pentingnya upaya pelestarian fungsi: PROSES alami rth DAN rtb dalam penerapan rtrw 2010-2030 DI dki jakarta
Bahan diskusi dari KOWAR2030, oleh Ning Purnomohadi.
Rabu, Tgl 10 Feb.2010 di Galeri Salihara Psr Minggu, Jakarta Selatan
AKSI NYATA MODUL 3.2.pdf Pendidikan Guru Penggerak
Proses Alami RTH & RTB - Ning Purnomohadi @ jongForum!
1. pentingnya upaya pelestarian fungsi: PROSES alami rth DAN rtb dalam penerapan rtrw 2010-2030 DI dki jakarta Bahan diskusi untuk KOWAR2030, oleh Ning Purnomohadi. Rabu, Tgl 10 Feb.2010 di Galeri Salihara Psr Minggu, Jakarta Selatan
2. UU-Penataan Ruang No.26/2007: RTH: area memanjang/jalur dan/atau mengelompok yang pengguna- annya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik yang tumbuh secara alami maupun yang sengaja ditanam (Psl1: Ketentuan Umum). Pasal-2 selanjutnya (26 s/d 31) menyangkut TRW-K, ditetapkan luas minimal RTH keseluruhan adalah 30% dari luas kota, disesuaikan dengan sebaran penduduk & kondisi bio-geografi lingkungannya Perda No 6/1999 tentang RTRW-DKI Jakarta : RTH: Kawasan/areal permukaan tanah, didominasi oleh tumbuhan, yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu dan/atau sarana kota / lingkungan dan/atau pengaman jaringan prasarana dan/atau budidaya pertanian (Bab I, psl 1: 18). Fungsi penting RTH kota: sebagai habitat dan sumber pakan satwa liar perkotaan . Di dalamnya berlangsung proses alam, siklus hara , dalam rantai makanan, siklus mineral dan kehidupan (dalam tanah/mikroba). Kota tanpa RTH akan menjadi kota mati , kota tanpa kehidupan.
4. PENYEDIAAN RTH-PERKOTAAN, IMPLIKASI UUPR 26/07 UUPR 26/07 menegaskan, HAK, KEWAJIBAN serta PERAN masyarakat , Pasal 60 : HAK : (1) mengetahui RTR; (2) menikmati pertambahan nilai ruang akibat PR; (3) peroleh ganti layak atas kerugian akibat pelaksanaan kegiatan pemba- ngunan sesuai perencanaan TR; (4) ajukan keberatan kepada pejabat berwenang thd pembangunan yang tak sesuai dengan RTR di wilayahnya. Pasal 61 : WAJIB : (1) taati penetapan RTR; (2) manfaatkan ruang sesuai izin pemanfaatan ruang dari pejabat berwenang; (3) penuhi penetapan ketentuan dlm persyaratan izin pemanfaatan ruang, dan (4) beri akses tdp kawasan yang oleh ketentuan PUU dinyatakan sebagai milik umum. Pasal 65 : PERAN : (1) Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan pemerintah & melibatkan peran masyarakat (PM); (2) dalam PR dimaksud ayat (1): (a) partisipasi menyusun RTR; (b) partisipasi pemanfaatan ruang; (c) partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
6.
7. MENGAPA RTH HARUS 30%? BumiMakinPanas, Sejak 1990, suhu udara rata-2 di Indonesia meningkat 0,3°C. Perkiraan IPCC: hingga 2100, kenaikan suhu sebesar 6,3°C secara global 80% Persentase besaran GRK masing-masing sektor kegiatan
8. HASIL-HASIL Penelitian dlm Ikawati (2009): Raupach (2005) akibat penggunaan BBF (minyak, batubara, dll) & untuk aktivitas perindustrian emisi gas karbon mencapai 5,9 gigaton + 2,1 gigaton/tahun akibat pembukaan lahan. Nugroho: menunjukkan peran sungai-2 sebagai penghantar lateral karbon dari daratan menuju lautan di Indonesia). Dari delapan (8) sungai Jawa saja, jumlah karbon terlarut mencapai sekitar 0,83 (0,83X100 ton) TgC/thn/hampir 1,2 persen karbon organik terlarut (DOC) global dari sungai-sungai di dunia. Kontribusi total pencemaran dlm siklus (DOC) lingkup Indonesia dari sungai ke laut telah mencapai 10% , tergolong terbesar di dunia menuju ke perairan Laut China Selatan. Akibat utama : kepadatan tinggi penduduk di pulau Jawa terutama dari sungai-2 kecil di pegunungan + terjadinya pembukaan lahan gambut di Kalimantan, sehingga pelepasan karbon dari bumi Nusantara ini menjadi besar. Ketua Masyrakat Akunting Sumberdaya Alam & Lingkungan Indonesia/MASLI Setiadi dlm Ikawati (2009) data lapangan & hasil remote sensing di wilayah Sebangau , Kalteng: diungkapkan: luasan lahan gambut 7.347 km2 dengan volume lahan sekitar 39,6 km3 mampu memendam karbon sekitar 2,30 gigaton. Bila lahan gambut di kawasan ini dibuka maka jumlah karbon yang terlepas dan terakumulasi di atmosfir akan menjadi sangat tinggi.
9.
10.
11. Ekosistem Perkotaan: Tiga manfaat umum (modifikasi dari Abendroth, 2008i) di dalamnya masing-2 hidup (KEHATI), SISTEM RUANG TERBUKA (Hijau) : Parks (taman) , pepohonan tepi jalan, pekarangan/halaman (individual:rumah, kantor, pabrik dll milik pribadi), kawasan pertanian kota, kawasan rehabilitasi, kawasan alami yang terpencar dalam kota (hutan kota), kawasan alami di sekeliling kota (termasuk cagar alam), dan bentuk-2 sarpras di kawasan terbuka lain JASA DAN FUNGSI EKOSISTEM: _ Pengadaan : makanan, kayu dan serat, SD-genetika, air bersih, habitat, pengobatan alami - Pengaturan : Penjernihan air dan udara, peraturan iklim, siklus mineral, peraturan erosi, pengelolaan sampah - Dukungan: formasi lahan, produksi primer, fotosintesis, - Budaya: Estetika, pendidikan, ekowisata, nilai-nilai spiritual, rekreasi KESEHATANEKOSISTEM Kualitas udara, Kualitas air , Kualitas Struktur tanah Habitat & kanekaragaman species (KEHATI) Daya lenitng (resiliensi ekosistem),
12.
13. Kaitan RTH dengan habitat hidup KEHATI Dibangunnya RTH di DKI Jakarta diharapkan mampu mengembalikan fungsi proses alami dan menambah jenis biota flora & fauna, yang berfungsi penting dalam rantai-makanan Jasa RTH : sebagai penahan banjir & penyerap polutan udara, gas maupun cair. Air hujan: rata-rata 2.000 m3/tahun, dapat ditahan hanya sekitar 26.6% sisanya (73,4%) langsung menggelontor ke laut Jawa. (Kristanto, 2008). Pepohonan di dalam RTH-kota 1) Zat hijau daun (khlorofil) mampu hasilkan oksigen dengan bantuan sinar matahari (waktu siang hari) melalui proses fotosintesis, proses alami seperti gutasi, evapotranspirasi mampu hasilkan dan tahan air. 2) menjadi habitat satwa liar, adanya RTH sangat berpengaruh pada jumlah KEHATI yang hidup. Satwa-satwa (burung, kalong, kupu-kupu, dll.): berfungsi sebagai penyerbuk, mengisap madu, memakan buah, biji dan daunnya tersebar, TEBANG 1 POHON, cekik 2 warga 1 POHON HASIL-KAN 1,2 KG O2/HR 1 ORANG PERLU 0,5 KG O2/HR JADI 1 PHN TUN-JANG KEHIDUPAN 2 WARGA KOTA 1 PHN UMUR 10 TH MAMPU TAHAN AIR 7 M3 Contoh: Bandung: Berpenduduk 3 Jt Perlu 1,5 Jt PHN Sumber: Kartun Sobirin, 2004
14. Pengaruh Tajuk (Kanopi) Pohon pada Filtrasi, Radiasi Ruang Luar (Outdoor) Lansekap Tropis Shahidan, M Fairuz & Mustafa, K.M.S. UPM, Selangor, M’ysia di ASEM China 08 Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh radiasi s.mat thdp tajuk pohon Nagasari ( Mesua Ferrea ) dan Pohon Roda ( Hura crepitans ) memakai 3 variabel: (1) kekuatan pancar s.mat (transmissivity) thd tajuk, (2) index permukaan daun (LAI/leaf area index) dan (3) bentuk/besar naungan. Hasil: (1 ) Nagasari : Filtrasi bahang rata-2 di bawah tajuk mencapai 93% dgn 5% transmisivitas tajuk, LAI-nya 6.1, dan area lindungnya 35%. (2) Pohon Ro da , Penyaringan bahang di bawah tajuk mencapai transmisivitas 22% , LAI 1.5 dan area peteduhan mencapai 52%. Dikatakan sebagai filter radiasi s.mat kedua jenis ini sangat efektif Terbukti pula bahwa jenis nagasari lebih baik akibat tutup daunnya sangat lebat demikian pula banyak percabangannya dibanding Ki Hura di mana kepadatan dedaunan serta LAI yang hanya 1.5 dari sistem percabangannya serta transmisivitas lebih besar, 22%. Ditemukan pula: tutupan dedaunan yg percabangan dan ranting seperti juga bentuk struktur tajuknya akan berpengaruh nyata thd radiasi, filtrasi dan sangat berpengaruh pada mitigasi radiasi s.mat.
17. Tingkat timbal dalam darah di kota Los Angeles tahun 1970-1977 (Myers, 1985). Penyerapan timbal maksimum pada orang dewasa dengan berat 70 kg adalah sekitar 6 ug/kg berat badan. Anak-anak lebih mudah mengabsorb timbal, maksimum 1,2 ug/kg/hari. Terdapat korelasi kuat, di sebelah kiri: antara penjualan bensn bertimbal dan timbal dalam darah pada anak-anak di New York . Bagaimana Jakarta - macet?
18. Buku ’Alam Jakarta’ (Kristanto, 2008), RTH/RTB: ruang-ruang hijau sisa pembangunan kota habitat KEHATI (satwa liar -kota) di media darat, udara, air , rawa atau lahan basah penting bagi eksistensi ekosistem kota itu sendiri . Lansekap budaya : merupakan lanjutan kehidupan biota & pengawasan manusia secara signifikan thd. lingkungannya (parks/taman`, kebun/pekarangan, lahan pertanian), bangunan & struktur buatan lain yang termasuk dalam kategori “habitat kota” Alam sekunder (tak ada integritas tanah-tumbuhan asli, substrat buatan atau budaya yang dibuat-buat). Penanaman (budidaya/ hortikultural/restorasi pekarangan). Biotop yang spontan di kawasan perumahan/pekarangan, parks , kawasan KA, Jalur tegangan tinggi, padang gurun, bisa berupa Central Park , New York, Gardens, di Afrika Selatan, Urban Front Gardens , seperti di kota Erfurt, Jerman. kota-kotanya merupakan pusat evolusi dan adaptasi BEBERAPA BENTUK LANSEKAP PADA rth/rtb
19. MANFAAT TAMAN ’HUTAN KOTA /HEKTAR: (1 ) Menetralisir 736.000 lt limbah cair buangan 16.355 warga; (2) Menghasilkan 0,6 ton O2 segarkan 1.500 warga/hari; (3) Menyimpan 900 M3 air tanah/tahun; (4) Menguapkan air untuk kelembaban kota 4.000 lt/hari ; (5) Setara dengan penurunan suhu 5-8 derajad Celcius ; (6) Setara 5 unit pendingin udara kapasitas 2.500 Kcal/20jam; (7) Meredam kebisingan suara 25-75% dan (8) Meredam kekuatan angin sebanyak 75%. 1://merdeka.or.id/2007/02/20 oksigen-pohon: “ … .seorang perlu oksigen 175,244 kg/tahun. Pohon sehat tinggi +/- 9,75 mampu hasilkan O2: 118,040 kg/thn. 1 acre (0,1 ha) pepohonan mampu cukupi kebutuhan O2: 18 orang, menyerap CO2 emisi mobil sedang berjalan: +/- 26.000 miles (41.834 km). Pohon besar menyerap +/- 120-240 pounds partikel kecil/gas polutan….” 2://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0505/23/teropong/lainnya, htm: “ Padahal, idealnya 40% jumlah penduduk dihitung dengan rumusan jumlah penduduk x 0,5 kg oksigen x 1pohon, memerlukan ……………….………….
20.
21. Contoh: Green Roof /walls/fences – salah satu solusi arsitektur lansekap sebagai alternatif upaya adaptasi dan mitigasi Perubahan Iklim Global: GREEN ROOFs & WALLs Arsitek Lansekap: Anggia Murni (2008)
24. Sumber: Yeang, Ken. 1999. The Green Skyscraper, The Basis for Designing Sustainable Intensive Buildings . Hal 250.
25.
26. Rantai Pangan (Frick & Suskiyatno, 1998, hal.6) SIKLUS CO2 dalam lingkungan Terestiral & Akuatik (RTB) ORGANISME PRODUSEN ( autrofik ): TANAMAN/TETUMBUHAN hijau mampu membentuk bahan organik, Karbon-dioksida (CO2) + air (H2O + energi surya dan khlorofil) gula (karbohidrat) + O2. ORGANISME KONSUMEN : tak mampu bentuk bahan organik, hidup langsung / tidak pada organisme produsen bersifat: ……………..
27. Senyawa antikanker dari spons (1) Penelitian setahun bidang kimia kelautan (Aryanti, 2008) menemukan bahwa dua senyawa aktif (1) Isoaatamine dan (2) Theonellapeptolide id berasal dari spons Aaptos cf suberitoides , diambil dari perairan di sekitar Manado yang hingga kini belum diidentifikasi taksonominya memiliki khasiat sbgai imunoterapi dengan mengaktifkan enzim tertentu menangkal kanker dalam tubuh, Penelitian lebih lanjut di Indonesia mungkin dilaksanakan melalui kerja sama antar-lembaga riset terkait dengan memanfaatkan fasilitas yang dimiliki LIPI dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (Soesilo I, Ketum ISOI, mantan Ketum BRKP, 2009). Hasil riset kelautan dimuat dalam jurnal ilmiah dan dipresentasikan pada Pertemuan Ilmiah Thn VI 2009 ISOI medio Nov. Selanjutnya Ariyanti mengungkapkan, penelitian yang dilakukan peneliti mancanegara di perairan Indonesia berhasil mengisolasi 66 organisme yang berpotensi obat, yang terbanyak (49 organisme) termasuk spesies spons . Dari organisme diketahui mengandung senyawa aktif total sekitar 200 di mana sekitar 1 persen dapat dikembangkan menjadi obat.
28. Senyawa antikanker dari spons (2) Untuk sampai pada pembuatan obat yang digunakan manusia masih diperlukan serangkaian penelitian dan uji coba pada hewan dan uji klinis. Total waktu yang diperlukan sekitar 15 hingga 20 tahun. ”Pemanfaatan sebagai obat oleh pihak industri kelak akan memberi bagian paten bagi peneliti Indonesia dan BRKP. Di negara maju, senyawa bioaktif yang diisolasi ini memiliki nilai ekonomis tinggi. Pada 2002 saja AS berhasil memperoleh 34 miliar dollar AS dari penggunaan senyawa aktif untuk obat Sumber: Harian Kompas Sabtu, Sep12, 2009 12:55 PM: Ariyanti S Dewi (Peneliti BRKP, program S2 di UBC, Canada) http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/ http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/09/12/0347287 2/ariyanti.temukan.senyawa.antikanker
29. Kebutuhan RTH Kota untuk Pelayanan Umum / Fasos Fasum (Lahan Hijau) , adalah 2,3 m2/orang Untuk 12.500.000 jiwa = 2,3 x 12.500.000 = 28.750.000 m2 = 2.875Ha Kebutuhan RTH untuk Penyangga Lingkungan Kota (Ruang Hijau) , adalah 15 m2/orang. Untuk 12.500.000 jiwa = 15 x 12.500.000 = 187.500.000 Secara keseluruhan dibutuhkan RTH Kota (unt. 12.500.000 jiwa, dengan luas kota ± 68.470 m2) Minimal, 18.750 ha (lahan hijau 2.875 ha) ~ 27 % Maksimal, 21.625 ha (ruang hijau & lahan hijau) ~ 31,8 %
30. PERLU Upaya peningkatan peremajaan jenis maupun umur tanaman selain yang sudah ada sekarang, tentunya dengan memperhatikan kondisi bio-geografis lingkungannya D eNgan maksud agar tanaman tak mudah rusak atau rapuh, baik karena gangguan alam maupun oleh manusia (vandalisme, grafiti, dll) Upaya inventarisasi tanaman (pohon) yang ada (existing) apalagi kalau terbukti kuat mendapat tekanan lingkungan, seperti badai dan paparan zat-zat pencemar lingkungan, jenis-2 yang tahan genangan, tahan kekeringan, dst.
31.
32.
33. Sebaiknya kota berada “dalam sistem alami” Proses alam yang segerhana namun penting dalam lingkungan adalah photosynthesis , karena sangat berpengaruh pada keberlanjutan kehidupan manusia & makhluk lain – untuk produksi karbohidrat sebagai makanan mengandung energi. Dalam persamaan proses metabolisme tan. melalui stomata, dedaunian menjerap & menyerap CO2 dan gas-gas lain, termasuk jasad renik yang melayang-layang dengan bantuan air dan s. mat menghasilkan energi serta produksi oksigen Simpanan karbon dalam bagian tan. berhijau daun (bahan berwarna hijau, khususnya menjadi habitat alami yang baik bagi fauna/flora yang ada, Di atas lahan atau perairan tertentu perlu upaya preservasi jenis-2 F/F untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan
34. INVENTARISASI POHON-POHON ‘PUSAKA’ 1 Seperti juga inventarisasi jenis-2 pohon (besar) yang ada di kelima wilayah Pov DKI, maka untuk memperkaya jenis-jenis tanaman lain yang bermutu karena kurang diperhatikan; 2 Sehingga pepohonan yang berumur lebih dari 50 tahun dapat diupayakan untuk dilindungi dan dirawat dengan baik; 3 Pengertian: pohon yang telah tumbuh sbl proklama-si kemerdekaan. Termasuk pohon-pohon sbl 1928 Sumpah Pemuda / Kebangkitan Nasional (1908) hingga pohon-pohon warisan kolonial, maupun yang sudah ada sebelum tahun 1596, digolongkan sebagai sebagai Pohon Pusaka Nusantara..