Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang sikap, motivasi, dan minat siswa belajar matematika. Terdapat penjelasan mengenai definisi sikap, minat, dan motivasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Juga dituliskan cara-cara meningkatkan minat dan motivasi siswa belajar matematika.
Sikap, Motivasi, Minat Terhadap Pembelajaran Matematika
1. SIKAP, MOTIVASI, dan MINAT SISWA
BELAJAR MATEMATIKA
Oleh:
LENA NOVIANA
0903557
INT. MATEMATIKA SEMESTER 6
2. Hakikat Belajar Mengajar Matematika
• Hamalik (1990: 21) mengatakan belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan
atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara
bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan.
• Belajar matematika ialah belajar konsep-konsep dan struktur-struktur
dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang
dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur matematika (Dahar, 1989: 79).
• Mengajar dilukiskan sebagai suatu proses interaksi antara guru dan
peserta didik, di mana guru mengharapkan peserta didiknya dapat
menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang benar-benar dipilih
oleh guru. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dipilih guru
hendaknya relevan dengan tujuan dari pada pelajaran yang diberikan
dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik (Hudoyo, 1990: 107).
3. Hakikat Pembelajaran Afektif
• Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan
sikap dan nilai.
• Sikap merupakan refleksi dari nilai yang dimiliki.
• Nilai berhubungan dengan pandangan seseorang
tentang baik dan buruk, layak dan tidak, dan lain
sebagainya. Nilai disini bisa dikategorikan dengan
minat dan motivasi seseorang atau siswa.
4. Hakikat Sikap, Minat, Dan Motivasi
Siswa Belajar Matematika
1) Sikap Siswa Belajar Matematika
Triandis (Slameto 2003: 188) mendefinisikan
sikap sebagai berikut:
an attitude is an idea charged with emotion
which predisposes a class of actions to a
particular class of social situations.
5. Sikap mengandung tiga komponen,
yaitu:
a. Komponen kognisi :komponen yang tersusun atas dasar
pengetahuan dan informasi yang dimilki seseorang tentang
objek sikapnya
b. Komponen afeksi :komponen yang bersifat evaluatif yang
berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang
c. Komponen konasi :kesiapan seseorang untuk bertingkah laku
yang berhubungan dengan objek sikapnya atau komponen yang
berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap
objek. Misalnya sikap siswa terhadap mata pelajaran, sikap
guru terhadap profesinya
6. Menurut Slameto (2003 : 189) sikap terbentuk
melalui bermacam-macam cara, antara lain:
1. Melalui pengalaman-pengalaman yang berulang-
ulang, atau dapat pula melalui suatu pengalaman yang
disertai pengalaman yang mendalam (pengalaman
traumatik);
2. Melalui imitasi, peniruan dapat terjadi tanpa disengaja
ataupun disengaja;
3. Melalui sugesti, seseorang membentuk suatu sikap
terhadap objek tanpa suatu alasan dan pemikiran yang
4. Melalui identifikasi, dalam hal ini sesorang lebih bersifat
meniru.
7. 2) Minat Belajar Matematika
Menurut Slameto (2003: 180) bahwa minat adalah
suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu
hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Minat belajar matematika dapat diartikan sebagai
keterlibatan diri secara penuh dalam melakukan
aktivitas belajar matematika baik di rumah, di
sekolah, dan di masyarakat. Siswa yang mempunyai
minat belajar matematika berarti mempunyai usaha
dan kemauan untuk mempelajari matematika.
8. 3) Motivasi Belajar Matematika
Drever (Slameto, 1991: 60) mengatakan
motive is an affective-conative factor which
operates in determining the direction of an
individual’s behavior towards an end or goal
consiustly apprehended or unconsiustly.
9. Hamalik (2008: 156) mengatakan, bahwa
motivasi memiliki dua komponen yakni:
1. komponen dalam (inner component),
2. komponen luar (outer component).
10. Cara Menumbuhkan Minat Dan Motivasi Siswa Belajar Matematika,
Menurut Hamzah B Uno tahun 2007 (Abidin : 2010)
• Pernyataan penghargaaan secara verbal; • Memberi kesempatan kepada siswa untuk
• Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu memperlihatkan kemahirannya di depan umum;
keberhasilan; • Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan
• Menimbulkan rasa ingin tahu; dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar;
• Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh • Memahami iklim sosial dalam sekolah;
siswa; • Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat;
• Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah • Memperpadukan motif-motif yang kuat;
bagi siswa; • Memperjelas tujuan belajar yang hendak
• Mengggunakan materi yang dikenal oleh dicapai;
siswa sebagai contoh dalam belajar; • Merumuskan tujuan-tujuan sementara;
• Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga • Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai;
untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip • Membuat suasana persaingan yang sehat
yang sudah dipahami; diantara para siswa;
• Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal • Mengembangkan persaingan dengan diri
yang sudah dipelajari sebelumnya; sendiri;
• Menggunakan simulasi dan permainan; • Memberikan contoh yang positif.
11. Pengukuran Ranah Afektif
• Menurut Andersen tahun 1980 (Sudrajat :2008) ada dua metode
yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu:
1. metode observasi, Penggunaan metode observasi
berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif dapat
dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan atau
reaksi psikologi.
2. metode laporan diri. Metode laporan diri berasumsi bahwa
yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya
sendiri. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap
karakteristik afektif diri sendiri.
12. Penilaian Hasil Dan Proses
Belajar-Mengajar Afektif
Alat penilaian hasil dan proses belajar mengajar pada ranah
afektif yang merupakan sikap dan nilai sering menggunakan
skala.
skala penilaian (rating scale)
skala sikap
Menurut Sudjana tahun 1989 ( Rosidah : 2011).
13. 1. Skala penilaian (rating scale)
Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku
orang lain oleh seseorang melalui pernyataan perilaku
individu pada suatu kategori yang bermakna nilai.
Kategori tersebut diberi nilai rentangan dari mulai yang
tertinggi sampai yang terendah. Rentangan ini bisa
dalam bentuk huruf (A, B, C, D), angka (4, 3, 2, 1), atau
10, 9, 8, 7, 6, 5. Sedangkan rentangan kategori bisa
tinggi, sedang, rendah, atau baik, sedang, kurang.
14. PENAMPILAN GURU MENGAJAR
Nama Guru: ………………………..
Bidang Studi yang Diajarkan: ………………….
Skala Nilai
No Pernyataan
A B C D
1 Penguasaan bahan pelajaran matematika
2 Hubungan dengan siswa
3 Bahasa yang digunakan
4 Pemakain metode dan alat bantu mengajar yang sesuai dengan pembelajaran
matematika
5 Jawaban terhadap pertanyaan diajukan siswa terhadap pembelajaran matematika
Keterangan :
A : baik sekali
B : baik
C : cukup
D : kurang
15. Skala penilaian komparatif
Contoh:
Guru yang Dinilia : ………………………………………………….
Mata Pelajaran : …………………………………………………......
Kemampuan guru BS LB SB K LK
1. Merencanakan proses belajar mengajar
2. Penguasaan kelas
3. Membangkitkan motivasi belajar siswa
4. Mengoptimalkan lingkungan belajar
5. Menciptakan keterlibatan kelas
Keterangan :
BS : Baik Sekali
LB : Lebih Baik dari guru lain
SB :Sama Baiknya dengan guru lain
K : Kurang
LK : Lebih Kurang
16. Contoh daftar cek:
PARTISIPASI SISWA DALAM DISKUSI
Nama siswa : ……………………………………………………………
Topic diskusi : ..…………………………………………………………
Pernyataan Ya Tidak
1. Mengajukan pertanyaan
2. Turut serta memberi komentar atas jawaban orang lain
3. memperhatikan pertanyaan orang lain
4. mencatat jawaban masalah
5. memaksakan pendapat
17. 2. Skala sikap
Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang
terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni
mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral.
Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala
likert. Dalam skala likert, pernyataan-pernyataan yang
diajukan, baik pernyataan positif maupun pernyataan negatif,
dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya
pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju.
18. Skor yang diberikan terhadap pilihan tersebut bergantung pada penilai
asal penggunaannya konsisten. Yang jelas, skor untuk pernyataan
positif dan pernyataan negatif adalah kebalikannya seperti tampak
dalam contoh.
Pernyataan sikap SS S TPP TS STS
Pernyataan positif 2 1 0 -1 -2
5 4 3 2 1
Pernyataan negatif -2 -1 0 1 2
1 2 3 4 5
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TPP : Tidak Punya Pendapat
TS : Tidak Setuju
STS :Sangat Tidak Setuju
19. SKALA SIKAP
Jenis kelamin : …………………………………………………………...
Umur : ……………………………………………………..tahun
Kelas/semester : ………………………………………………………….
Pernyataan SS S TPP TS STS
1. Saya tidak perlu memahami tujuan pelajaran matematika.
2. Pelajaran matematika harus menarik minat siswa.
3. Konsep-konsep yang ada dalam matematika terlalu abstrak.
4. Isi matematika tidak sesuai dengan kehidupan nyata.
5. Mempelajari matematika sangat sulit.
6. Konsep matematika perlu
7. Saya merasa untuk mempelajari matematika perlu banyak latihan.
8. Sebaiknya konsep matematika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
9. Saya merasa banyak praktek kehidupan sehari hari yang memerlukan pemecahan dengan
menggunakan matematika.
10. Saya senang bila guru matematika memberikan pekerjaan rumah.
11. Saya berpendapat bahwa matematika tidak sulit apabila dikerjakan dengan sungguh-sungguh.
12. Mempelajari konsep matematika memerlukan berbagai buku matematika.
13. Semakin banyak buku matematika yang saya pelajari, semakin jelas konsep konsepnya.
14. Semakin banyak latihan memecahkan soal matematika, semakin tinggi pemahaman saya terhadap
konsep matematika.
15. Paham terhadap konsep matematika belum menjamin senang terhadap pelajaran matematika.