SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
LANDASAN PTK

KARAKTERISTIK DAN TUNTUTAN PERKEMBANGAN
             PENDIDIKAN KEJURUAN


                      TUGAS INDIVIDU



           Diajukan untuk memenuhi tugas Individu

             Pada Mata Kuliah Metode Penelitian

                  Universitas Negeri Jakarta




                  Disusun Oleh :

    Jacka Aditama H                5215083403



                       Fakultas Teknik

                  Jurusan Teknik Elektro

            Program Studi Pend. Teknik Elektro




   UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
BAB I
                                  PENDAHULUAN

       Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yang ditandai dengan
gencarnya inovasi teknologi, sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan yang
selaras dengan tuntutan dunia kerja. Pendidikan harus mencerminkan proses memanusiakan
manusia dalam arti mengaktualisasikan semua potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan
yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat luas. Hari Sudrajat
(2003) mengemukakan bahwa : “Muara dari suatu proses pendidikan, apakah itu pendidikan
yang bersifat akademik ataupun pendidikan kejuruan adalah dunia kerja, baik sektor formal
maupun sektor non formal”.
       Tingkat keberhasilan pembangunan nasional Indonesia di segala bidang akan sangat
bergantung pada sumber daya manusia sebagai aset bangsa dalam mengoptimalkan dan
memaksimalkan perkembangan seluruh sumber daya manusia yang dimiliki. Upaya tersebut
dapat dilakukan dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal
maupun jalur pendidikan non formal. Salah satu lembaga pada jalur pendidikan formal yang
menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di dunia kerja, diantaranya melalui jalur
pendidikan kejuruan.
       Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia diantaranya adalah Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang
siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap profesional di bidang
kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan, diharapkan menjadi individu yang produktif yang
mampu bekerja menjadi tenaga kerja menengah dan memiliki kesiapan untuk menghadapi
persaingan kerja. Kehadiran SMK sekarang ini semakin didambakan masyarakat; khususnya
masyarakat yang berkecimpung langsung dalam dunia kerja. Dengan catatan, bahwa lulusan
pendidikan kejuruan memang mempunyai kualifikasi sebagai (calon) tenaga kerja yang
memiliki keterampilan vokasional tertentu sesuai dengan bidang keahliannya.
Gambaran tentang kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang disarikan dari Finch dan
Crunkilton (1979), bahwa : “Kualitas pendidikan kejuruan menerapkan ukuran ganda, yaitu
kualitas menurut ukuran sekolah atau in-school success standards dan kualitas menurut
ukuran masyarakat atau out-of school success standards”. Kriteria pertama meliputi aspek
keberhasilan peserta didik dalam memenuhi tuntutan kurikuler yang telah diorientasikan pada
tuntutan dunia kerja, sedangkan kriteria kedua, meliputi keberhasilan peserta didik yang
tertampilkan pada kemampuan unjuk kerja sesuai dengan standar kompetensi nasional
ataupun internasional setelah mereka berada di lapangan kerja yang sebenarnya.
       Upaya untuk mencapai kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang sesuai dengan
tuntutan dunia kerja tersebut, perlu didasari dengan kurikulum yang dirancang dan
dikembangkan dengan prinsip kesesuaian dengan kebutuhan stakeholders. Kurikulum
pendidikan kejuruan secara spesifik memiliki karakter yang mengarah kepada pembentukan
kecakapan lulusan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan tertentu. Kecakapan
tersebut telah diakomodasi dalam kurikulum SMK yang meliputi kelompok Normatif,
Adaptif dan kelompok Produktif.
       Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang dimulai dari berpikir
mengenai ide kurikulum sampai bagaimana pelaksanaannya di sekolah. Hasan (1988)
mengungkapkan bahwa, aspek-aspek dalam prosedur pengembangan kurikulum merupakan
aspek-aspek kegiatan kurikulum yang terdiri atas empat dimensi yang saling berhubungan
satu terhadap yang lain, yaitu : (1) Kurikulum sebagai suatu ide atau konsepsi, (2) Kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis, (3) Kurikulum sebagai suatu kegiatan (proses) dan (4)
Kurikulum sebagai suatu hasil belajar.
       Kurikulum yang diimplementasikan di SMK saat ini, khusus untuk kelompok
produktif masih menggunakan kurikulum tahun 2004, sedangkan untuk kelompok normatif
dan adaptif sudah menggunakan model pengelolaan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) 2006. Pada tataran implementasi kurikulum ini menuntut kreativitas guru di dalam
memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan kompetensi peserta didik, karena
betapapun baiknya kurikulum yang telah direncanakan pada akhirnya berhasil atau tidaknya
sangat tergantung pada sentuhan aktivitas dan kreativitas guru sebagai ujung tombak
implementasi suatu kurikulum.
Pendidikan dan pelatihan di SMK; khusnya pada program produktif yang sesuai
dengan bidang keahlian, secara ideal dituntut untuk menerapkan pendekatan pembelajaran
yang mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik di dalam penguasaan
kompetensi atau kemampuan kerja sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri.
Pendekatan pembelajaran tersebut terdiri dari : Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency
Based Training), Pelatihan Berbasis Produksi (Production Based Training) dan Pelatihan
Berbasis Industri. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran ini diharapkan mampu
memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik di dalam penguasaan seluruh
kompetensi yang harus dikuasai sesuai Standar Kompetensi Nasional, sehingga mereka
mampu mengikuti uji level pada setiap akhir semester untuk Kelas X dan XI serta uji
kompetensi untuk kelas XII yang dilaksanakan oleh pihak industri sebagai inatitusi pasangan.
BAB II
      KARAKTERISTIK DAN TUNTUTAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
                                        KEJURUAN


A. Karakteristik Pendidikan Kejuruan
        Pendidikan kejuruan memiliki karakteristik yang berbeda dengan satuan pendidikan
lainnya. Perbedaan tersebut dapat dikaji dari tujuan pendidikan, substansi pelajaran, tuntutan
pendidikan dan lulusannya.


1. Tujuan pendidikan kejuruan
        Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Dari tujuan
pendidikan kejuruan tersebut mengandung makna bahwa pendidikan kejuruan di samping
menyiapkan tenaga kerja yang profesional juga mempersiapkan peserta didik untuk dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan program kejuruan atau
bidang keahlian.
        Berdasarkan pada tujuan pendidikan kejuruan di atas, maka untuk memahami filosofi
pendidikan kejuruan perlu dikaji dari landasan penyelenggaraan pendidikan kejuruan sebagai
berikut :
    a. Asumsi tentang anak didik
               Pendidikan kejuruan harus memandang anak didik sebagai individu yang
        selalu dalam proses untuk mengembangkan pribadi dan segenap potensi yang
        dimilikinya. Pengembangan ini menyangkut proses yang terjadi pada diri anak didik,
        seperti proses menjadi lebih dewasa, menjadi lebih pandai, menjadi lebih matang,
        yang menyangkut proses perubahan akibat pengaruh eksternal, antara lain berubahnya
        karir atau pekerjaan akibat perkembangan sosial ekonomi masyarakat.
               Pendidikan kejuruan merupakan upaya menyediakan stimulus berupa
        pengalaman belajar untuk membantu mereka dalam mengembangkan diri dan
        potensinya. Oleh karena itu, keunikan tiap individu dalam berinteraksi dengan dunia
        luar melalui pengalaman belajar merupakan upaya terintegrasi guna menunjang
        proses perkembangan diri anak didik secara optimal. Kondisi ini tertampilkan dalam
        prinsip pendidikan kejuruan “learning by doing”, dengan kurikulum yang berorientasi
        pada dunia kerja.
b. Konteks sosial pendidikan kejuruan
          Tujuan dan isi pendidikan kejuruan senantiasa dibentuk oleh kebutuhan
   masyarakat yang berubah begitu pesat, sekaligus juga harus berperan aktif dalam ikut
   serta menentukan tingkat dan arah perubahan masyarakat dalam bidang kejuruannya
   tersebut.
          Pendidikan kejuruan berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan
   masyarakat, melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi sosial yang berupa struktur
   pekerjaan dengan organisasi, pembagian peran atau tugas, dan perilaku yang berkaitan
   dengan pemilihan, perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial yang kedua,
   berupa pendidikan dengan fungsi gandanya sebagai media pelestarian budaya
   sekaligus sebagai media terjadinya perubahan sosial.


c. Dimensi ekonomi pendidikan kejuruan
          Hubungan dimensi ekonomi dengan pendidikan kejuruan secara konseptual
   dapat dijelaskan dari kerangka investasi dan nilai balikan (value of return) dari hasil
   pendidikan kejuruan. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta
   maupun pemerintah semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi investasi
   lebih besar daripada pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan
   seharusnya memiliki peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan
   dengan pendidikan umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi
   pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik
   menyangkut tugas-tugas pekerjaan maupun pengembangan karir peserta didik.
          Pendidikan kejuruan merupakan upaya mewujudkan peserta didik menjadi
   manusia     produktif, untuk mengisi kebutuhan terhadap peran-peran yang berkaitan
   dengan peningkatan nilai tambah ekonomi masyarakat. Dalam kerangka ini, dapat
   dikatakan bahwa lulusan pendidikan kejuruan seharusnya memiliki nilai ekonomi
   lebih cepat dibandingkan pendidikan umum.


d. Konteks Ketenagakerjaan Pendidikan Kejuruan
          Pendidikan kejuruan harus lebih memfokuskan usahanya pada komponen
   pendidikan dan pelatihan yang mampu mengembangkan potensi manusia secara
   optimal. Meskipun pada dasarnya hubungan antara pendidikan kejuruan dan
   kebijakan ketenagakerjaan adalah hubungan yang didasari oleh kepentingan
ekonomis, tetapi harus selalu diingat bahwa hubungan penyelenggraan pendidikan
       kejuruan tidak semata-mata ditentukan oleh kepentingan ekonomi.
               Dalam konteks ini diartikan bahwa pendidikan kejuruan, dengan dalih
       kepentingan ekonomi, tidak seharusnya hanya mendidik anak didik dengan
       seperangkat skill atau kemampuan spesifik untuk pekerjaan tertentu saja, karena
       keadaan ini tidak memperhatikan anak didik sebagai suatu totalitas. Mengembangkan
       kemampuan spesifik secara terpisah dari totalitas pribadi anak didik, berarti
       memberikan bekal yang sangat terbatas bagi masa depannya sebagai tenaga kerja.


2. Peserta didik
       Peserta didik pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lebih dikhususkan bagi anak
yang berkeinginan memiliki kemampuan vokatif. Harapan mereka setelah lulus dapat
langsung bekerja atau melanjutkan ke perguruan tinggi dengan mengambil bidang profesional
atau bidang akademik. Usia peserta didik secara umum pada rentang 15/16 – 18/19 tahun,
atau peserta didik berada pada masa remaja.
       Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dengan dewasa. Pada masa
ini biasanya terjadi gejolak atau kemelut yang berkenaan dengan segi afektif, sosial,
intelektual dan moral. Kondisi ini terjadi karena adanya perubahan-perubahan baik fisik
maupun psikis yang sangat cepat yang mengganggu kestabilan kepribadian anak. Oleh karena
itu, di dalam merancang pembelajaran bagi anak yang berusia remaja ini seyogianya
memperhatikan tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan para remaja. Beberapa
tugas perkembangan remaja yang disarikan dari Sukmadinata (2001), yaitu :
   a. Mampu menjalin hubungan yang lebih matang dengan sebaya dan jenis kelamin lain.
       Belajar bekerja dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu, bisa melepaskan
       perasaan pribadi dan mampu memimpin tanpa mendominasi.
   b. Mampu melakukan peran-peran sosial sebagai laki-laki dan wanita. Mampu
       menghargai, menerima dan melakukan peran-peran sosial sebagai laki-laki dan wanita
       dewasa.
   c. Menerima kondisi jasmaninya dan dapat menggunakannya secara efektif. Remaja
       dituntut untuk menyenangi dan menerima dengan wajar kondisi badannya, dapat
       menghargai atau menghormati kondisi badan orang lain, dapat memelihara dan
       menjaga kondisi badannya.
   d. Memiliki keberdirisendirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
       Remaja diharapkan telah lepas dari ketergantungan sebagai kanak-kanak dari orang
tuanya, dapat menyayangi orang tua, menghargai orang tua atau orang dewasa lainnya
       tanpa tergantung pada mereka.
   e. Memiliki perasaan mampu berdiri sendiri dalam bidang ekonomi. Terutama pada
       anak laki-laki, kemudian berangsur-angsur pula tumbuh pada anak wanita, perasaan
       mampu untuk mencari nafkah sendiri.
   f. Mampu memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan. Anak telah mampu
       membuat perencanaan karir, memilih pekerjaan yang cocok dan mampu ia kerjakan,
       membuat persiapan-persiapan yang sesuai.
   g. Belajar mempersiapkan diri untuk perkawinan dan hidup berkeluarga. Memiliki sikap
       yang positif terhadap hidup berkeluarga dan punya anak.
   h. Mengembangkan           konsep-konsep      dan    keterampilan    intelektual   untuk     hidup
       bermasyarakat. Mengembangkan konsep-konsep tentang hukum, pemerintahan,
       ekonomi,    politik,    institusi   sosial      yang   cocok    bagi   kehidupan       modern,
       mengembangkan keterampilan berpikir dan berbahasa untuk dapat memecahkan
       problema-problema masyarakat modern.
   i. Memiliki perilaku sosial seperti yang diharapkan masyarakat. Dapat berpartisipasi
       dengan rasa tanggung jawab bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
   j. Memiliki seperangkat nilai yang menjadi pedoman bagi perbuatannya. Telah memiliki
       seperangkat nilai yang bisa diterapkan dalam kehidupan, ada kemauan dan usaha
       untuk merealisasikannya.


3. Substansi pendidikan kejuruan
       Substansi dari pendidikan kejuruan harus menampilkan karakteristik pendidikan
kejuruan yang tercermin dalam aspek-aspek yang erat dengan perencanaan kurikulum, yaitu :
   a. Orientasi (Orientation)
              Kurikulum pendidikan kejuruan telah berorientasi pada proses dan hasil atau
       lulusan. Keberhasilan utama kurikulum pendidikan kejuruan tidak hanya diukur
       dengan keberhasilan pendidikan peserta didik di sekolah saja, tetapi juga dengan hasil
       prestasi kerja dalam dunia kerja. Finch dan Crunkilton (1984 : 12) mengemukakan
       bahwa : Kurikulum pendidikan kejuruan berorientasi terhadap proses (pengalaman
       dan aktivitas dalam lingkungan sekolah) dan hasil (pengaruh pengalaman dan
       aktivitas tersebut pada peserta didik).
b. Dasar kebenaran/Justifikasi (Justification)
           Pengembangan program pendidikan kejuruan perlu adanya alasan atau
   justifikasi yang jelas. Justifikasi untuk program pendidikan kejuruan adalah adanya
   kebutuhan nyata tenaga kerja di lapangan kerja atau di dunia usaha dan industri. Dasar
   kebenaran/justifikasi pendidikan kejuruan menurut Finch dan Crunkilton (1984 : 12),
   meluas hingga lingkungan sekolah dan masyarakat. Ketika kurikulum berorientasi
   pada peserta didik, maka dukungan bagi kurikulum tersebut berasal dari peluang kerja
   yang tersedia bagi para lulusan.


c. Fokus (Focus)
           Fokus   kurikulum    dalam    pendidikan   kejuruan     tidak   terlepas   pada
   pengembangan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu, tetapi harus secara
   simultan mempersiapkan peserta didik yang produktif. Finch dan Crunkilton (1984 :
   13) mengemukakan bahwa : Kurikulum pendidikan kejuruan berhubungan langsung
   dengan membantu siswa untuk mengembangkan suatu tingkat pengetahuan, keahlian,
   sikap dan nilai yang luas. Setiap aspek tersebut akhirnya bertambah dalam beberapa
   kemampuan kerja lulusan. Lingkungan belajar pendidikan kejuruan mengupayakan di
   dalam mengembangkan pengetahuan peserta didik, keahlian meniru, sikap dan nilai
   serta penggabungan aspek-aspek tersebut dan aplikasinya bagi lingkkungan kerja
   yang sebenarnya.
           Seluruh kemampuan tersebut di atas, dapat dikuasai oleh peserta didik melalui
   pengalaman belajar yang diberikan, yaitu berupa rangsangan yang diaplikasikan baik
   pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses belajar mengajar di sekolah maupun
   situasi kerja yang sebenarnya pada dunia usaha atau industri (pembelajaran di dunia
   kerja). Dari hasil belajar atau kemampuan yang telah dikuasai diharapkan dapat
   memberikan kontribusi pada pengembangan diri peserta didik, sehingga mereka
   mampu bekerja sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri.


d. Standar keberhasilan di sekolah (In-school success standards)
           Kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan
   diukur dari keberhasilan peserta didik di sekolah, mengenai beberapa aspek yang akan
   dia masuki.
           Penilaian keberhasilan pada peserta didik di sekolah harus pada penilaian
   sebenarnya atau kemampuan melakukan suatu pekerjaan. Dengan kata lain bahwa
dalam standar keberhasilan sekolah harus berhubungan erat dengan keberhasilan yang
     diharapkan dalam pekerjaan, dengan kriteria yang digunakan oleh guru dengan
     mengacu pada standar atau prosedur kerja yang telah ditentukan oleh dunia kerja
     (dunia usaha dan dunia industri).


e. Standar keberhasilan di luar sekolah (Out-of school success standards)
            Penentu keberhasilan tidak terbatas pada apa yang terjadi di lingkungan
     sekolah. Standar keberhasilan di luar sekolah berkaitan dengan pekerjaan atau
     kemampuan kerja yang biasanya dilakukan oleh dunia usaha atau dunia industri.
     Menurut Starr (1975), bahwa : Walaupun standar keberhasilan beragam antar sekolah
     dan antar Negara, tetapi keberhasilan tersebut seringkali mengambil bentuk kepuasan
     pegawai dengan keahlian lulusan, suatu persentase tinggi lulusan yang mendapatkan
     pekerjaan di bidang persiapan atau dalam bidang yang berhubungan, kepuasan kerja
     lulusan, kemajuan yang dialami lulusan.
            Sebagai contoh, untuk menentukan keberhasilan di luar sekolah yang sudah
     dilakukan pada SMK adalah dengan dilaksanakannya uji level untuk kelas X dan XI,
     serta uji, kompetensi untuk kelas XII yang dilakukan oleh dunia usaha atau industri
     berdasarkan standar kompetensi nasional sesuai bidang keahlian. Standar kelulusan di
     luar sekolah (out-of school success standards) dilakukan oleh dunia usaha dan
     industri yang mengacu pada standar kompetensi sesuai bidang keahlian atau produk
     yang dihasilkan oleh masing-masing industri.


f.   Hubungan kerja sama dengan masyarakat (School-community relationships)
            Suatu usaha pendidikan harus berhubungan dengan masyarakat, demikian pula
     dengan pendidikan kejuruan memiliki tanggung jawab di dalam mempertahankan
     hubungan yang kuat dengan berbagai bidang keahlian yang berkembang di
     masyarakat.
            Pengertian msyarakat yang dimakasud adalah dunia usaha dan dunia industri.
     Penyelenggaraan pendidikan kejuruan harus relevan dengan tuntutan kerja pada dunia
     usaha atau industri, maka masalah hubungan antara lembaga pendidikan dengan dunia
     usaha atau industri merupakan suatu ciri karakteristik yang penting bagi pendidikan
     kejuruan. Perwujudan hubungan timbal balik berupa kesediaan dunia usaha atau
     industri, menampung peserta didik untuk mendapat kesempatan pengalaman belajar di
     lapangan kerja atau industri, merpakan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan.
g. Keterlibatan pemerintah pusat (Federal involvement)
          Keterlibatan pemerintah pusat ini berkaitan dengan dana pendidikan yang
   akan dialokasikan, karena hal ini akan mempengaruhi kurikulum. Misalnya :
   Ketentuan jam pengajaran kejuruan tertentu dan jenis perlengkapan tertentu yang
   digunakan di bengkel atau laboratorium dapat membantu perkembangan suatu tingkat
   kualitas yang lebih tinggi.


h. Kepekaan (Responsivenenss)
          Komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan
   kejuruan harus mempunyai ciri berupa kepekaan atau daya suai terhadap
   perkembangan masyarakat pada umumnya, dan dunia kerja pada khususnya.
   Perkembangan ilmu dan teknologi, inovasi dan penemuan-penemuan baru di bidang
   produksi dan jasa, besar pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan kejuruan.
   Untuk itulah pendidikan kejuruan harus bersifat responsif proaktif terhadap
   perkembangan ilmu dan teknologi, dengan upaya lebih menekankan kepada sifat
   adaptabilitas dan fleksibilitas untuk menghadapi prospek karir peserta didik dalam
   jangka panjang.


i. Logistik
          Kurikulum pendidikan kejuruan dalam implementasi kegiatan pembelajaran
   perlu didukung oleh fasilitas beajar yang memadai, karena untuk mewujudkan situasi
   belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif,
   diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik. Bengkel kerja dan
   laboratorium adalah kelengkapan utama dalam sekolah kejuruan yang harus ada
   sebagai fasilitas bagi peserta didik di dalam mengembangkan kemampuan kerja sesuai
   dengan tuntutan dunia usaha dan industri.
          Kebutuhan untuk koordinasi program kejuruan yang bekerja sama dengan
   industri di masyarakat, berhubungan erat untuk menjalin dan mempertahankan pusat
   kerja bagi peserta didik menunjukkan suatu susunan unit permasalahan logistik.


j. Pengeluaran (Expense)
          Pengeluaran rutin sebagai biaya pendidikan pada pendidikan kejuruan yang
   menunjang kegiatan pembelajaran, mencakup biaya listrik, air, pemeliharaan dan
   penggantian peralatan, biaya transportasi ke lokasi/industri (tempat praktek
kerja/magang) yang jauh dari sekolah. Di samping itu, peralatan harus diperbaharui
       secara periodik juga guru berharap untuk memberikan pengalaman belajar yang
       sebenarnya bagi peserta didik sebagaimana layaknya di industri, maka ini bisa
       menjadi mahal. Yang terakhir yang juga harus menjadi perhatian adalah pembelian
       bahan habis sebagai bahan praktikum yang digunakan secara rutin sesuai dengan
       program keahlian yang dikembangkan pada SMK masing-masing.
              Dari uraian mengenai karakteristik pendidikan kejuruan yang disarikan dari
       Finch dan Crunkilton (1984) di atas, dapat dijadikan acuan di dalam pengembangan
       kurikulum pendidikan kejuruan di Indonesia. Kurikulum pendidikan kejuruan yang
       dikembangkan di Indoneisa seyogianya mengacu pada karakteristik sebagai berikut :
           1) Pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki
              lapangan kerja.
           2) Pendidikan kejuruan didasarkan atas kebutuhan dunia kerja
           3) Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan,
              keterampilan sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
           4) Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan peserta didik harus pada
              “hands-on” atau performance dalam dunia kerja
           5) Hubungan yang erat dengan dunia kerja merupakan kunci keberhasilan
              pendidikan kejuruan
           6) Pendidikan kejuruan yang baik adalah responsif dan antisipatif terhadap
              kemajuan teknologi
           7) Pendidikan kejuruan lebih ditekankan pada “learning by doing”
           8) Pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktek sesuai
              dengan tuntutan dunia usaha dan industri


B. Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan


       Perkembangan teknologi menuntut adanya perkembangan pula pada pendidikan
kejuruan, karena saat ini tatanan kehidupan pada umumnya dan tatanan perekonomian pada
khususnya sedang mengalami pergeseran paradigma ke arah global. Pergeseran ini akan
membuka peluang kerja sama antar Negara semakin terbuka dan di sisi lain, persaingan antar
Negara semakin ketat. Untuk meningkatkan kemampuan persaingan dalam perdagangan
bebas, diperlukan serangkaian kekuatan daya saing yang tangguh, antara lain kemampuan
manajemen, teknologi dan sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan sumber
daya aktif yang dapat menentukan kelangsungan hidup dan kemenangan dalam persaingan
suatu bangsa.
       Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam mewujudkan sumber daya
manusia yang tangguh untuk menghadapi persaingan bebas. Termasuk pendidikan kejuruan
yang menyiapkan peserta didik atau sumber daya manusia yang memiliki kemampuan kerja
sebagai tenaga kerja menengah sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan dunia industri. Oleh
karena itu sesuai dengan tuntutan perkembangan pendidikan kejuruan, maka perlu adanya
pembaharuan pendidikan dan pelatihan kejuruan di SMK untuk masa depan.
   1) Tuntutan peserta didik
                Pendidikan kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan peserta didik agar siap
       bekerja, baik bekerja secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan
       pekerjaan yang ada. SMK sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja,
       dituntut mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan dunia kerja.
       Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sumber daya manusia yang memiliki
       kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaannya, memiliki daya adaptasi dan daya
       saing yang tinggi. Atas dasar itu, pengembangan kurikulum dalam rangka
       penyempurnaan pendidikan menengah kejuruan harus disesuaikan dengan kondisi dan
       kebutuhan dunia kerja.
                Tuntutan peserta didik dan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja
       perlu dijadikan sumber pijakan di dalam merumuskan tujuan pendidikan kejuruan.
       Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan
       sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan Pasal 15 UU SISDIKNAS, merupakan
       pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja
       dalam bidang tertentu, yang dirumuskan dalam tujuan umum dan tujuan khusus
       sebagai berikut.


       Tujuan Umum :
   a) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa
   b) Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang berahlak
       mulia sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab.
   c) Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan,
       memahami da menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia
d) Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan
        hidup, dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta
        memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efisien.


        Tujuan Khusus :
   a) Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, maupun bekerja mandiri,
        mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri sebagai tenaga
        tingkat kerja menengah, sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang
        dipilihnya.
   b) Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam
        berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional
        dalam bidang keahlian yang diminatinya.
   c) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agar mampu
        mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang
        pendidikan yang lebih tinggi
   d) Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi sesuai dengan program
        keahlian yang dipilih. (Disarikan dari Kurikulum SMK Program Keahlian Tata
        Busana, 2004).


2. Tuntutan menjawab kebutuhan masyarakat
        Ditinjau dari perspektif perkembangan kebutuhan pembelajaran dan aksesibilitas duia
usaha/industri, sekurang-kurangnya tiga dimensi pokok yang menjadi tantangan bagi SMK,
baik dalam konteks regional maupun nasional, diantaranya :
   a.   Implementasi program pendidikan dan pelatihan harus berfokus pada pendayagunaan
        potensi sumber daya lokal, sambil mengoptimalkan kerjasama secara intensif dengan
        institusi pasangan
   b. Pelaksanaan kurikulum harus berdasarkan pendekatan yang lebih fleksibel sesuai
        dengan trend perkembangan dan kemajuan teknologi agar kompetensi yang diperoleh
        peserta didik selama dan sesudah mengikuti program diklat, memiliki daya adaptasi
        yang tinggi
   c. Program pendidikan dan pelatihan sepenuhnya harus berorientasi mastery learning
        (belajar tuntas) dengan melibatkan peran aktif – partisipatif para stakeholders
        pendidikan, termasuk optimalisasi peran Pemerintah Daerah untuk merumuskan
pemetaan kompetensi ketenaga kerjaan di daerahnya sebagai input bagi SMK dalam
       penyelenggaraan diklat berkelanjutan.


   Untuk mencari solusi dari tantangan tersebut di atas, SMK sebagai salah satu lembaga
penyelenggara pendidikan dan pelatihan kejuruan harus mampu memberikan layanan
pendidikan terbaik kepada peserta didik walaupun kondisi fasilitasnya sangat beragam.
Seperti diketahui, bahwa investasi dan pembiayaan operasional terbesar yang dilakukan oleh
pemerintah dalam pendidikan kejuruan adalah pada sistem SMK. Dengan fenomena ini,
apakah SMK masih diperlukan ?
   Pembukaan dan penutupan suatu SMK pada dasarnya sangat tergantung pada tuntutan
kebutuhan pengembangan sumber daya manusia di wilayah atau daerah setempat.
Pembukaan institusi SMK baru sangat dimungkinkan jika terdapat tuntutan kebutuhan
sumber daya manusia yang terkait dengan peran dan fungsi SMK. Sebagaimana yang
dikemukakan Djojonegoro (1998), bahwa : “Secara teoritik pendidikan kejuruan sangat
dipentingkan karena lebih dari 80 % tenaga kerja di lapangan kerja adalah tenaga kerja
tingkat menengah ke bawah dan sisanya kurang dari 20 % bekerja pada lapisan atas. Oleh
karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan jelas merupakan hal penting”.
   Penutupan suatu institusi SMK hanya dimungkinkan jika secara hukum tidak dapat
dipertahankan atau karena adanya tuntutan masyarakat yang sama sekali tidak dapat
dipertahankan atau dihindari. Namun pada dasarnya, tidak ada alasan untuk menutup SMK
selama institusi tersebut masih dapat menjalankan peran dan fungsi serta tidak bertentangan
dengan hukum yang berlaku.
   Upaya untuk mempertahan SMK yang dapat menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat,
dalam hal ini SMK harus mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Dalam
menjalankan peran dan fungsinya tersebut, maka pendidikan dan pelatihan di SMK perlu
memperhatikan     prinsip-prinsip   pendidikan   kejuruan    yang   dikemukakan    Prosses
(Djojonegoro, 1998); sebagai berikut :
   a. Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih merupakan
       replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.
   b. Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan
       dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat
       kerja.
   c. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dia melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir
       dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendri
d. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dia dapat memampukan setiap individu
   memodali minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat yang paling
   tinggi
e. Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya
   dapat diberikan kepada seseorang yang memerlukannya, yang menginginkannya dan
   yang dapat untung darinya
f. Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk membentuk
   kebiasaan kerja dan kebiasaan berfkir yang benar diulangkan sehingga pas seperti
   yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya
g. Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai pengalaman yang
   sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan pada operasi dan proses kerja
   yang akan dilakukan
h. Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang
   agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut
i. Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar (memperhatikan tanda-
   tanda pasar kerja)
j. Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jika pelatihan
   diberikan pada pekerjaan yang nyata
k. Setiap okupasi mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-beda satu
   dengan yang lainnya
l. Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika sesuai dengan
   kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan memang paling efektif jika
   dilakukan lewat pengajaran kejuruan
m. Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang digunakan dan
   hubungan pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik
   tersebut
n. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika dia luwes dan mengalir daripada
   kaku dan terstandar
o. Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka
   pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.
3. Tuntutan pengelolaan pendidikan kejuruan
       Tuntutan pengelolaan pada pendidikan kejuruan harus sesuai dengan kebijakan link
and match, yaitu perubahan dari pola lama yang cenderung berbentuk pendidikan demi
pendidikan ke suatu yang lebih terang, jelas dan konkrit menjadi pendidikan kejuruan sebagai
program pengembangan sumber daya manusia. Dimensi pembaharuan yang diturunkan dari
kebijakan link and match, yaitu :
   a. Perubahan dari pendekatan Supply Driven ke Demand Driven
               Dengan deman driven ini mengharapkan dunia usaha dan dunia industri atau
       dunia kerja lebih berperan di dalam menentukan, mendorong dan menggerakkan
       pendidikan kejuruan, karena mereka adalah pihak yang lebih berkepentingan dari
       sudut kebutuhan tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya, dunia kerja ikut berperan serta
       karena proses pendidikan itu sendiri lebih dominan dalam menentukan kualitas
       tamatannya, serta dalam evaluasi hasil pendidikan itupun dunia kerja ikut menentukan
       supaya hasil pendidikan kejuruan itu terjamin dan terukur dengan ukuran dunia kerja.
               Sebagai salah satu bentuk penerapan prinsip demand driven, maka dalam
       pengembangan kurikulum SMK harus melakukan sinkronisasi kurikulum yng
       direalisasikan dalam program Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Dengan melakukan
       sinkronisasi kurikulum, penyelengaraan pembelajaran di SMK diupayakan sedekat
       mungkin dengan kebutuhan dan kondisi dunia kerja/industri, serta memiliki relevansi
       dan fleksibilitas tinggi dengan tuntutan lapangan. Melalui sinkronisasi kurikulum ini,
       diharapkan sekolah dapat membaca keahlian dan performansi apa yang dibutuhkan
       dunia usaha atau industri untuk dapat dimasuki oleh lulusan SMK.


   b. Perubahan dari pendidikan berbasis sekolah (School Based Program) ke sistem
       berbasis ganda (Dual Based Program)
               Perubahan dari pendidikan berbasis sekolah, ke pendidikan berbasis ganda
       sesuai dengan kebijakan link and match, mengharapkan supaya program pendidikan
       kejuruan itu dilaksanakan di dua tempat. Sebagian program pendidikan dilaksanakan
       di sekolah, yaitu teori dan praktek dasar kejuruan, dan sebagian lainnya dilaksanakan
       di dunia kerja, yaitu keterampilan produktif yang diperoleh melalui prinsip learning
       by doing. Pendidikan yang dilakukan melalui proses bekerja di dunia kerja akan
       memberikan pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai dunia kerja yang tidak mungkin
       atau sulit didapat di sekolah, antara lain pembentukan wawasan mutu, wawasan
       keunggulan, wawasan pasar, wawasan nilai tambah, dan pembentukan etos kerja.
c. Perubahan dari model pengajaran yang mengajarkan mata-mata pelajaran ke model
   pengajaran berbasis kompetensi
          Perubahan ke model pengajaran ke berbasis kompetensi, bermaksud menuntun
   proses pengajaran secara langsung berorientasi pada kompetensi atau satuan-satuan
   kemampuan. Pengajaran berbasis kompetensi ini sekaligus memerlukan perubahan
   kemasan kurikulum kejuruan ke dalam kemasan berbentuk paket-paket kompetensi.




d. Perubahan dari program dasar yang sempit (Narrow Based) ke program dasar yang
   mendasar, kuat dan luas (Broad Based)
          Kebijakan link and match menuntut adanya pembaharuan, mengarah kepada
   pembentukan dasar yang mendasar, kuat dan lebih luas. Sistem baru yang
   berwawasan sumberdaya manusia, berwawasan mutu dan keunggulan menganut
   prinsip, bahwa : tidak mungkin membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas
   dan yang memiliki keunggulan, kalau tidak diawali dengan pembentukan dasar yang
   kuat. Dalam rangka penguatan dasar ini, maka peserta didik perlu diberi bekal dasar
   yang berfungsi untuk membentuk keunggulan, sekaligus beradaptasi terhadap
   perkembangan IPTEK, dengan memperkuat penguasaan matematika, IPA, Bahasa
   Inggris dan Komputer. Sistem baru ini harus memberi dasar yang lebih luas tetapi
   kuat dan mendasar, yang memungkinkan seseorang tamatan SMK memiliki
   kemampuan menyesuaikan diri terhadap kemungkinan perubahan pekerjaan.




e. Perubahan dari sistem pendidikan formal yang kaku, ke sistem yang luwes dan
   menganut prinsip multy entry, multy exit
          Dengan adanya perubahan dari supply driven ke demand driven, dari schools
   based program ke dual based program, dari model pengajaran mata pelajaran ke
   program berbasis kompetensi; diperlukan adanya keluwesan yang memungkinkan
   pelaksanaan praktek kerja industri dan pelaksanaan prinsip multy entry multy exit.
   Prinsip ini memungkinkan peserta didik SMK yang telah memiliki sejumlah satuan
   kemampuan tertentu      (karena program    pengajarannya berbasis     kompetensi),
   mendapatkan kesempatan kerja di dunia kerja, maka peserta didik tersebut
   dimungkinkan meninggalkan sekolah. Dan kalau peserta didik tersebut ingin masuk
sekolah kembali menyelesaikan program SMK nya, maka sekolah harus membuka
   diri menerimanya, dan bahkan menghargai dan mengakui keahlian yang diperoleh
   peserta didik yang bersangkutan dari pengalaman kerjanya. Di samping itu, sistem
   program berbasis ganda juga memerlukan pengaturan praktek kerja di industri sesuai
   dengan aturan kerja yang berlaku di industri yang tidak sama dengan aturan kalender
   belajar di sekolah.


f. Perubahan dari sistem yang tidak mengakui keahlian yang telah diperoleh
   sebelumnya, ke sistem yang mengakui keahlian yang diperoleh dari mana dan dengan
   cara apapun kompetensi itu diperoleh (Recognition of prior learning)
   Sistem baru pendidikan kejuruan harus mampu memberikan pengakuan dan
   penghargaan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh seseorang. Sistem ini akan
   memotivasi banyak orang yang sudah memiliki kompetensi tertentu, misalnya dari
   pengalaman kerja, berusaha mendapatkan pengakuan sebagai bekal untuk pendidikan
   dan pelatihan berkelanjutan. Untuk ini SMK perlu menyiapkan diri sehingga memiliki
   instrument dan kemampuan menguji kompetensi seseorang darimana dan dengan cara
   apapun kompetensi it didapatkan.


g. Perubahan dari pemisahan antara pendidikan dengan pelatihan kejuruan, ke sistem
   baru yang mengintegrasikan pendidikan dan pelatihan kejuruan secara terpadu
   Program baru pendidikan yang mengemas pendidikannya dalam bentuk paket-paket
   kompetensi kejuruan, akan memudahkan pengakuan dan penghargaan terhadap
   program pelatihan kejuruan dan program pendidikan kejuruan. Sistem baru ini
   memerlukan standarisasi kompetensi, dan kompetensi yang terstandar itu bisa dicapai
   melalui program pendidikan, program pelatihan atau bahkan dengan pengalaman kerja
   yang ditunjang dengan inisiatif belajar sendiri.


h. Perubahan dari sistem terminal ke sistem berkelanjutan
   Sistem baru tetap mengharapkan dan mengutamakan tamatan SMK langsung bekerja,
   agar segera menjadi tenaga produktif, dapat memberi return atas investasi SMK.
   Sistem baru juga mengakui banyak tamatan SMK yang potensial, dan potensi
   keahlian kejuruannya akan lebih berkembang lagi setelah bekerja. Terhadap mereka
   ini diberi peluang untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih
   tinggi (misalnya program Diploma), melalui suatu proses artikulasi yang mengakui
dan menghargai kompetensi yang diperoleh dari SMK dan dari pengalaman kerja
   sebelumnya.
           Untuk mendapatkan sistem artikulasi yang efisien diperlukan “program
   antara” (bridging program) guna memantapkan kemampuan dasar tamatan SMK yang
   suda berpengalaman kerja, supaya siap melanjutkan ke program pendidikan yang
   lebih tinggi.


i. Perubahan dari manajemen terpusat ke pola manajemen mandiri (prinsip
   desentralisasi)
           Pola baru manajemen mandiri dimaksudkan memberi peluang kepada propinsi
   dan bahkan sekolah untuk menentukan kebijakan operasional, asal tetap mengacu
   kepada kebijakan nasional. Kebijakan nasioanl dibatasi pada hal-hal yang bersifat
   strategis supaya memberi peluang bagi para pelaksana di lapangan berimprovisasi dan
   melakukan inovasi. Proses pendewasaan SMK perlu ditekankan, untuk menumbuhkan
   rasa percaya diri sekolah melakukan apa yang baik menurut sekolah, dengan prinsip
   akuntabilitas (accountability) yang secara taat azas memberikan penghargaan kepada
   mereka yang pantas dihargai, dan menindak mereka yang pantas ditindak.


j. Perubahan dari ketergantungan sepenuhnya dari pembiayaan pemerintah pusat, ke
   swadana dengan subsidi pemerintah pusat
   Sejalan dengan prinsip demand driven, dual based program, pendewasaan manajemen
   sekolah, dan pengembangan unit produksi sekolah, sistem baru diharapkan dapat
   mendorong pertumbuhan swadana pada SMK, dan posisi lokasi dana dari pemerintah
   pusat bersifat membantu atau subsidi. Sistem ini juga diharapkan mampu mendorong
   SMK berpikir dan berperilaku ekonomis.
BAB III
                                     KESIMPULAN


       Dari seluruh kajian yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum pendidikan
kejuruan dapat disimpulkan, bahwa pendidikan kejuruan dikembangkan berdasar pada
tuntutan dunia kerja, yaitu dunia usaha dan dunia industri yang berkembang di masyarakat.
Sebagai realisasi di dalam memenuhi tuntutan dunia kerja tersebut, maka dalam perancangan
kurikulum pendidikan kejuruan mengacu pada karakteristik pendidikan kejuruan yang
seharusnya. Pendidikan menengah kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan peserta didik
agar siap bekerja, baik bekerja secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan
pekerjaan yang ada.
       Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu institusi yang menyiapkan
tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan dunia
kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sumber daya mansia yang memiliki kompetensi
sesuai dengan bidang pekerjaannya, memiliki daya adaptasi dan daya saing yang tinggi. Atas
dasar itu, pengembangan kurikulum dalam rangka penyempurnaan pendidikan menengah
kejuruan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dunia kerja.
       Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada perubahan tuntutan
dunia kerja terhadap sumber daya manusia yang dibutuhkan, oleh karena itu pengembangan
kurikulum    pendidikan   kejuruan   harus   bisa    mengakomodasi     dan   mengantisipasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu memberikan pengalaman
belajar kepada peserta didik sesuai dengan standar kompetensi dan tuntutan dunia usaha dan
dunia industri.
       Dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum SMK program keahlian Tata
Busana, guru sebagai pelaksana kurikulum cenderung sulit di dalam melakukan perubahan.
Guru masih mengandalkan sumber dan rencana pengajaran yang ada tanpa melakukan
pengembangan yang dituntut oleh KTSP SMK dan Standar Kompetensi Nasional Bidang
Keahlian. Di samping itu, teramati bahwa guru belum siap dalam melakukan penilaian secara
komprehensif di dalam menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor. Khusunya dalam menilai proses kerja,guru belum
menggunakan alat penilaian yang baku atau standar.
       Keberhasilan pendidikan dan pelatihan di SMK ditentukan dari kualitas lulusannya,
dimana mereka harus mencerminkan individu yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap
kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Lulusan SMK diharapkan mampu mengembangkan
seluruh potensi yang dimilikinya, sehingga mereka memiliki kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor untuk mampu bekerja sesuai dengan yang dipelajarinya. Lulusan SMK harus
mampu bersaing secara kompetitif, sehingga dapat memasuki dunia kerja baik pada dunia
usaha maupun industri pada tingkat nasional, bahkan tidak menutup kemungkinan pada
tingkat internasional.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, I. dan Sanjaya, W. (1995). Media Pendidikan (Suatu Pengantar). Bandung : Pusat
           Pelayanan dan Pengembangan Media Pendidikan IKIP Bandung.
Arsyad, A. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Blank, W.E. (1982). Handbook For Developing Competency Based Training Programs. New
           Jersey : Prentice-Hall, Inc.
Block, J.H. (1971). Mastery learning : Theory and Practice. New York : Holt. Rinehart and
            Wiston. Inc.
Calhoun, C.C. dan Finch, A.V. (1982). Vocational Education : Concept and Operations.
California : Wads Worth Publishing Company.
Curtis, T.E. dan Bidwell, W.W. (1976). Curriculum and Instruction for Emerging
           Adolescents. New York : State University of New York at Albany.
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Program
           Keahlian Tata Busana. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kejuruan (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan
           Kejuruan di Indonesia : Membangun Manusia Produktif. Jakarta : Departemen
           Pendidikan Nasional.
------- (2003). Standar Kompetensi Nasional Bidang Keahlian Tata Busana. Jakarta :
           Departemen Pendidikan Nasional.
Djohar, A. (2003). Pengembangan Model Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah
           Menengah Kejuruan. Bandung : Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
           Indonesia.
Djojonegoro, W. (1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia : Melalui Sekolah
           Menengah Kejuruan. Jakarta.
Evarinayanti. (2002). Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training). Jakarta :
           Departemen Pendidikan Nasional.
Finch, C. dan Crunkilton, J.R. (1984). Curriculum Development in Vocational and Technical
Education : Planning,Content and Implementation. Boston : Allyn and Bacon, Inc.
Gronlund, N.E. (1977). Constructing Achievement Test. Englewood Ciffs : Prentice-Hall. Inc.
Hasan, S.H. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta : PPLPTK.
Ibrahim, R. dan Sukmadinata, N.S. (1996). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Indonesia Australia Partnership for Skills Development Program. (2001). Competency Based
         Training. West Java Institutional Development Project.

More Related Content

What's hot

Peranan dan Fungsi Pendidikan Teknik dan Vokasional
Peranan dan Fungsi Pendidikan Teknik dan VokasionalPeranan dan Fungsi Pendidikan Teknik dan Vokasional
Peranan dan Fungsi Pendidikan Teknik dan VokasionalSherly Jewinly
 
PERANAN DASAR PTV DALAM RBT BAGI MENJAMIN MASA HADAPAN PELAJAR-PELAJAR TERCICIR
PERANAN DASAR PTV DALAM RBT BAGI MENJAMIN MASA HADAPAN PELAJAR-PELAJAR TERCICIRPERANAN DASAR PTV DALAM RBT BAGI MENJAMIN MASA HADAPAN PELAJAR-PELAJAR TERCICIR
PERANAN DASAR PTV DALAM RBT BAGI MENJAMIN MASA HADAPAN PELAJAR-PELAJAR TERCICIRroyzamy
 
PENDIDIKAN DAN LATIHAN TEKNIK AL DAN VOKASIONAL (TVET) DAN IPGK TEKNIK DIPE...
PENDIDIKAN DAN LATIHAN  TEKNIK AL DAN VOKASIONAL  (TVET) DAN IPGK TEKNIK DIPE...PENDIDIKAN DAN LATIHAN  TEKNIK AL DAN VOKASIONAL  (TVET) DAN IPGK TEKNIK DIPE...
PENDIDIKAN DAN LATIHAN TEKNIK AL DAN VOKASIONAL (TVET) DAN IPGK TEKNIK DIPE...Mohamed Nazul Ismail
 
Transformasi pendidikan vokasional
Transformasi pendidikan vokasionalTransformasi pendidikan vokasional
Transformasi pendidikan vokasionalHayati Mustaffa
 
Kemahiran insaniah dan kepentingan penerapannya dalam program baktisiswa perd...
Kemahiran insaniah dan kepentingan penerapannya dalam program baktisiswa perd...Kemahiran insaniah dan kepentingan penerapannya dalam program baktisiswa perd...
Kemahiran insaniah dan kepentingan penerapannya dalam program baktisiswa perd...Alex King
 
Artikel multimedia dlm tvet
Artikel multimedia dlm tvetArtikel multimedia dlm tvet
Artikel multimedia dlm tvetSiti Hany
 
Pengalaman Guru, Kemampuan Guru, Tuntutan Pasar Kerja
Pengalaman Guru, Kemampuan Guru, Tuntutan Pasar KerjaPengalaman Guru, Kemampuan Guru, Tuntutan Pasar Kerja
Pengalaman Guru, Kemampuan Guru, Tuntutan Pasar KerjaJoe Adie
 
PENDIDIKAN VOKASIONAL DAN TEKNIK DAN KEPERLUAN GUNA TENAGA MAHIR
PENDIDIKAN VOKASIONAL DAN TEKNIK DAN KEPERLUAN GUNA TENAGA MAHIRPENDIDIKAN VOKASIONAL DAN TEKNIK DAN KEPERLUAN GUNA TENAGA MAHIR
PENDIDIKAN VOKASIONAL DAN TEKNIK DAN KEPERLUAN GUNA TENAGA MAHIRFazHani Faz
 
Jurnal pdp vol 4 no 2 m taufik vokasi
Jurnal pdp vol 4 no 2 m taufik vokasiJurnal pdp vol 4 no 2 m taufik vokasi
Jurnal pdp vol 4 no 2 m taufik vokasimoch_taufik
 
Pembelajaran di smk pesantren 29 maret 2014
Pembelajaran di smk pesantren 29 maret 2014Pembelajaran di smk pesantren 29 maret 2014
Pembelajaran di smk pesantren 29 maret 2014Kemdikbud
 

What's hot (20)

Teknik & vokasional
Teknik & vokasionalTeknik & vokasional
Teknik & vokasional
 
Peranan dan Fungsi Pendidikan Teknik dan Vokasional
Peranan dan Fungsi Pendidikan Teknik dan VokasionalPeranan dan Fungsi Pendidikan Teknik dan Vokasional
Peranan dan Fungsi Pendidikan Teknik dan Vokasional
 
PERANAN DASAR PTV DALAM RBT BAGI MENJAMIN MASA HADAPAN PELAJAR-PELAJAR TERCICIR
PERANAN DASAR PTV DALAM RBT BAGI MENJAMIN MASA HADAPAN PELAJAR-PELAJAR TERCICIRPERANAN DASAR PTV DALAM RBT BAGI MENJAMIN MASA HADAPAN PELAJAR-PELAJAR TERCICIR
PERANAN DASAR PTV DALAM RBT BAGI MENJAMIN MASA HADAPAN PELAJAR-PELAJAR TERCICIR
 
Hawati
HawatiHawati
Hawati
 
PENDIDIKAN DAN LATIHAN TEKNIK AL DAN VOKASIONAL (TVET) DAN IPGK TEKNIK DIPE...
PENDIDIKAN DAN LATIHAN  TEKNIK AL DAN VOKASIONAL  (TVET) DAN IPGK TEKNIK DIPE...PENDIDIKAN DAN LATIHAN  TEKNIK AL DAN VOKASIONAL  (TVET) DAN IPGK TEKNIK DIPE...
PENDIDIKAN DAN LATIHAN TEKNIK AL DAN VOKASIONAL (TVET) DAN IPGK TEKNIK DIPE...
 
Pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruanPendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan
 
Kolej vokasional
Kolej vokasionalKolej vokasional
Kolej vokasional
 
Tvet di msia
Tvet di msiaTvet di msia
Tvet di msia
 
Tugas 4 ptk
Tugas 4 ptkTugas 4 ptk
Tugas 4 ptk
 
DDKA
DDKADDKA
DDKA
 
Transformasi pendidikan vokasional
Transformasi pendidikan vokasionalTransformasi pendidikan vokasional
Transformasi pendidikan vokasional
 
Kemahiran insaniah dan kepentingan penerapannya dalam program baktisiswa perd...
Kemahiran insaniah dan kepentingan penerapannya dalam program baktisiswa perd...Kemahiran insaniah dan kepentingan penerapannya dalam program baktisiswa perd...
Kemahiran insaniah dan kepentingan penerapannya dalam program baktisiswa perd...
 
Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasiPendidikan vokasi
Pendidikan vokasi
 
Artikel multimedia dlm tvet
Artikel multimedia dlm tvetArtikel multimedia dlm tvet
Artikel multimedia dlm tvet
 
Pengalaman Guru, Kemampuan Guru, Tuntutan Pasar Kerja
Pengalaman Guru, Kemampuan Guru, Tuntutan Pasar KerjaPengalaman Guru, Kemampuan Guru, Tuntutan Pasar Kerja
Pengalaman Guru, Kemampuan Guru, Tuntutan Pasar Kerja
 
PENDIDIKAN VOKASIONAL DAN TEKNIK DAN KEPERLUAN GUNA TENAGA MAHIR
PENDIDIKAN VOKASIONAL DAN TEKNIK DAN KEPERLUAN GUNA TENAGA MAHIRPENDIDIKAN VOKASIONAL DAN TEKNIK DAN KEPERLUAN GUNA TENAGA MAHIR
PENDIDIKAN VOKASIONAL DAN TEKNIK DAN KEPERLUAN GUNA TENAGA MAHIR
 
19 laporan_pkl__
 19 laporan_pkl__ 19 laporan_pkl__
19 laporan_pkl__
 
Jurnal pdp vol 4 no 2 m taufik vokasi
Jurnal pdp vol 4 no 2 m taufik vokasiJurnal pdp vol 4 no 2 m taufik vokasi
Jurnal pdp vol 4 no 2 m taufik vokasi
 
Pembelajaran di smk pesantren 29 maret 2014
Pembelajaran di smk pesantren 29 maret 2014Pembelajaran di smk pesantren 29 maret 2014
Pembelajaran di smk pesantren 29 maret 2014
 
Maklumat kolej vokasional
Maklumat kolej vokasionalMaklumat kolej vokasional
Maklumat kolej vokasional
 

Viewers also liked

Proposal PTK richy maryadi 5215083397
Proposal PTK richy maryadi 5215083397Proposal PTK richy maryadi 5215083397
Proposal PTK richy maryadi 5215083397richimaryadi
 
Proposal skripsi ade_permana
Proposal skripsi ade_permanaProposal skripsi ade_permana
Proposal skripsi ade_permanaAde Permana
 
Tugas 2 metlit ade permana (analisis metode & kajian teori jurnal ptk)
Tugas 2 metlit ade permana (analisis metode & kajian teori jurnal ptk)Tugas 2 metlit ade permana (analisis metode & kajian teori jurnal ptk)
Tugas 2 metlit ade permana (analisis metode & kajian teori jurnal ptk)Ade Permana
 
Tugas jurnal skripsi
Tugas jurnal skripsiTugas jurnal skripsi
Tugas jurnal skripsirichimaryadi
 
Jurnal skripsi ptk (editor ade permana)
Jurnal skripsi ptk (editor ade permana)Jurnal skripsi ptk (editor ade permana)
Jurnal skripsi ptk (editor ade permana)Ade Permana
 

Viewers also liked (6)

Proposal PTK richy maryadi 5215083397
Proposal PTK richy maryadi 5215083397Proposal PTK richy maryadi 5215083397
Proposal PTK richy maryadi 5215083397
 
Proposal skripsi ade_permana
Proposal skripsi ade_permanaProposal skripsi ade_permana
Proposal skripsi ade_permana
 
Tugas 2 metlit ade permana (analisis metode & kajian teori jurnal ptk)
Tugas 2 metlit ade permana (analisis metode & kajian teori jurnal ptk)Tugas 2 metlit ade permana (analisis metode & kajian teori jurnal ptk)
Tugas 2 metlit ade permana (analisis metode & kajian teori jurnal ptk)
 
Tugas 2 metlit
Tugas 2 metlitTugas 2 metlit
Tugas 2 metlit
 
Tugas jurnal skripsi
Tugas jurnal skripsiTugas jurnal skripsi
Tugas jurnal skripsi
 
Jurnal skripsi ptk (editor ade permana)
Jurnal skripsi ptk (editor ade permana)Jurnal skripsi ptk (editor ade permana)
Jurnal skripsi ptk (editor ade permana)
 

Similar to Proposal ptk jacka aditama 5215083403

Tugas ilmu pendidikan(vokasi nonformal)-mys
Tugas ilmu pendidikan(vokasi nonformal)-mysTugas ilmu pendidikan(vokasi nonformal)-mys
Tugas ilmu pendidikan(vokasi nonformal)-mysMitha Ye Es
 
Lampiran I Permendikbud No 58 Tahun 2014
Lampiran I Permendikbud No 58 Tahun 2014Lampiran I Permendikbud No 58 Tahun 2014
Lampiran I Permendikbud No 58 Tahun 2014Guss No
 
Materi Pertemuan 11 - MODEL-MODEL KURIKULUM, Kurikulum kompetensi.pptx
Materi Pertemuan 11 - MODEL-MODEL KURIKULUM, Kurikulum kompetensi.pptxMateri Pertemuan 11 - MODEL-MODEL KURIKULUM, Kurikulum kompetensi.pptx
Materi Pertemuan 11 - MODEL-MODEL KURIKULUM, Kurikulum kompetensi.pptxPetrusAdiyelsonNikoN
 
Ade irmansyah ii a pe
Ade irmansyah ii a peAde irmansyah ii a pe
Ade irmansyah ii a pemakmum
 
Ade irmansyah ii a pe
Ade irmansyah ii a peAde irmansyah ii a pe
Ade irmansyah ii a pemakmum
 
Ktsp 2013 tkr smk al falah
Ktsp 2013 tkr smk al falahKtsp 2013 tkr smk al falah
Ktsp 2013 tkr smk al falahSmkn1yembun
 
Lampiran i permen nomor 57 tahun 2014 a
Lampiran i permen nomor 57 tahun 2014 aLampiran i permen nomor 57 tahun 2014 a
Lampiran i permen nomor 57 tahun 2014 aKKGPAI KAB. BANGKALAN
 
Kewenangan penyelenggaraan pendidikan di indonesia
Kewenangan penyelenggaraan pendidikan di indonesiaKewenangan penyelenggaraan pendidikan di indonesia
Kewenangan penyelenggaraan pendidikan di indonesiaChaing Saing
 
Metodologi penelitian
Metodologi penelitianMetodologi penelitian
Metodologi penelitianfabaeza
 
07. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-69-th-2013-ttg-kurikulum-sma-ma
07. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-69-th-2013-ttg-kurikulum-sma-ma07. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-69-th-2013-ttg-kurikulum-sma-ma
07. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-69-th-2013-ttg-kurikulum-sma-madimas hartono
 
04. b. salinan lampiran permendikbud no. 69 th 2013 ttg kurikulum sma ma
04. b. salinan lampiran permendikbud no. 69 th 2013 ttg kurikulum sma ma04. b. salinan lampiran permendikbud no. 69 th 2013 ttg kurikulum sma ma
04. b. salinan lampiran permendikbud no. 69 th 2013 ttg kurikulum sma maMadrasah Aliyah Citra Cendekia
 
Ktsp terdiri atas dua dokumen
Ktsp terdiri atas dua dokumenKtsp terdiri atas dua dokumen
Ktsp terdiri atas dua dokumen33335
 
Materi Struktur Kurma.pptx
Materi Struktur Kurma.pptxMateri Struktur Kurma.pptx
Materi Struktur Kurma.pptxJumairRisa
 
FILSAFAT PENDIDIKAN KEJURUAN PROGRAM COE SMK.pptx
FILSAFAT PENDIDIKAN KEJURUAN PROGRAM COE SMK.pptxFILSAFAT PENDIDIKAN KEJURUAN PROGRAM COE SMK.pptx
FILSAFAT PENDIDIKAN KEJURUAN PROGRAM COE SMK.pptxdiana62140
 
Permen tahun2013 nomor67_lampiran
 Permen tahun2013 nomor67_lampiran Permen tahun2013 nomor67_lampiran
Permen tahun2013 nomor67_lampiransujiman ae
 
05. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 67 th 2013 ttg Kurikulum SD.pdf
05. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 67 th 2013 ttg Kurikulum SD.pdf05. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 67 th 2013 ttg Kurikulum SD.pdf
05. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 67 th 2013 ttg Kurikulum SD.pdfmarufahsyafii
 

Similar to Proposal ptk jacka aditama 5215083403 (20)

Tugas ilmu pendidikan(vokasi nonformal)-mys
Tugas ilmu pendidikan(vokasi nonformal)-mysTugas ilmu pendidikan(vokasi nonformal)-mys
Tugas ilmu pendidikan(vokasi nonformal)-mys
 
Lampiran I permen nomor 59 th 2014 a
Lampiran I permen nomor 59 th 2014 aLampiran I permen nomor 59 th 2014 a
Lampiran I permen nomor 59 th 2014 a
 
Lampiran I Permendikbud No 58 Tahun 2014
Lampiran I Permendikbud No 58 Tahun 2014Lampiran I Permendikbud No 58 Tahun 2014
Lampiran I Permendikbud No 58 Tahun 2014
 
Materi Pertemuan 11 - MODEL-MODEL KURIKULUM, Kurikulum kompetensi.pptx
Materi Pertemuan 11 - MODEL-MODEL KURIKULUM, Kurikulum kompetensi.pptxMateri Pertemuan 11 - MODEL-MODEL KURIKULUM, Kurikulum kompetensi.pptx
Materi Pertemuan 11 - MODEL-MODEL KURIKULUM, Kurikulum kompetensi.pptx
 
Ade irmansyah ii a pe
Ade irmansyah ii a peAde irmansyah ii a pe
Ade irmansyah ii a pe
 
Ade irmansyah ii a pe
Ade irmansyah ii a peAde irmansyah ii a pe
Ade irmansyah ii a pe
 
Bab 1 05504241016
Bab 1  05504241016Bab 1  05504241016
Bab 1 05504241016
 
Bab 1 05504241016
Bab 1  05504241016Bab 1  05504241016
Bab 1 05504241016
 
Ktsp 2013 tkr smk al falah
Ktsp 2013 tkr smk al falahKtsp 2013 tkr smk al falah
Ktsp 2013 tkr smk al falah
 
Lampiran i permen nomor 57 tahun 2014 a
Lampiran i permen nomor 57 tahun 2014 aLampiran i permen nomor 57 tahun 2014 a
Lampiran i permen nomor 57 tahun 2014 a
 
Kewenangan penyelenggaraan pendidikan di indonesia
Kewenangan penyelenggaraan pendidikan di indonesiaKewenangan penyelenggaraan pendidikan di indonesia
Kewenangan penyelenggaraan pendidikan di indonesia
 
Metodologi penelitian
Metodologi penelitianMetodologi penelitian
Metodologi penelitian
 
07. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-69-th-2013-ttg-kurikulum-sma-ma
07. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-69-th-2013-ttg-kurikulum-sma-ma07. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-69-th-2013-ttg-kurikulum-sma-ma
07. b.-salinan-lampiran-permendikbud-no.-69-th-2013-ttg-kurikulum-sma-ma
 
04. b. salinan lampiran permendikbud no. 69 th 2013 ttg kurikulum sma ma
04. b. salinan lampiran permendikbud no. 69 th 2013 ttg kurikulum sma ma04. b. salinan lampiran permendikbud no. 69 th 2013 ttg kurikulum sma ma
04. b. salinan lampiran permendikbud no. 69 th 2013 ttg kurikulum sma ma
 
Kepemimpinan
KepemimpinanKepemimpinan
Kepemimpinan
 
Ktsp terdiri atas dua dokumen
Ktsp terdiri atas dua dokumenKtsp terdiri atas dua dokumen
Ktsp terdiri atas dua dokumen
 
Materi Struktur Kurma.pptx
Materi Struktur Kurma.pptxMateri Struktur Kurma.pptx
Materi Struktur Kurma.pptx
 
FILSAFAT PENDIDIKAN KEJURUAN PROGRAM COE SMK.pptx
FILSAFAT PENDIDIKAN KEJURUAN PROGRAM COE SMK.pptxFILSAFAT PENDIDIKAN KEJURUAN PROGRAM COE SMK.pptx
FILSAFAT PENDIDIKAN KEJURUAN PROGRAM COE SMK.pptx
 
Permen tahun2013 nomor67_lampiran
 Permen tahun2013 nomor67_lampiran Permen tahun2013 nomor67_lampiran
Permen tahun2013 nomor67_lampiran
 
05. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 67 th 2013 ttg Kurikulum SD.pdf
05. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 67 th 2013 ttg Kurikulum SD.pdf05. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 67 th 2013 ttg Kurikulum SD.pdf
05. B. Salinan Lampiran Permendikbud No. 67 th 2013 ttg Kurikulum SD.pdf
 

Proposal ptk jacka aditama 5215083403

  • 1. LANDASAN PTK KARAKTERISTIK DAN TUNTUTAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN TUGAS INDIVIDU Diajukan untuk memenuhi tugas Individu Pada Mata Kuliah Metode Penelitian Universitas Negeri Jakarta Disusun Oleh : Jacka Aditama H 5215083403 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Program Studi Pend. Teknik Elektro UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
  • 2. BAB I PENDAHULUAN Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yang ditandai dengan gencarnya inovasi teknologi, sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan yang selaras dengan tuntutan dunia kerja. Pendidikan harus mencerminkan proses memanusiakan manusia dalam arti mengaktualisasikan semua potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat luas. Hari Sudrajat (2003) mengemukakan bahwa : “Muara dari suatu proses pendidikan, apakah itu pendidikan yang bersifat akademik ataupun pendidikan kejuruan adalah dunia kerja, baik sektor formal maupun sektor non formal”. Tingkat keberhasilan pembangunan nasional Indonesia di segala bidang akan sangat bergantung pada sumber daya manusia sebagai aset bangsa dalam mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh sumber daya manusia yang dimiliki. Upaya tersebut dapat dilakukan dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal. Salah satu lembaga pada jalur pendidikan formal yang menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di dunia kerja, diantaranya melalui jalur pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia diantaranya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap profesional di bidang kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan, diharapkan menjadi individu yang produktif yang mampu bekerja menjadi tenaga kerja menengah dan memiliki kesiapan untuk menghadapi persaingan kerja. Kehadiran SMK sekarang ini semakin didambakan masyarakat; khususnya masyarakat yang berkecimpung langsung dalam dunia kerja. Dengan catatan, bahwa lulusan pendidikan kejuruan memang mempunyai kualifikasi sebagai (calon) tenaga kerja yang memiliki keterampilan vokasional tertentu sesuai dengan bidang keahliannya.
  • 3. Gambaran tentang kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang disarikan dari Finch dan Crunkilton (1979), bahwa : “Kualitas pendidikan kejuruan menerapkan ukuran ganda, yaitu kualitas menurut ukuran sekolah atau in-school success standards dan kualitas menurut ukuran masyarakat atau out-of school success standards”. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan peserta didik dalam memenuhi tuntutan kurikuler yang telah diorientasikan pada tuntutan dunia kerja, sedangkan kriteria kedua, meliputi keberhasilan peserta didik yang tertampilkan pada kemampuan unjuk kerja sesuai dengan standar kompetensi nasional ataupun internasional setelah mereka berada di lapangan kerja yang sebenarnya. Upaya untuk mencapai kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja tersebut, perlu didasari dengan kurikulum yang dirancang dan dikembangkan dengan prinsip kesesuaian dengan kebutuhan stakeholders. Kurikulum pendidikan kejuruan secara spesifik memiliki karakter yang mengarah kepada pembentukan kecakapan lulusan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan tertentu. Kecakapan tersebut telah diakomodasi dalam kurikulum SMK yang meliputi kelompok Normatif, Adaptif dan kelompok Produktif. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang dimulai dari berpikir mengenai ide kurikulum sampai bagaimana pelaksanaannya di sekolah. Hasan (1988) mengungkapkan bahwa, aspek-aspek dalam prosedur pengembangan kurikulum merupakan aspek-aspek kegiatan kurikulum yang terdiri atas empat dimensi yang saling berhubungan satu terhadap yang lain, yaitu : (1) Kurikulum sebagai suatu ide atau konsepsi, (2) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, (3) Kurikulum sebagai suatu kegiatan (proses) dan (4) Kurikulum sebagai suatu hasil belajar. Kurikulum yang diimplementasikan di SMK saat ini, khusus untuk kelompok produktif masih menggunakan kurikulum tahun 2004, sedangkan untuk kelompok normatif dan adaptif sudah menggunakan model pengelolaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006. Pada tataran implementasi kurikulum ini menuntut kreativitas guru di dalam memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan kompetensi peserta didik, karena betapapun baiknya kurikulum yang telah direncanakan pada akhirnya berhasil atau tidaknya sangat tergantung pada sentuhan aktivitas dan kreativitas guru sebagai ujung tombak implementasi suatu kurikulum.
  • 4. Pendidikan dan pelatihan di SMK; khusnya pada program produktif yang sesuai dengan bidang keahlian, secara ideal dituntut untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik di dalam penguasaan kompetensi atau kemampuan kerja sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri. Pendekatan pembelajaran tersebut terdiri dari : Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training), Pelatihan Berbasis Produksi (Production Based Training) dan Pelatihan Berbasis Industri. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran ini diharapkan mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik di dalam penguasaan seluruh kompetensi yang harus dikuasai sesuai Standar Kompetensi Nasional, sehingga mereka mampu mengikuti uji level pada setiap akhir semester untuk Kelas X dan XI serta uji kompetensi untuk kelas XII yang dilaksanakan oleh pihak industri sebagai inatitusi pasangan.
  • 5. BAB II KARAKTERISTIK DAN TUNTUTAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN A. Karakteristik Pendidikan Kejuruan Pendidikan kejuruan memiliki karakteristik yang berbeda dengan satuan pendidikan lainnya. Perbedaan tersebut dapat dikaji dari tujuan pendidikan, substansi pelajaran, tuntutan pendidikan dan lulusannya. 1. Tujuan pendidikan kejuruan Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Dari tujuan pendidikan kejuruan tersebut mengandung makna bahwa pendidikan kejuruan di samping menyiapkan tenaga kerja yang profesional juga mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan program kejuruan atau bidang keahlian. Berdasarkan pada tujuan pendidikan kejuruan di atas, maka untuk memahami filosofi pendidikan kejuruan perlu dikaji dari landasan penyelenggaraan pendidikan kejuruan sebagai berikut : a. Asumsi tentang anak didik Pendidikan kejuruan harus memandang anak didik sebagai individu yang selalu dalam proses untuk mengembangkan pribadi dan segenap potensi yang dimilikinya. Pengembangan ini menyangkut proses yang terjadi pada diri anak didik, seperti proses menjadi lebih dewasa, menjadi lebih pandai, menjadi lebih matang, yang menyangkut proses perubahan akibat pengaruh eksternal, antara lain berubahnya karir atau pekerjaan akibat perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Pendidikan kejuruan merupakan upaya menyediakan stimulus berupa pengalaman belajar untuk membantu mereka dalam mengembangkan diri dan potensinya. Oleh karena itu, keunikan tiap individu dalam berinteraksi dengan dunia luar melalui pengalaman belajar merupakan upaya terintegrasi guna menunjang proses perkembangan diri anak didik secara optimal. Kondisi ini tertampilkan dalam prinsip pendidikan kejuruan “learning by doing”, dengan kurikulum yang berorientasi pada dunia kerja.
  • 6. b. Konteks sosial pendidikan kejuruan Tujuan dan isi pendidikan kejuruan senantiasa dibentuk oleh kebutuhan masyarakat yang berubah begitu pesat, sekaligus juga harus berperan aktif dalam ikut serta menentukan tingkat dan arah perubahan masyarakat dalam bidang kejuruannya tersebut. Pendidikan kejuruan berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat, melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan organisasi, pembagian peran atau tugas, dan perilaku yang berkaitan dengan pemilihan, perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial yang kedua, berupa pendidikan dengan fungsi gandanya sebagai media pelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya perubahan sosial. c. Dimensi ekonomi pendidikan kejuruan Hubungan dimensi ekonomi dengan pendidikan kejuruan secara konseptual dapat dijelaskan dari kerangka investasi dan nilai balikan (value of return) dari hasil pendidikan kejuruan. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta maupun pemerintah semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi investasi lebih besar daripada pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan seharusnya memiliki peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan dengan pendidikan umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas pekerjaan maupun pengembangan karir peserta didik. Pendidikan kejuruan merupakan upaya mewujudkan peserta didik menjadi manusia produktif, untuk mengisi kebutuhan terhadap peran-peran yang berkaitan dengan peningkatan nilai tambah ekonomi masyarakat. Dalam kerangka ini, dapat dikatakan bahwa lulusan pendidikan kejuruan seharusnya memiliki nilai ekonomi lebih cepat dibandingkan pendidikan umum. d. Konteks Ketenagakerjaan Pendidikan Kejuruan Pendidikan kejuruan harus lebih memfokuskan usahanya pada komponen pendidikan dan pelatihan yang mampu mengembangkan potensi manusia secara optimal. Meskipun pada dasarnya hubungan antara pendidikan kejuruan dan kebijakan ketenagakerjaan adalah hubungan yang didasari oleh kepentingan
  • 7. ekonomis, tetapi harus selalu diingat bahwa hubungan penyelenggraan pendidikan kejuruan tidak semata-mata ditentukan oleh kepentingan ekonomi. Dalam konteks ini diartikan bahwa pendidikan kejuruan, dengan dalih kepentingan ekonomi, tidak seharusnya hanya mendidik anak didik dengan seperangkat skill atau kemampuan spesifik untuk pekerjaan tertentu saja, karena keadaan ini tidak memperhatikan anak didik sebagai suatu totalitas. Mengembangkan kemampuan spesifik secara terpisah dari totalitas pribadi anak didik, berarti memberikan bekal yang sangat terbatas bagi masa depannya sebagai tenaga kerja. 2. Peserta didik Peserta didik pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lebih dikhususkan bagi anak yang berkeinginan memiliki kemampuan vokatif. Harapan mereka setelah lulus dapat langsung bekerja atau melanjutkan ke perguruan tinggi dengan mengambil bidang profesional atau bidang akademik. Usia peserta didik secara umum pada rentang 15/16 – 18/19 tahun, atau peserta didik berada pada masa remaja. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dengan dewasa. Pada masa ini biasanya terjadi gejolak atau kemelut yang berkenaan dengan segi afektif, sosial, intelektual dan moral. Kondisi ini terjadi karena adanya perubahan-perubahan baik fisik maupun psikis yang sangat cepat yang mengganggu kestabilan kepribadian anak. Oleh karena itu, di dalam merancang pembelajaran bagi anak yang berusia remaja ini seyogianya memperhatikan tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan para remaja. Beberapa tugas perkembangan remaja yang disarikan dari Sukmadinata (2001), yaitu : a. Mampu menjalin hubungan yang lebih matang dengan sebaya dan jenis kelamin lain. Belajar bekerja dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu, bisa melepaskan perasaan pribadi dan mampu memimpin tanpa mendominasi. b. Mampu melakukan peran-peran sosial sebagai laki-laki dan wanita. Mampu menghargai, menerima dan melakukan peran-peran sosial sebagai laki-laki dan wanita dewasa. c. Menerima kondisi jasmaninya dan dapat menggunakannya secara efektif. Remaja dituntut untuk menyenangi dan menerima dengan wajar kondisi badannya, dapat menghargai atau menghormati kondisi badan orang lain, dapat memelihara dan menjaga kondisi badannya. d. Memiliki keberdirisendirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Remaja diharapkan telah lepas dari ketergantungan sebagai kanak-kanak dari orang
  • 8. tuanya, dapat menyayangi orang tua, menghargai orang tua atau orang dewasa lainnya tanpa tergantung pada mereka. e. Memiliki perasaan mampu berdiri sendiri dalam bidang ekonomi. Terutama pada anak laki-laki, kemudian berangsur-angsur pula tumbuh pada anak wanita, perasaan mampu untuk mencari nafkah sendiri. f. Mampu memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan. Anak telah mampu membuat perencanaan karir, memilih pekerjaan yang cocok dan mampu ia kerjakan, membuat persiapan-persiapan yang sesuai. g. Belajar mempersiapkan diri untuk perkawinan dan hidup berkeluarga. Memiliki sikap yang positif terhadap hidup berkeluarga dan punya anak. h. Mengembangkan konsep-konsep dan keterampilan intelektual untuk hidup bermasyarakat. Mengembangkan konsep-konsep tentang hukum, pemerintahan, ekonomi, politik, institusi sosial yang cocok bagi kehidupan modern, mengembangkan keterampilan berpikir dan berbahasa untuk dapat memecahkan problema-problema masyarakat modern. i. Memiliki perilaku sosial seperti yang diharapkan masyarakat. Dapat berpartisipasi dengan rasa tanggung jawab bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. j. Memiliki seperangkat nilai yang menjadi pedoman bagi perbuatannya. Telah memiliki seperangkat nilai yang bisa diterapkan dalam kehidupan, ada kemauan dan usaha untuk merealisasikannya. 3. Substansi pendidikan kejuruan Substansi dari pendidikan kejuruan harus menampilkan karakteristik pendidikan kejuruan yang tercermin dalam aspek-aspek yang erat dengan perencanaan kurikulum, yaitu : a. Orientasi (Orientation) Kurikulum pendidikan kejuruan telah berorientasi pada proses dan hasil atau lulusan. Keberhasilan utama kurikulum pendidikan kejuruan tidak hanya diukur dengan keberhasilan pendidikan peserta didik di sekolah saja, tetapi juga dengan hasil prestasi kerja dalam dunia kerja. Finch dan Crunkilton (1984 : 12) mengemukakan bahwa : Kurikulum pendidikan kejuruan berorientasi terhadap proses (pengalaman dan aktivitas dalam lingkungan sekolah) dan hasil (pengaruh pengalaman dan aktivitas tersebut pada peserta didik).
  • 9. b. Dasar kebenaran/Justifikasi (Justification) Pengembangan program pendidikan kejuruan perlu adanya alasan atau justifikasi yang jelas. Justifikasi untuk program pendidikan kejuruan adalah adanya kebutuhan nyata tenaga kerja di lapangan kerja atau di dunia usaha dan industri. Dasar kebenaran/justifikasi pendidikan kejuruan menurut Finch dan Crunkilton (1984 : 12), meluas hingga lingkungan sekolah dan masyarakat. Ketika kurikulum berorientasi pada peserta didik, maka dukungan bagi kurikulum tersebut berasal dari peluang kerja yang tersedia bagi para lulusan. c. Fokus (Focus) Fokus kurikulum dalam pendidikan kejuruan tidak terlepas pada pengembangan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu, tetapi harus secara simultan mempersiapkan peserta didik yang produktif. Finch dan Crunkilton (1984 : 13) mengemukakan bahwa : Kurikulum pendidikan kejuruan berhubungan langsung dengan membantu siswa untuk mengembangkan suatu tingkat pengetahuan, keahlian, sikap dan nilai yang luas. Setiap aspek tersebut akhirnya bertambah dalam beberapa kemampuan kerja lulusan. Lingkungan belajar pendidikan kejuruan mengupayakan di dalam mengembangkan pengetahuan peserta didik, keahlian meniru, sikap dan nilai serta penggabungan aspek-aspek tersebut dan aplikasinya bagi lingkkungan kerja yang sebenarnya. Seluruh kemampuan tersebut di atas, dapat dikuasai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar yang diberikan, yaitu berupa rangsangan yang diaplikasikan baik pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses belajar mengajar di sekolah maupun situasi kerja yang sebenarnya pada dunia usaha atau industri (pembelajaran di dunia kerja). Dari hasil belajar atau kemampuan yang telah dikuasai diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan diri peserta didik, sehingga mereka mampu bekerja sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri. d. Standar keberhasilan di sekolah (In-school success standards) Kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan diukur dari keberhasilan peserta didik di sekolah, mengenai beberapa aspek yang akan dia masuki. Penilaian keberhasilan pada peserta didik di sekolah harus pada penilaian sebenarnya atau kemampuan melakukan suatu pekerjaan. Dengan kata lain bahwa
  • 10. dalam standar keberhasilan sekolah harus berhubungan erat dengan keberhasilan yang diharapkan dalam pekerjaan, dengan kriteria yang digunakan oleh guru dengan mengacu pada standar atau prosedur kerja yang telah ditentukan oleh dunia kerja (dunia usaha dan dunia industri). e. Standar keberhasilan di luar sekolah (Out-of school success standards) Penentu keberhasilan tidak terbatas pada apa yang terjadi di lingkungan sekolah. Standar keberhasilan di luar sekolah berkaitan dengan pekerjaan atau kemampuan kerja yang biasanya dilakukan oleh dunia usaha atau dunia industri. Menurut Starr (1975), bahwa : Walaupun standar keberhasilan beragam antar sekolah dan antar Negara, tetapi keberhasilan tersebut seringkali mengambil bentuk kepuasan pegawai dengan keahlian lulusan, suatu persentase tinggi lulusan yang mendapatkan pekerjaan di bidang persiapan atau dalam bidang yang berhubungan, kepuasan kerja lulusan, kemajuan yang dialami lulusan. Sebagai contoh, untuk menentukan keberhasilan di luar sekolah yang sudah dilakukan pada SMK adalah dengan dilaksanakannya uji level untuk kelas X dan XI, serta uji, kompetensi untuk kelas XII yang dilakukan oleh dunia usaha atau industri berdasarkan standar kompetensi nasional sesuai bidang keahlian. Standar kelulusan di luar sekolah (out-of school success standards) dilakukan oleh dunia usaha dan industri yang mengacu pada standar kompetensi sesuai bidang keahlian atau produk yang dihasilkan oleh masing-masing industri. f. Hubungan kerja sama dengan masyarakat (School-community relationships) Suatu usaha pendidikan harus berhubungan dengan masyarakat, demikian pula dengan pendidikan kejuruan memiliki tanggung jawab di dalam mempertahankan hubungan yang kuat dengan berbagai bidang keahlian yang berkembang di masyarakat. Pengertian msyarakat yang dimakasud adalah dunia usaha dan dunia industri. Penyelenggaraan pendidikan kejuruan harus relevan dengan tuntutan kerja pada dunia usaha atau industri, maka masalah hubungan antara lembaga pendidikan dengan dunia usaha atau industri merupakan suatu ciri karakteristik yang penting bagi pendidikan kejuruan. Perwujudan hubungan timbal balik berupa kesediaan dunia usaha atau industri, menampung peserta didik untuk mendapat kesempatan pengalaman belajar di lapangan kerja atau industri, merpakan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan.
  • 11. g. Keterlibatan pemerintah pusat (Federal involvement) Keterlibatan pemerintah pusat ini berkaitan dengan dana pendidikan yang akan dialokasikan, karena hal ini akan mempengaruhi kurikulum. Misalnya : Ketentuan jam pengajaran kejuruan tertentu dan jenis perlengkapan tertentu yang digunakan di bengkel atau laboratorium dapat membantu perkembangan suatu tingkat kualitas yang lebih tinggi. h. Kepekaan (Responsivenenss) Komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan kejuruan harus mempunyai ciri berupa kepekaan atau daya suai terhadap perkembangan masyarakat pada umumnya, dan dunia kerja pada khususnya. Perkembangan ilmu dan teknologi, inovasi dan penemuan-penemuan baru di bidang produksi dan jasa, besar pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan kejuruan. Untuk itulah pendidikan kejuruan harus bersifat responsif proaktif terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, dengan upaya lebih menekankan kepada sifat adaptabilitas dan fleksibilitas untuk menghadapi prospek karir peserta didik dalam jangka panjang. i. Logistik Kurikulum pendidikan kejuruan dalam implementasi kegiatan pembelajaran perlu didukung oleh fasilitas beajar yang memadai, karena untuk mewujudkan situasi belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif, diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik. Bengkel kerja dan laboratorium adalah kelengkapan utama dalam sekolah kejuruan yang harus ada sebagai fasilitas bagi peserta didik di dalam mengembangkan kemampuan kerja sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri. Kebutuhan untuk koordinasi program kejuruan yang bekerja sama dengan industri di masyarakat, berhubungan erat untuk menjalin dan mempertahankan pusat kerja bagi peserta didik menunjukkan suatu susunan unit permasalahan logistik. j. Pengeluaran (Expense) Pengeluaran rutin sebagai biaya pendidikan pada pendidikan kejuruan yang menunjang kegiatan pembelajaran, mencakup biaya listrik, air, pemeliharaan dan penggantian peralatan, biaya transportasi ke lokasi/industri (tempat praktek
  • 12. kerja/magang) yang jauh dari sekolah. Di samping itu, peralatan harus diperbaharui secara periodik juga guru berharap untuk memberikan pengalaman belajar yang sebenarnya bagi peserta didik sebagaimana layaknya di industri, maka ini bisa menjadi mahal. Yang terakhir yang juga harus menjadi perhatian adalah pembelian bahan habis sebagai bahan praktikum yang digunakan secara rutin sesuai dengan program keahlian yang dikembangkan pada SMK masing-masing. Dari uraian mengenai karakteristik pendidikan kejuruan yang disarikan dari Finch dan Crunkilton (1984) di atas, dapat dijadikan acuan di dalam pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan di Indonesia. Kurikulum pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indoneisa seyogianya mengacu pada karakteristik sebagai berikut : 1) Pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja. 2) Pendidikan kejuruan didasarkan atas kebutuhan dunia kerja 3) Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja. 4) Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan peserta didik harus pada “hands-on” atau performance dalam dunia kerja 5) Hubungan yang erat dengan dunia kerja merupakan kunci keberhasilan pendidikan kejuruan 6) Pendidikan kejuruan yang baik adalah responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi 7) Pendidikan kejuruan lebih ditekankan pada “learning by doing” 8) Pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktek sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri B. Tuntutan Perkembangan Pendidikan Kejuruan Perkembangan teknologi menuntut adanya perkembangan pula pada pendidikan kejuruan, karena saat ini tatanan kehidupan pada umumnya dan tatanan perekonomian pada khususnya sedang mengalami pergeseran paradigma ke arah global. Pergeseran ini akan membuka peluang kerja sama antar Negara semakin terbuka dan di sisi lain, persaingan antar Negara semakin ketat. Untuk meningkatkan kemampuan persaingan dalam perdagangan bebas, diperlukan serangkaian kekuatan daya saing yang tangguh, antara lain kemampuan manajemen, teknologi dan sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan sumber
  • 13. daya aktif yang dapat menentukan kelangsungan hidup dan kemenangan dalam persaingan suatu bangsa. Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam mewujudkan sumber daya manusia yang tangguh untuk menghadapi persaingan bebas. Termasuk pendidikan kejuruan yang menyiapkan peserta didik atau sumber daya manusia yang memiliki kemampuan kerja sebagai tenaga kerja menengah sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan dunia industri. Oleh karena itu sesuai dengan tuntutan perkembangan pendidikan kejuruan, maka perlu adanya pembaharuan pendidikan dan pelatihan kejuruan di SMK untuk masa depan. 1) Tuntutan peserta didik Pendidikan kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan peserta didik agar siap bekerja, baik bekerja secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada. SMK sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan dunia kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaannya, memiliki daya adaptasi dan daya saing yang tinggi. Atas dasar itu, pengembangan kurikulum dalam rangka penyempurnaan pendidikan menengah kejuruan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dunia kerja. Tuntutan peserta didik dan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja perlu dijadikan sumber pijakan di dalam merumuskan tujuan pendidikan kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan Pasal 15 UU SISDIKNAS, merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu, yang dirumuskan dalam tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut. Tujuan Umum : a) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa b) Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang berahlak mulia sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. c) Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami da menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia
  • 14. d) Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup, dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efisien. Tujuan Khusus : a) Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, maupun bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri sebagai tenaga tingkat kerja menengah, sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya. b) Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya. c) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi d) Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi sesuai dengan program keahlian yang dipilih. (Disarikan dari Kurikulum SMK Program Keahlian Tata Busana, 2004). 2. Tuntutan menjawab kebutuhan masyarakat Ditinjau dari perspektif perkembangan kebutuhan pembelajaran dan aksesibilitas duia usaha/industri, sekurang-kurangnya tiga dimensi pokok yang menjadi tantangan bagi SMK, baik dalam konteks regional maupun nasional, diantaranya : a. Implementasi program pendidikan dan pelatihan harus berfokus pada pendayagunaan potensi sumber daya lokal, sambil mengoptimalkan kerjasama secara intensif dengan institusi pasangan b. Pelaksanaan kurikulum harus berdasarkan pendekatan yang lebih fleksibel sesuai dengan trend perkembangan dan kemajuan teknologi agar kompetensi yang diperoleh peserta didik selama dan sesudah mengikuti program diklat, memiliki daya adaptasi yang tinggi c. Program pendidikan dan pelatihan sepenuhnya harus berorientasi mastery learning (belajar tuntas) dengan melibatkan peran aktif – partisipatif para stakeholders pendidikan, termasuk optimalisasi peran Pemerintah Daerah untuk merumuskan
  • 15. pemetaan kompetensi ketenaga kerjaan di daerahnya sebagai input bagi SMK dalam penyelenggaraan diklat berkelanjutan. Untuk mencari solusi dari tantangan tersebut di atas, SMK sebagai salah satu lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan kejuruan harus mampu memberikan layanan pendidikan terbaik kepada peserta didik walaupun kondisi fasilitasnya sangat beragam. Seperti diketahui, bahwa investasi dan pembiayaan operasional terbesar yang dilakukan oleh pemerintah dalam pendidikan kejuruan adalah pada sistem SMK. Dengan fenomena ini, apakah SMK masih diperlukan ? Pembukaan dan penutupan suatu SMK pada dasarnya sangat tergantung pada tuntutan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia di wilayah atau daerah setempat. Pembukaan institusi SMK baru sangat dimungkinkan jika terdapat tuntutan kebutuhan sumber daya manusia yang terkait dengan peran dan fungsi SMK. Sebagaimana yang dikemukakan Djojonegoro (1998), bahwa : “Secara teoritik pendidikan kejuruan sangat dipentingkan karena lebih dari 80 % tenaga kerja di lapangan kerja adalah tenaga kerja tingkat menengah ke bawah dan sisanya kurang dari 20 % bekerja pada lapisan atas. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan jelas merupakan hal penting”. Penutupan suatu institusi SMK hanya dimungkinkan jika secara hukum tidak dapat dipertahankan atau karena adanya tuntutan masyarakat yang sama sekali tidak dapat dipertahankan atau dihindari. Namun pada dasarnya, tidak ada alasan untuk menutup SMK selama institusi tersebut masih dapat menjalankan peran dan fungsi serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku. Upaya untuk mempertahan SMK yang dapat menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat, dalam hal ini SMK harus mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Dalam menjalankan peran dan fungsinya tersebut, maka pendidikan dan pelatihan di SMK perlu memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan kejuruan yang dikemukakan Prosses (Djojonegoro, 1998); sebagai berikut : a. Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja. b. Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja. c. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dia melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendri
  • 16. d. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dia dapat memampukan setiap individu memodali minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi e. Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya dapat diberikan kepada seseorang yang memerlukannya, yang menginginkannya dan yang dapat untung darinya f. Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berfkir yang benar diulangkan sehingga pas seperti yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya g. Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan h. Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut i. Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar (memperhatikan tanda- tanda pasar kerja) j. Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jika pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata k. Setiap okupasi mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya l. Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan memang paling efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan m. Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang digunakan dan hubungan pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik tersebut n. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika dia luwes dan mengalir daripada kaku dan terstandar o. Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.
  • 17. 3. Tuntutan pengelolaan pendidikan kejuruan Tuntutan pengelolaan pada pendidikan kejuruan harus sesuai dengan kebijakan link and match, yaitu perubahan dari pola lama yang cenderung berbentuk pendidikan demi pendidikan ke suatu yang lebih terang, jelas dan konkrit menjadi pendidikan kejuruan sebagai program pengembangan sumber daya manusia. Dimensi pembaharuan yang diturunkan dari kebijakan link and match, yaitu : a. Perubahan dari pendekatan Supply Driven ke Demand Driven Dengan deman driven ini mengharapkan dunia usaha dan dunia industri atau dunia kerja lebih berperan di dalam menentukan, mendorong dan menggerakkan pendidikan kejuruan, karena mereka adalah pihak yang lebih berkepentingan dari sudut kebutuhan tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya, dunia kerja ikut berperan serta karena proses pendidikan itu sendiri lebih dominan dalam menentukan kualitas tamatannya, serta dalam evaluasi hasil pendidikan itupun dunia kerja ikut menentukan supaya hasil pendidikan kejuruan itu terjamin dan terukur dengan ukuran dunia kerja. Sebagai salah satu bentuk penerapan prinsip demand driven, maka dalam pengembangan kurikulum SMK harus melakukan sinkronisasi kurikulum yng direalisasikan dalam program Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Dengan melakukan sinkronisasi kurikulum, penyelengaraan pembelajaran di SMK diupayakan sedekat mungkin dengan kebutuhan dan kondisi dunia kerja/industri, serta memiliki relevansi dan fleksibilitas tinggi dengan tuntutan lapangan. Melalui sinkronisasi kurikulum ini, diharapkan sekolah dapat membaca keahlian dan performansi apa yang dibutuhkan dunia usaha atau industri untuk dapat dimasuki oleh lulusan SMK. b. Perubahan dari pendidikan berbasis sekolah (School Based Program) ke sistem berbasis ganda (Dual Based Program) Perubahan dari pendidikan berbasis sekolah, ke pendidikan berbasis ganda sesuai dengan kebijakan link and match, mengharapkan supaya program pendidikan kejuruan itu dilaksanakan di dua tempat. Sebagian program pendidikan dilaksanakan di sekolah, yaitu teori dan praktek dasar kejuruan, dan sebagian lainnya dilaksanakan di dunia kerja, yaitu keterampilan produktif yang diperoleh melalui prinsip learning by doing. Pendidikan yang dilakukan melalui proses bekerja di dunia kerja akan memberikan pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai dunia kerja yang tidak mungkin atau sulit didapat di sekolah, antara lain pembentukan wawasan mutu, wawasan keunggulan, wawasan pasar, wawasan nilai tambah, dan pembentukan etos kerja.
  • 18. c. Perubahan dari model pengajaran yang mengajarkan mata-mata pelajaran ke model pengajaran berbasis kompetensi Perubahan ke model pengajaran ke berbasis kompetensi, bermaksud menuntun proses pengajaran secara langsung berorientasi pada kompetensi atau satuan-satuan kemampuan. Pengajaran berbasis kompetensi ini sekaligus memerlukan perubahan kemasan kurikulum kejuruan ke dalam kemasan berbentuk paket-paket kompetensi. d. Perubahan dari program dasar yang sempit (Narrow Based) ke program dasar yang mendasar, kuat dan luas (Broad Based) Kebijakan link and match menuntut adanya pembaharuan, mengarah kepada pembentukan dasar yang mendasar, kuat dan lebih luas. Sistem baru yang berwawasan sumberdaya manusia, berwawasan mutu dan keunggulan menganut prinsip, bahwa : tidak mungkin membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas dan yang memiliki keunggulan, kalau tidak diawali dengan pembentukan dasar yang kuat. Dalam rangka penguatan dasar ini, maka peserta didik perlu diberi bekal dasar yang berfungsi untuk membentuk keunggulan, sekaligus beradaptasi terhadap perkembangan IPTEK, dengan memperkuat penguasaan matematika, IPA, Bahasa Inggris dan Komputer. Sistem baru ini harus memberi dasar yang lebih luas tetapi kuat dan mendasar, yang memungkinkan seseorang tamatan SMK memiliki kemampuan menyesuaikan diri terhadap kemungkinan perubahan pekerjaan. e. Perubahan dari sistem pendidikan formal yang kaku, ke sistem yang luwes dan menganut prinsip multy entry, multy exit Dengan adanya perubahan dari supply driven ke demand driven, dari schools based program ke dual based program, dari model pengajaran mata pelajaran ke program berbasis kompetensi; diperlukan adanya keluwesan yang memungkinkan pelaksanaan praktek kerja industri dan pelaksanaan prinsip multy entry multy exit. Prinsip ini memungkinkan peserta didik SMK yang telah memiliki sejumlah satuan kemampuan tertentu (karena program pengajarannya berbasis kompetensi), mendapatkan kesempatan kerja di dunia kerja, maka peserta didik tersebut dimungkinkan meninggalkan sekolah. Dan kalau peserta didik tersebut ingin masuk
  • 19. sekolah kembali menyelesaikan program SMK nya, maka sekolah harus membuka diri menerimanya, dan bahkan menghargai dan mengakui keahlian yang diperoleh peserta didik yang bersangkutan dari pengalaman kerjanya. Di samping itu, sistem program berbasis ganda juga memerlukan pengaturan praktek kerja di industri sesuai dengan aturan kerja yang berlaku di industri yang tidak sama dengan aturan kalender belajar di sekolah. f. Perubahan dari sistem yang tidak mengakui keahlian yang telah diperoleh sebelumnya, ke sistem yang mengakui keahlian yang diperoleh dari mana dan dengan cara apapun kompetensi itu diperoleh (Recognition of prior learning) Sistem baru pendidikan kejuruan harus mampu memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap kompetensi yang dimiliki oleh seseorang. Sistem ini akan memotivasi banyak orang yang sudah memiliki kompetensi tertentu, misalnya dari pengalaman kerja, berusaha mendapatkan pengakuan sebagai bekal untuk pendidikan dan pelatihan berkelanjutan. Untuk ini SMK perlu menyiapkan diri sehingga memiliki instrument dan kemampuan menguji kompetensi seseorang darimana dan dengan cara apapun kompetensi it didapatkan. g. Perubahan dari pemisahan antara pendidikan dengan pelatihan kejuruan, ke sistem baru yang mengintegrasikan pendidikan dan pelatihan kejuruan secara terpadu Program baru pendidikan yang mengemas pendidikannya dalam bentuk paket-paket kompetensi kejuruan, akan memudahkan pengakuan dan penghargaan terhadap program pelatihan kejuruan dan program pendidikan kejuruan. Sistem baru ini memerlukan standarisasi kompetensi, dan kompetensi yang terstandar itu bisa dicapai melalui program pendidikan, program pelatihan atau bahkan dengan pengalaman kerja yang ditunjang dengan inisiatif belajar sendiri. h. Perubahan dari sistem terminal ke sistem berkelanjutan Sistem baru tetap mengharapkan dan mengutamakan tamatan SMK langsung bekerja, agar segera menjadi tenaga produktif, dapat memberi return atas investasi SMK. Sistem baru juga mengakui banyak tamatan SMK yang potensial, dan potensi keahlian kejuruannya akan lebih berkembang lagi setelah bekerja. Terhadap mereka ini diberi peluang untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (misalnya program Diploma), melalui suatu proses artikulasi yang mengakui
  • 20. dan menghargai kompetensi yang diperoleh dari SMK dan dari pengalaman kerja sebelumnya. Untuk mendapatkan sistem artikulasi yang efisien diperlukan “program antara” (bridging program) guna memantapkan kemampuan dasar tamatan SMK yang suda berpengalaman kerja, supaya siap melanjutkan ke program pendidikan yang lebih tinggi. i. Perubahan dari manajemen terpusat ke pola manajemen mandiri (prinsip desentralisasi) Pola baru manajemen mandiri dimaksudkan memberi peluang kepada propinsi dan bahkan sekolah untuk menentukan kebijakan operasional, asal tetap mengacu kepada kebijakan nasional. Kebijakan nasioanl dibatasi pada hal-hal yang bersifat strategis supaya memberi peluang bagi para pelaksana di lapangan berimprovisasi dan melakukan inovasi. Proses pendewasaan SMK perlu ditekankan, untuk menumbuhkan rasa percaya diri sekolah melakukan apa yang baik menurut sekolah, dengan prinsip akuntabilitas (accountability) yang secara taat azas memberikan penghargaan kepada mereka yang pantas dihargai, dan menindak mereka yang pantas ditindak. j. Perubahan dari ketergantungan sepenuhnya dari pembiayaan pemerintah pusat, ke swadana dengan subsidi pemerintah pusat Sejalan dengan prinsip demand driven, dual based program, pendewasaan manajemen sekolah, dan pengembangan unit produksi sekolah, sistem baru diharapkan dapat mendorong pertumbuhan swadana pada SMK, dan posisi lokasi dana dari pemerintah pusat bersifat membantu atau subsidi. Sistem ini juga diharapkan mampu mendorong SMK berpikir dan berperilaku ekonomis.
  • 21. BAB III KESIMPULAN Dari seluruh kajian yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan dapat disimpulkan, bahwa pendidikan kejuruan dikembangkan berdasar pada tuntutan dunia kerja, yaitu dunia usaha dan dunia industri yang berkembang di masyarakat. Sebagai realisasi di dalam memenuhi tuntutan dunia kerja tersebut, maka dalam perancangan kurikulum pendidikan kejuruan mengacu pada karakteristik pendidikan kejuruan yang seharusnya. Pendidikan menengah kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan peserta didik agar siap bekerja, baik bekerja secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan dunia kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sumber daya mansia yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaannya, memiliki daya adaptasi dan daya saing yang tinggi. Atas dasar itu, pengembangan kurikulum dalam rangka penyempurnaan pendidikan menengah kejuruan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dunia kerja. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada perubahan tuntutan dunia kerja terhadap sumber daya manusia yang dibutuhkan, oleh karena itu pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan harus bisa mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik sesuai dengan standar kompetensi dan tuntutan dunia usaha dan dunia industri. Dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum SMK program keahlian Tata Busana, guru sebagai pelaksana kurikulum cenderung sulit di dalam melakukan perubahan. Guru masih mengandalkan sumber dan rencana pengajaran yang ada tanpa melakukan pengembangan yang dituntut oleh KTSP SMK dan Standar Kompetensi Nasional Bidang Keahlian. Di samping itu, teramati bahwa guru belum siap dalam melakukan penilaian secara komprehensif di dalam menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Khusunya dalam menilai proses kerja,guru belum menggunakan alat penilaian yang baku atau standar. Keberhasilan pendidikan dan pelatihan di SMK ditentukan dari kualitas lulusannya, dimana mereka harus mencerminkan individu yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Lulusan SMK diharapkan mampu mengembangkan
  • 22. seluruh potensi yang dimilikinya, sehingga mereka memiliki kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor untuk mampu bekerja sesuai dengan yang dipelajarinya. Lulusan SMK harus mampu bersaing secara kompetitif, sehingga dapat memasuki dunia kerja baik pada dunia usaha maupun industri pada tingkat nasional, bahkan tidak menutup kemungkinan pada tingkat internasional.
  • 23. DAFTAR PUSTAKA Abdulhak, I. dan Sanjaya, W. (1995). Media Pendidikan (Suatu Pengantar). Bandung : Pusat Pelayanan dan Pengembangan Media Pendidikan IKIP Bandung. Arsyad, A. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Blank, W.E. (1982). Handbook For Developing Competency Based Training Programs. New Jersey : Prentice-Hall, Inc. Block, J.H. (1971). Mastery learning : Theory and Practice. New York : Holt. Rinehart and Wiston. Inc. Calhoun, C.C. dan Finch, A.V. (1982). Vocational Education : Concept and Operations. California : Wads Worth Publishing Company. Curtis, T.E. dan Bidwell, W.W. (1976). Curriculum and Instruction for Emerging Adolescents. New York : State University of New York at Albany. Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Program Keahlian Tata Busana. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kejuruan (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia : Membangun Manusia Produktif. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. ------- (2003). Standar Kompetensi Nasional Bidang Keahlian Tata Busana. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Djohar, A. (2003). Pengembangan Model Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Kejuruan. Bandung : Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Djojonegoro, W. (1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia : Melalui Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta. Evarinayanti. (2002). Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training). Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Finch, C. dan Crunkilton, J.R. (1984). Curriculum Development in Vocational and Technical Education : Planning,Content and Implementation. Boston : Allyn and Bacon, Inc. Gronlund, N.E. (1977). Constructing Achievement Test. Englewood Ciffs : Prentice-Hall. Inc. Hasan, S.H. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta : PPLPTK. Ibrahim, R. dan Sukmadinata, N.S. (1996). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Indonesia Australia Partnership for Skills Development Program. (2001). Competency Based Training. West Java Institutional Development Project.