “Make A Match” (Sumber: http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-a-match/) Widodo, Rachmad. 2009. Model pembelajaran Make a Match (Lorna Curran,1994) (Sumber : http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/06/model-pembelajaran-make-a-match-lorna- curran-1994/)