SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3
Palembang, 26-27 Oktober 2011 ISBN : 979-587-395-4
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya 136
A-3
PENERAPAN KONSEP SADAR ENERGI
DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR YANG
BERKELANJUTAN
Sukawi1
1
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang
Jl. Prof Sudarto SH Tembalang Semarang 50131 Telp 024 70585369 -08122817739
Email: zukawi@gmail.com & zukawi@yahoo.com
ABSTRAK
Krisis sumber energi tak terbaharui mendorong arsitek untuk semakin peduli akan
energi dengan cara beralih ke sumber energi terbaharui dalam merancang bangunan
yang sadar akan pemakaian energi. Masyarakat Indonesia tergolong konsumen yang
paling boros dalam penggunaan energi listrik, jika dibandingkan dengan negara lain.
Hasil survey yang dilakukan oleh IAFBI (Ikatan Ahli Fisika Bangunan Indonesia)
pada tahun 2000 menyebutkan bahwa bangunan gedung perkantoran dan bangunan
komersial di kota besar adalah yang paling banyak dalam penggunaan energi listrik.
Sejumlah 90% energi listriknya adalah untuk mesin AC (mesin pendingin ruang dan
penerangan.
Kondisi lingkungan tropis Indonesia yang kaya akan intensitas radiasi matahari
apabila tidak ditangkal dengan benar dapat mengakibatkan laju peningkatan suhu
udara, baik di dalam maupun di luar ruangan. Pada bidang yang terbayangi, maka
panas yang masuk ke dalam ruang hanya konduksi akibat perbedaan suhu luar dan
suhu dalam saja. Akan tetapi pada bidang yang terkena sinar matahari (tidak terkena
bayangan), maka panas yang masuk ke dalam ruangan juga akibat radiasi balik dari
panasnya dinding yang terkena sinar matahari. Panas yang masuk pada dinding yang
tersinari ini bisa mencapai 2 sampai 3 kali nya dibanding konduksi. Terlebih apabila
ada sinar matahari yang langsung masuk ke dalam ruangan, panas radiasi matahari
yang langsung masuk ke dalam ruangan ini bisa mencapai 15 kali dibanding panas
akibat konduksi. Hal tersebut memberikan pemahaman bahwa bidang-bidang yang
terkena sinar matahari akan menyumbang laju peningkatan suhu ruangan sangat
signifikan.
Perwujudan dari desain arsitektur yang sadar energi dan berwawasan lingkungan
merupakan bagian dari arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture). Disini
arsitek mempunyai peran yang amat sangat penting dalam penghematan energi.
Disain hemat energi diartikan sebagai perancangan bangunan untuk meminimalkan
penggunaan energi tanpa membatasi fungsi bangunan maupun kenyamanan atau
produktivitas penghuninya. Untuk mencapai tujuan itu, karya desain arsitektur yang
sadar akan hemat energi harus mulai dirintis dari sekarang.
Kata Kunci : Arsitektur, Sadar Energi, Berkelanjutan
1. PENDAHULUAN
Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial,
ekonomi, dan lingkungan dalam rangka pembangunan berkelanjutan, serta
merupakan pendukung bagi kegiatan perekonomian secara nasional. Penggunaan
energi di Indonesia meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi,
Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3
Palembang, 26-27 Oktober 2011 ISBN : 979-587-395-4
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya 137
pertambahan penduduk dan tingkat kehidupan masyarakat. Masyarakat modern
berkehidupan dengan berbasis kepada teknologi modern, sementara itu teknologi
modern mengkonsumsi energi dalam jumlah yang besar.
Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada penghematan
listrik baik dari segi pendinginan udara, penerangan buatan maupun peralatan listrik
rumah tangga. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat didesain dengan
memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa
banyak mengkonsumsi energi. Penerapan konsep hemat energi pada bangunan akan
mendukung kebutuhan energi perkapita secara nasional.(Smith, 2005).
Sebagai gambaran, bahwa laju pertumbuhan pemakaian energi di Indonesia
dalam kurun waktu 1985-2000 mencapai rata-rata 7% per tahun, sedangkan
pemakaian energi dunia rata-rata 1,2% per tahun dan negara APEC 2,6% per
tahun (Priatman, 2003). Tahun 2007 laju pertumbuhan pemakaian energi di
Indonesia mencapai 10% pertahun, dan dapat dikategorikan boros. Bahkan
masyarakat Indonesia tergolong konsumen yang paling boros dalam penggunaan
energi listrik, jika dibandingkan dengan negara lain.(Samsiyah, 2008)
Bangunan bangunan yang direncanakan memanfaatkan matahari dan iklim sebagai
sumber energi primer haruslah dirancang untuk mengakomodasi perubahan
perubahan sebagai konsekwensi siklus iklim secara harian, musiman maupun
tahunan dan mengalami versi cuaca yang berbeda sesuai dengan keberadaannya
pada suatu garis lintang geografis tertentu dibumi ini. Setiap bangunan berada
disuatu daerah klimatik yang berbeda setiap menit setiap hari. Disini peran
arsitek adalah belajar untuk mengoptimasi hubungan bangunan dengan iklim
spesifiknya dalam tahapan tahapan perancangan. Karena setiap bangunan
berinteraksi dengan lingkungan suryanya masing-masing permasalahan yang timbul
adalah bagaimana pengolahan hubungan ini menguntungkan bagi manusia. (Frick,
2006)
Bangunan sadar energi mencari hubungan simbiotik dengan lingkungannya dan
menengahi kebutuhan penghuni bangunan dengan kondisi iklimnya. Ia
mengandalkan pada sumber daya dan pola matahari untuk penerangan,
pemanasan maupun pendinginan untuk waktu waktu tertentu, pada sirkulasi angin
untuk kenyamanan dan beralih pada sistim kenyamanan buatan hanya apabila
terjadi kondisi cuaca yang ekstrim pada saat saat yang tertentu saja. Pada waktu
disain pasif memerlukan suatu sistim aktif sebagai penunjang, bangunan sadar energi
mengambil keuntungan teknolog teknologi baru yang memungkinkannya
mengandalkan sumberdaya energi yang dapat diperbaharui (matahari dan
angin).(Satwiko, 2005)
2. RUMAH TINGGAL DAN KEBUTUHAN ENERGI
Indonesia adalah sebagai negara yang seluruh wilayahnya dikawasan equator,
merupakan keuntungan namun juga menjadi suatu kerugian yang sangat besar.
Sebagai keuntungan, karena sebenarnya iklim tropis membuat kekayaan alam
semakin berlimpah, namun menjadi kerugian karena iklim tropis menjadikan
tingginya irradiance matahari, yakni rata-rata 200-250 W/m2 selama setahun
atau 850-1100 W/m2 selama masa penyinaran. Hal ini menyebabkan suhu
permukaan akan naik lebih tinggi dari daerah lain di dunia. Irradiance yang sangat
besar ini bisa dimanfaatkan menjadi sebuah sumber energi yang luar biasa atau
juga bisa menjadi kendala yang sangat besar sebab dengan tingginya suhu permukaan
Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3
Palembang, 26-27 Oktober 2011 ISBN : 979-587-395-4
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya 138
di kawasan Indonesia, akan dibutuhkan energi yang besar pula untuk menyejukan
rumah. (Daryono, 2008)
Pada kenyataannya kondisi iklim tropis di Indonesia sering dianggap sebagai
masalah. Tidak tercapainya kenyamanan penghawaan dalam rumah tinggal, membuat
berputus asa dalam mencari penyebabnya. Dan umumnya langsung dicarikan solusi
atau dikatakan sebagai jalan pintas, dengan penggunaan alat pengkondisian udara atau
air conditioner (AC). Prinsip kerja AC memang menurunkan suhu udara untuk
penyegaran ruang. Prinsip kerja ini yang diakui dapat menjamin kenyamanan ruang.
Namun apabila diperhatikan dengan seksama sebenarnya penggunaan AC adalah
pemborosan energi yang berasal dari sumber daya yang tidak terbaharukan (non-
renewable resources). Dan proses kerja AC akan menghasilkan zat emisi karbon
CFC (klorofluorokarbon), yang akan membentuk efek rumah kaca dan merusak
lapisan ozon. (Frick, 2006)
Seluruh permukaan bangunan harus terlindungi dari sinar matahari secara
langsung. Dinding dapat dibayangi oleh pepohonan. Atap perlu diberi isolator panas
atau penangkal panas. Langit-langit umum dipergunakan untuk mencegah panas dari
atap merambat langsung ke bawahnya (Satwiko, 2005).
Desain sadar energi (energy conscious design) merupakan salah satu paradigma
arsitektur yang menekankan pada konservasi lingkungan global alami khususnya
pelestarian energi yang bersumber dari bahan bakar tidak terbarukan (non renewable
energy) dan yang mendorong pemanfaatan energi terbarukan (renewable energy).
Dalam desain sadar energi mutlak diperlukan pemahaman kondisi dan potensi iklim
setempat untuk mempertimbangkan keputusan-keputusan desain yang akan
berdampak pada konsumsi energi baik pada tahap pembangunan maupun pada tahap
operasional bangunan.
Pada skala lingkungan mikro, fenomena radiasi matahari ini mempengaruhi laju
peningkatan suhu lingkungan. Kondisi demikian mempengaruhi aktivitas manusia di
luar ruangan, untuk mengatasi fenomena ini ada tiga hal yang bisa dikendalikan yaitu
durasi penyinaran matahari, intensitas matahari, dan sudut jatuh matahari (Satwiko,
2003).
3. KONSEP HEMAT ENERGI ATAU SADAR ENERGI
Sebaran penggunaan energi dalam rumah tinggal lebih banyak pada aspek
fungsi penghawaan atau penyegaran udara dan aspek fungsi pencahayaan, sehingga
kedua hal ini penting untuk menjadi fokus dalam pembahasan konsep
penghematan energi ini. Pembahasan tentang penghematan energi ditekankan pada
langkah ekologis, yaitu dengan menciptakan kesinambungan antara rumah
tinggal dengan lingkungannya atau adanya interaksi dengan alam. Di samping dua hal
tersebut terdapat aspek penting lainnya untuk rumah tinggal, adalah pemanfaatan air
sebagai sumber daya penunjang kualitas hidup, dengan sistem reduce, reuse, recycle.
Sistim Surya Pasif (passive solar system) merupakan suatu teknik
pemanfaatan energi surya secara langsung dalam bangunan tanpa atau
seminimal mungkin menggunakan peralatan mekanis, melalui perancangan elemen
elemen arsitektur (lantai, dinding, atap, langit langit, aksesoris bangunan) untuk
tujuan kenyamanan manusia (mengatur sirkulasi udara alamiah, pengaturan
temperatur dan kelembaban, kontrol radiasi matahari, penggunaan insulasi
termal).(Vale,1991).
Pertukaran udara alami
Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3
Palembang, 26-27 Oktober 2011 ISBN : 979-587-395-4
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya 139
Naiknya suhu dalam rumah menyebabkan panas dan hal ini sangat terkait dengan
kondisi iklim mikro skala rumah dan kawasan sekitarnya. Untuk menurunkan suhu
sekaligus memberikan kenyamanan penghawaan diperlukan aliran udara yang cukup.
Prinsip aliran udara adalah adanya perbedaan suhu dan tekanan antara dua atau lebih
space, baik space antar ruang maupun antara ruang dalam dan ruang luar. Oleh
sebab itu perlu diciptakan bidang-bidang bangunan yang dapat membuat
perbedaan suhu dan tekanan udara. Beberapa aplikasi konsep penyegaran udara
adalah :
 Ventilasi Atap
Angin akan mengalir dari suhu rendah menuju suhu yang lebih tinggi. Ruang
bawah atap merupakan bagian yang menerima radiasi terbesar, sehingga memiliki
suhu yang panas. Sebaiknya ruang bawah atap dilengkapi lubang ventilasi, sehingga
akan menarik udara dari dalam ruang untuk dialirkan ke luar bangunan.
 Plafon tinggi
Melalui lubang ventilasi yang terletak di bagian atap, maka tekanan udara
panas di dalam ruang akan tertarik dan terbuang ke luar melalui atap. Untuk
mendapatkan efek cerobong (stack effect), maka menara angin dibuat dengan
bentuk penutup menghadap arah datang angin, dan lebih baik lagi adanya void. Efek
cerobong akan optimal bila rumah tinggal/bangunan memiliki plafon tinggi atau
minimal dua lantai. Semakin tinggi plafon, maka semakin baik ventilasinya (aliran
angin). Kita bisa belajar dari karya Eko Prawoto yang diterapkan dalam rekonstruksi
pasca bencana Gempa di Yogyakarta. Desainnya mempunyai bentuk atap yang tinggi
yang berguna untuk ventilasi atap
Teras dan teritisan
Teras berfungsi sebagai ruang peralihan antara ruang luar dan ruang dalam.Pada
daerah beriklim panas, seperti di Indonesia, kehadiran teras dapat menciptakan iklim
mikro yang memberikan kenyamanan di dalam bangunan dan sekitarnya. Hal ini
disebabkan tekanan udara yang ada di halaman menjadi mengembang karena suhu
yang panas, sementara itu teras merupakan daerah hisapan angin yang bertekanan
lebih tinggi dan bersuhu lebih dingin. Perbedaan suhu dan tekanan menyebabkan
udara mengalir, dari suhu dingin ke suhu yang lebih panas, atau dari tekanan tinggi ke
tekanan yang lebih rendah. Udara di dalam ruang akan tertarik ke luar dan segera
berganti. Seperti juga teras, fungsi teritisan akan mendinginkan suhu udara lebih
dulu, sebelum masuk ke dalam ruang. Semakin lebar teritisan, maka suhu ruangan
akan semakin dingin.
Gambar 1. – Rumah Rekonstruksi Pasca Gempa di Ngibikan Bantul yang modular dengan plafon
yang tinggi dan memiliki ventilasi atap
sumber : Survey lapangan, 2011.
Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3
Palembang, 26-27 Oktober 2011 ISBN : 979-587-395-4
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya 140
Vegetasi Lingkungan
Vegetasi berfungsi sebagai climate regulator atau pengatur iklim (suhu,
kelembaban dan laju angin), baik untuk lingkup tapak rumah tinggal maupun
untuk skala kawasan. Penyediaan vegetasi yang sesungguhnya (terbukanya tapak
untuk vegetasi) berarti juga penyediaan ruang terbuka hijau (RTH), yang berarti
juga sebagai pengendali tata air. Ketersediaan ruang terbuka dan vegetasi akan
menyuplai oksigen dan akan mengalirkannya ke dalam rumah, ditambah dengan
adanya air (alternatif berbentuk kolam) yang akan menurunkan suhu udara yang
panas. Oksigen dan suhu dingin mengalir ke dalam rumah dan akan
memberikan kenyamanan. Vegetasi di atap rumah (greenroof) dapat menahan
radiasi matahari, sehingga mengkondisikan ruang di bawahnya bersuhu lebih
dingin.
Unsur hijau yang diidentikkan dengan vegetasi ditunjukkan dengan menambahkan
elemen-elemen penghijauan tidak hanya pada lansekap saja tetapi juga dalam
bangunan, seperti pemberian roof garden, pemberian vegetasi rambat pada dinding
bangunan dan lain sebagainya.
Gambar 2. – Rumah Ngibikan dengan teras yang dapat juga berfungsi
mematahkan sinar matahari untuk pembayangan fasade
sumber : Survey Lapangan, 2011
Gambar 3. – Tatanan massa bangunan Dusun Ngibikan yang didominasi oleh
vegetasi sebelum dan sesudah rekonstruksi
sumber : Survey Lapangan, 2011
Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3
Palembang, 26-27 Oktober 2011 ISBN : 979-587-395-4
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya 141
Pencahayaan alami
Tujuan dari pencahayaan adalah disamping mendapatkan kuantitas cahaya
yang cukup sehingga tugas visual mudah dilakukan, juga u ntuk mendapatkan
lingkungan visual yang menyenangkan atau mempunyai kualitas cah aya yang
baik. Dalam pencahayaan alami, yang sangat mempengaruhi kualitas pencah
ayaan adalah terjadinya penyilauan.
Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila : pada siang hari
antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu setempat, terdapat cukup
banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Distribusi cahaya di dalam
ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan kontras yang mengganggu.
Penyilauan adalah kondisi penglihatan dimana terdapat ketidaknyamanan atau
pengurangan dalam kemampuan melihat suatu obyek, karena luminansi obyek
yang terlalu besar, distribusi luminansi yang tidak merata atau terjadinya
kontras yang berlebihan.
Ada dua jenis penyilauan : 1) penyilauan yang menyebabkan
ketidakmampuan melihat suatu obyek (disability glare), dan 2)penyilauan yang
menyebabkan ketidaknyamanan melihat suatu obyek tanpa perlu menimbulkan
ketidakmampuan melihat (discomfort glare). Prinsip pencahayaan alami adalah
memanfaatkan cahaya matahari semaksimal mungkin dan mengurangi panas
matahari semaksimal mungkin. Pemanfaatan cahaya alami jelas akan menghemat
listrik.
Orientasi Bangunan
Orientasi bangunan bertujuan untuk mendapatkan kantong cahaya matahari (sun
pocket), yaitu kondisi di mana cahaya matahari berada pada intensitas radiasi
paling rendah, sesuai siklus terbit dan tenggelamnya, dan matahari memiliki
sudut jatuh cahaya yang kecil. Dengan demikian area yang tercahayai akan
lebih besar dan cahaya matahari tidak panas. Orientasi bangunan terbaik adalah
memiliki sudut kemiringan 20° terhadap sumbu barat-timur dengan bidang
permukaan fasade terluas pada sumbu utara-selatan.
Apabila kondisi ideal orientasi bangunan tidak memungkinkan, dapat
dilakukan dengan memperluas bukaan untuk masuknya cahaya atau mengurangi
pembatasan ruang, agar cahaya dapat memasuki ruang-ruang dalam. Bila
diperlukan pembatas, maka gunakan material transparan.
Gambar 4. – Bentuk masa bangunan memanjang kebelakang yang bermanfaat
untuk pencahayaan pada sisi memanjang
Sumber : Dokumen Eko Prawoto, 2006.
Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3
Palembang, 26-27 Oktober 2011 ISBN : 979-587-395-4
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya 142
Pemanfaatan material lokal
Selubung bangunan yang memperoleh radiasi matahari terbesar adalah atap dan
kemudian dinding. Agar penghematan energi dapat dilakukan, maka harus dihindari
radiasi matahari yang optimal pada siang hari, karena akan meningkatkan suhu
ruangan. Pemanfaatan material alami dari vegetasi dapat didisain menyatu dengan
konstruksi selubung bangunan. Belajar dari dusun Ngibikan yang mencoba
memanfaatkan potensi lokal dengan memanfaatkan kayu dari batang kelapa, bambu
dan batu kali dari sekitar dusun.
4. KESIMPULAN
Efisiensi energi merupakan prioritas utama dalam disain, karena kesalahan disain
yang berakibat boros energi akan berdampak terhadap biaya opersional sepanjang
bangunan tersebut beroperasi. Hal yang menarik dari karya arsitektur yang hemat
energi bukan hanya mampu memecahkan setiap masalah yang menjadi kendala dan
memanfaatkan potensi iklim tropis yang ada tetapi juga memanfaatkan potensi iklim
yang ada.
Diperlukanya lebih banyak promosi bagi arsitektur berkelanjutan didaerah tropis
adalah sebuah keharusan, mengingat kondisi bumi semakin menurun dengan adanya
penurunan kualitas lingkungan yang memberi dampak pada pemanasan global.
Semakin dikenal dan didasari prinsip desain berkelanjutan secara luas, semakin
banyak pula bangunan yang tanggap lingkungan dan meminimkan dampak
lingkungan akibat pembangunan.
Sadar energi atau penghematan energi pada dasarnya adalah bukan
mengurangi konsumsi energi, melainkan lebih efisien dalam mengkonsumsi energi.
Output yang dihasilkan seharusnya sama, antara melakukan penghematan dan tidak.
Efisiensi penggunaan energi dapat dimulai dari rumah tinggal sendiri, terutama
dalam mengkonsumsi listrik, karena jumlah terbesar energi dalam rumah tinggal
adalah pemakaian listrik. Pemborosan energi di rumah tinggal terutama untuk fungsi
penghawaan dan pencahayaan.
Konsep sadar energi yang ditawarkan untuk penghawaan alami adalah :
memperhatikan ventilasi, insulasi atap, pembuatan menara angin, pembuatan teras dan
tritisan, pemanfaatan vegetasi dan unsur air. Sedangkan untuk pencahayaan alami
adalah dengan memperhatikan arah orientasi bangunan, pertimbangan dalam memilih
material selubung bangunan, membuat modifikasi struktur untuk mekanisme
pemantulan, pembayangan dan penyaringan cahaya dan radiasi matahari.
Gambar 5. – Bangunan rumah Ngibikan yang memanfaatkan material yang ada di
lokasi seperti pemanfaatan kayu kelapa dan batu alam serta bambu
sumber : DokumenEko Prawoto, 2006.
Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3
Palembang, 26-27 Oktober 2011 ISBN : 979-587-395-4
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya 143
5. DAFTAR PUSTAKA
Daryanto, (2008), Peran Selubung Bangunan Tropis Dalam Mewujudkan Kota Hemat
Energi, Prosiding Simnas Peran Arsitektur Dalam Mewujudkan Kota Tropis,
UNDIP Semarang
Frick, Heinz (2006), Arsitektur Ekologis, Penerbit Kanisius Yogyakarta
Priatman, Jimmy,(2003), Energy Conscious Design, Konsep dan Strategi
Perancangan Bangunan di Indonesia, Jurnal Teknik Arsitektur Dimensi, Vol.31,
No.1, Juli 2003, hal. 43-50
Satwiko Prasasto (2005); Arsitektur Sadar Energi, Penerbit Andi, Yogyakarta
Satwiko, Prasasto, (2003), Fisika Bangunan I, Yogyakarta, Penerbit Andi Yogyakarta
Syamsiyah Nor R (2008), Konsep sadar Energy sebagai penerapan Sustainable
Desain dalam Arsitektur, Proseding RAPI UMS Solo.
Sukawi (2010), Kaitan Desain Selubung Bangunan terhadap Pemakaian Energi
dalam Bangunan, Proseding Seminar energi UNWAHAS Semarang
Smith, Peter F. (2005) Architecture in a Climate of Change, McGraw Hill Book
Company, New York.
Vale, Brenda and Robert Vale, (1991), Green Architectur, Design for a Sustainable
Future, Thames and Hudson, London.

More Related Content

What's hot

Makalah osn pertamina
Makalah osn pertaminaMakalah osn pertamina
Makalah osn pertaminaMuya Avisiena
 
Pengantar ekologi dan eko arsitektur
Pengantar ekologi dan eko arsitekturPengantar ekologi dan eko arsitektur
Pengantar ekologi dan eko arsitekturNovy Fajrina
 
Paper Pertumbuhan Penggunaan Energi, Konservasi Energi, dan Pencemaran Energi...
Paper Pertumbuhan Penggunaan Energi, Konservasi Energi, dan Pencemaran Energi...Paper Pertumbuhan Penggunaan Energi, Konservasi Energi, dan Pencemaran Energi...
Paper Pertumbuhan Penggunaan Energi, Konservasi Energi, dan Pencemaran Energi...N'fall Sevenfoldism
 
Pendekatan Konsep Arsitektur Hijau Pada Bangunan Rumah Sakit
Pendekatan Konsep Arsitektur Hijau Pada Bangunan Rumah SakitPendekatan Konsep Arsitektur Hijau Pada Bangunan Rumah Sakit
Pendekatan Konsep Arsitektur Hijau Pada Bangunan Rumah SakitMelissa Soraya
 
Dampak Pembangunan Terhadap Struktur Tanah & Perubahan Iklim & Solusinya dal...
Dampak Pembangunan Terhadap  Struktur Tanah & Perubahan Iklim & Solusinya dal...Dampak Pembangunan Terhadap  Struktur Tanah & Perubahan Iklim & Solusinya dal...
Dampak Pembangunan Terhadap Struktur Tanah & Perubahan Iklim & Solusinya dal...Nikka Sasongko
 
Arsitektur hijau - Untuk Lingkungan yang Berkelanjutan
Arsitektur hijau - Untuk Lingkungan yang BerkelanjutanArsitektur hijau - Untuk Lingkungan yang Berkelanjutan
Arsitektur hijau - Untuk Lingkungan yang BerkelanjutanArief Budiman
 
Press release indonesia version 22 sept 2014
Press release indonesia version 22 sept 2014Press release indonesia version 22 sept 2014
Press release indonesia version 22 sept 2014Antonius Marhenanto
 
PENGEMBANGAN SENTRA PERTANIAN PERKOTAAN (URBAN FARMING) MENGGUNAKAN STRUKTUR ...
PENGEMBANGAN SENTRA PERTANIAN PERKOTAAN (URBAN FARMING) MENGGUNAKAN STRUKTUR ...PENGEMBANGAN SENTRA PERTANIAN PERKOTAAN (URBAN FARMING) MENGGUNAKAN STRUKTUR ...
PENGEMBANGAN SENTRA PERTANIAN PERKOTAAN (URBAN FARMING) MENGGUNAKAN STRUKTUR ...ikhsan setiawan
 
Kuliah 2 ekologi-industri
Kuliah 2 ekologi-industriKuliah 2 ekologi-industri
Kuliah 2 ekologi-industriar_
 
Kuliah 2 ekologi-industri
Kuliah 2 ekologi-industriKuliah 2 ekologi-industri
Kuliah 2 ekologi-industriRiska_21
 
Pengembangan Kelembagaan - Penghematan Energi
Pengembangan Kelembagaan - Penghematan EnergiPengembangan Kelembagaan - Penghematan Energi
Pengembangan Kelembagaan - Penghematan EnergiHerlambang Bagus
 
Pemanfaatan cahaya alami_pada_rumah_tinggal_tipe_townhouse_di_perkotaan_padat...
Pemanfaatan cahaya alami_pada_rumah_tinggal_tipe_townhouse_di_perkotaan_padat...Pemanfaatan cahaya alami_pada_rumah_tinggal_tipe_townhouse_di_perkotaan_padat...
Pemanfaatan cahaya alami_pada_rumah_tinggal_tipe_townhouse_di_perkotaan_padat...arfinjuri
 
Pemanfaatan Teknologi Hybrid Berbasis Energi Surya dan Angin
Pemanfaatan Teknologi Hybrid Berbasis Energi Surya dan AnginPemanfaatan Teknologi Hybrid Berbasis Energi Surya dan Angin
Pemanfaatan Teknologi Hybrid Berbasis Energi Surya dan AnginEthelbert Phanias
 

What's hot (20)

Makalah osn pertamina
Makalah osn pertaminaMakalah osn pertamina
Makalah osn pertamina
 
Pengantar ekologi dan eko arsitektur
Pengantar ekologi dan eko arsitekturPengantar ekologi dan eko arsitektur
Pengantar ekologi dan eko arsitektur
 
Energi dan penerapannya
Energi dan penerapannyaEnergi dan penerapannya
Energi dan penerapannya
 
Bekalan tenaga
Bekalan tenaga Bekalan tenaga
Bekalan tenaga
 
Paper Pertumbuhan Penggunaan Energi, Konservasi Energi, dan Pencemaran Energi...
Paper Pertumbuhan Penggunaan Energi, Konservasi Energi, dan Pencemaran Energi...Paper Pertumbuhan Penggunaan Energi, Konservasi Energi, dan Pencemaran Energi...
Paper Pertumbuhan Penggunaan Energi, Konservasi Energi, dan Pencemaran Energi...
 
2. eko arsitektur
2. eko arsitektur2. eko arsitektur
2. eko arsitektur
 
Pendekatan Konsep Arsitektur Hijau Pada Bangunan Rumah Sakit
Pendekatan Konsep Arsitektur Hijau Pada Bangunan Rumah SakitPendekatan Konsep Arsitektur Hijau Pada Bangunan Rumah Sakit
Pendekatan Konsep Arsitektur Hijau Pada Bangunan Rumah Sakit
 
Dampak Pembangunan Terhadap Struktur Tanah & Perubahan Iklim & Solusinya dal...
Dampak Pembangunan Terhadap  Struktur Tanah & Perubahan Iklim & Solusinya dal...Dampak Pembangunan Terhadap  Struktur Tanah & Perubahan Iklim & Solusinya dal...
Dampak Pembangunan Terhadap Struktur Tanah & Perubahan Iklim & Solusinya dal...
 
Arsitektur hijau - Untuk Lingkungan yang Berkelanjutan
Arsitektur hijau - Untuk Lingkungan yang BerkelanjutanArsitektur hijau - Untuk Lingkungan yang Berkelanjutan
Arsitektur hijau - Untuk Lingkungan yang Berkelanjutan
 
Press release indonesia version 22 sept 2014
Press release indonesia version 22 sept 2014Press release indonesia version 22 sept 2014
Press release indonesia version 22 sept 2014
 
PENGEMBANGAN SENTRA PERTANIAN PERKOTAAN (URBAN FARMING) MENGGUNAKAN STRUKTUR ...
PENGEMBANGAN SENTRA PERTANIAN PERKOTAAN (URBAN FARMING) MENGGUNAKAN STRUKTUR ...PENGEMBANGAN SENTRA PERTANIAN PERKOTAAN (URBAN FARMING) MENGGUNAKAN STRUKTUR ...
PENGEMBANGAN SENTRA PERTANIAN PERKOTAAN (URBAN FARMING) MENGGUNAKAN STRUKTUR ...
 
Kuliah 2 ekologi-industri
Kuliah 2 ekologi-industriKuliah 2 ekologi-industri
Kuliah 2 ekologi-industri
 
Kuliah 2 ekologi-industri
Kuliah 2 ekologi-industriKuliah 2 ekologi-industri
Kuliah 2 ekologi-industri
 
Ekologiss
EkologissEkologiss
Ekologiss
 
Pengembangan Kelembagaan - Penghematan Energi
Pengembangan Kelembagaan - Penghematan EnergiPengembangan Kelembagaan - Penghematan Energi
Pengembangan Kelembagaan - Penghematan Energi
 
Energi-Fisika Lingkungan
Energi-Fisika LingkunganEnergi-Fisika Lingkungan
Energi-Fisika Lingkungan
 
Sumber tenaga
Sumber tenagaSumber tenaga
Sumber tenaga
 
Kelompok 3
Kelompok 3Kelompok 3
Kelompok 3
 
Pemanfaatan cahaya alami_pada_rumah_tinggal_tipe_townhouse_di_perkotaan_padat...
Pemanfaatan cahaya alami_pada_rumah_tinggal_tipe_townhouse_di_perkotaan_padat...Pemanfaatan cahaya alami_pada_rumah_tinggal_tipe_townhouse_di_perkotaan_padat...
Pemanfaatan cahaya alami_pada_rumah_tinggal_tipe_townhouse_di_perkotaan_padat...
 
Pemanfaatan Teknologi Hybrid Berbasis Energi Surya dan Angin
Pemanfaatan Teknologi Hybrid Berbasis Energi Surya dan AnginPemanfaatan Teknologi Hybrid Berbasis Energi Surya dan Angin
Pemanfaatan Teknologi Hybrid Berbasis Energi Surya dan Angin
 

Similar to Pages from prosiding_avoer_2011-16

PPT REKAYASA LINGKUNGAN (IQBAL).pptx
PPT REKAYASA LINGKUNGAN (IQBAL).pptxPPT REKAYASA LINGKUNGAN (IQBAL).pptx
PPT REKAYASA LINGKUNGAN (IQBAL).pptxIqbalRoroa
 
Persektif arsitektur surya
Persektif arsitektur suryaPersektif arsitektur surya
Persektif arsitektur suryamus mus
 
Pages from prosiding_avoer_2011-15
Pages from prosiding_avoer_2011-15Pages from prosiding_avoer_2011-15
Pages from prosiding_avoer_2011-15Indriati Dewi
 
Pages from prosiding_avoer_2011-18
Pages from prosiding_avoer_2011-18Pages from prosiding_avoer_2011-18
Pages from prosiding_avoer_2011-18Indriati Dewi
 
Jurnal Penelitian Roy Charly Workala.pdf
Jurnal Penelitian Roy Charly Workala.pdfJurnal Penelitian Roy Charly Workala.pdf
Jurnal Penelitian Roy Charly Workala.pdfRoyCharli
 
Arsitektur hijau
Arsitektur hijauArsitektur hijau
Arsitektur hijauHamka Idrus
 
Proposal program kreativitas mahasiswa- Penelitian
Proposal program kreativitas mahasiswa- PenelitianProposal program kreativitas mahasiswa- Penelitian
Proposal program kreativitas mahasiswa- PenelitianRenny Lidya
 
10153 30069-1-pb
10153 30069-1-pb10153 30069-1-pb
10153 30069-1-pbInstansi
 
Jurnal Teknosains STTM Cileungsi Januari 2016
Jurnal Teknosains STTM Cileungsi Januari 2016Jurnal Teknosains STTM Cileungsi Januari 2016
Jurnal Teknosains STTM Cileungsi Januari 2016sttm cileungsi
 
Strategi disain fasad_rumah_tinggal_hemat_energi_-_eddy_prianto
Strategi disain fasad_rumah_tinggal_hemat_energi_-_eddy_priantoStrategi disain fasad_rumah_tinggal_hemat_energi_-_eddy_prianto
Strategi disain fasad_rumah_tinggal_hemat_energi_-_eddy_priantoIndriati Dewi
 
Presentasi_Energi_terbarukan_dan_tidak_t.pptx
Presentasi_Energi_terbarukan_dan_tidak_t.pptxPresentasi_Energi_terbarukan_dan_tidak_t.pptx
Presentasi_Energi_terbarukan_dan_tidak_t.pptxSofyanBuluatyNasaru
 
Bahan bangunan ramah lingkungan
Bahan bangunan ramah lingkunganBahan bangunan ramah lingkungan
Bahan bangunan ramah lingkunganMOSES HADUN
 
Tek 1 pendekatan ekologi wanda ukp
Tek 1 pendekatan ekologi wanda ukpTek 1 pendekatan ekologi wanda ukp
Tek 1 pendekatan ekologi wanda ukpMaya Aprijadi
 
TEHNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN.pptx
TEHNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN.pptxTEHNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN.pptx
TEHNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN.pptxKadriGinting3
 
Diagram black box input output sistem perencanaan gedung apartemen dengan ene...
Diagram black box input output sistem perencanaan gedung apartemen dengan ene...Diagram black box input output sistem perencanaan gedung apartemen dengan ene...
Diagram black box input output sistem perencanaan gedung apartemen dengan ene...Debby Rahmawati
 

Similar to Pages from prosiding_avoer_2011-16 (20)

PPT REKAYASA LINGKUNGAN (IQBAL).pptx
PPT REKAYASA LINGKUNGAN (IQBAL).pptxPPT REKAYASA LINGKUNGAN (IQBAL).pptx
PPT REKAYASA LINGKUNGAN (IQBAL).pptx
 
Green architecture
Green architectureGreen architecture
Green architecture
 
Persektif arsitektur surya
Persektif arsitektur suryaPersektif arsitektur surya
Persektif arsitektur surya
 
Pages from prosiding_avoer_2011-15
Pages from prosiding_avoer_2011-15Pages from prosiding_avoer_2011-15
Pages from prosiding_avoer_2011-15
 
Pages from prosiding_avoer_2011-18
Pages from prosiding_avoer_2011-18Pages from prosiding_avoer_2011-18
Pages from prosiding_avoer_2011-18
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
kuliah_13.pptx
kuliah_13.pptxkuliah_13.pptx
kuliah_13.pptx
 
Jurnal Penelitian Roy Charly Workala.pdf
Jurnal Penelitian Roy Charly Workala.pdfJurnal Penelitian Roy Charly Workala.pdf
Jurnal Penelitian Roy Charly Workala.pdf
 
Arsitektur hijau
Arsitektur hijauArsitektur hijau
Arsitektur hijau
 
Proposal program kreativitas mahasiswa- Penelitian
Proposal program kreativitas mahasiswa- PenelitianProposal program kreativitas mahasiswa- Penelitian
Proposal program kreativitas mahasiswa- Penelitian
 
10153 30069-1-pb
10153 30069-1-pb10153 30069-1-pb
10153 30069-1-pb
 
Jurnal Teknosains STTM Cileungsi Januari 2016
Jurnal Teknosains STTM Cileungsi Januari 2016Jurnal Teknosains STTM Cileungsi Januari 2016
Jurnal Teknosains STTM Cileungsi Januari 2016
 
Handout sumber energi
Handout sumber energiHandout sumber energi
Handout sumber energi
 
audit energi
audit energiaudit energi
audit energi
 
Strategi disain fasad_rumah_tinggal_hemat_energi_-_eddy_prianto
Strategi disain fasad_rumah_tinggal_hemat_energi_-_eddy_priantoStrategi disain fasad_rumah_tinggal_hemat_energi_-_eddy_prianto
Strategi disain fasad_rumah_tinggal_hemat_energi_-_eddy_prianto
 
Presentasi_Energi_terbarukan_dan_tidak_t.pptx
Presentasi_Energi_terbarukan_dan_tidak_t.pptxPresentasi_Energi_terbarukan_dan_tidak_t.pptx
Presentasi_Energi_terbarukan_dan_tidak_t.pptx
 
Bahan bangunan ramah lingkungan
Bahan bangunan ramah lingkunganBahan bangunan ramah lingkungan
Bahan bangunan ramah lingkungan
 
Tek 1 pendekatan ekologi wanda ukp
Tek 1 pendekatan ekologi wanda ukpTek 1 pendekatan ekologi wanda ukp
Tek 1 pendekatan ekologi wanda ukp
 
TEHNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN.pptx
TEHNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN.pptxTEHNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN.pptx
TEHNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN.pptx
 
Diagram black box input output sistem perencanaan gedung apartemen dengan ene...
Diagram black box input output sistem perencanaan gedung apartemen dengan ene...Diagram black box input output sistem perencanaan gedung apartemen dengan ene...
Diagram black box input output sistem perencanaan gedung apartemen dengan ene...
 

More from Indriati Dewi

Kumpulan+soal+un+matematika+sma+ipa
Kumpulan+soal+un+matematika+sma+ipaKumpulan+soal+un+matematika+sma+ipa
Kumpulan+soal+un+matematika+sma+ipaIndriati Dewi
 
Bagaimana kita merasa lapar dan kenyang
Bagaimana kita merasa lapar dan kenyangBagaimana kita merasa lapar dan kenyang
Bagaimana kita merasa lapar dan kenyangIndriati Dewi
 
Degradasi Lahan dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Degradasi Lahan dan Dampaknya terhadap KehidupanDegradasi Lahan dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Degradasi Lahan dan Dampaknya terhadap KehidupanIndriati Dewi
 
Materi hindu-budha sejarah
Materi hindu-budha sejarahMateri hindu-budha sejarah
Materi hindu-budha sejarahIndriati Dewi
 
Kriteria pengukuran kualitas hidup
Kriteria pengukuran kualitas hidupKriteria pengukuran kualitas hidup
Kriteria pengukuran kualitas hidupIndriati Dewi
 
Contoh makalah pengaruh perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikan
Contoh makalah pengaruh perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikanContoh makalah pengaruh perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikan
Contoh makalah pengaruh perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikanIndriati Dewi
 
Fisiologi sistim-respirasi
Fisiologi sistim-respirasiFisiologi sistim-respirasi
Fisiologi sistim-respirasiIndriati Dewi
 
25139330 makalah-lingkungan-hidup
25139330 makalah-lingkungan-hidup25139330 makalah-lingkungan-hidup
25139330 makalah-lingkungan-hidupIndriati Dewi
 
17682785 makalah-pencemaran-lingkungan-hidup-bidang-industri
17682785 makalah-pencemaran-lingkungan-hidup-bidang-industri17682785 makalah-pencemaran-lingkungan-hidup-bidang-industri
17682785 makalah-pencemaran-lingkungan-hidup-bidang-industriIndriati Dewi
 
Mengidentifikasi aldehid dan keton
Mengidentifikasi aldehid dan ketonMengidentifikasi aldehid dan keton
Mengidentifikasi aldehid dan ketonIndriati Dewi
 
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...Indriati Dewi
 
20354210 pengendapan-dan-gravimetri
20354210 pengendapan-dan-gravimetri20354210 pengendapan-dan-gravimetri
20354210 pengendapan-dan-gravimetriIndriati Dewi
 
51226359 bab-gravimetri
51226359 bab-gravimetri51226359 bab-gravimetri
51226359 bab-gravimetriIndriati Dewi
 

More from Indriati Dewi (20)

Internet
InternetInternet
Internet
 
Kumpulan+soal+un+matematika+sma+ipa
Kumpulan+soal+un+matematika+sma+ipaKumpulan+soal+un+matematika+sma+ipa
Kumpulan+soal+un+matematika+sma+ipa
 
Bagaimana kita merasa lapar dan kenyang
Bagaimana kita merasa lapar dan kenyangBagaimana kita merasa lapar dan kenyang
Bagaimana kita merasa lapar dan kenyang
 
Degradasi Lahan dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Degradasi Lahan dan Dampaknya terhadap KehidupanDegradasi Lahan dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Degradasi Lahan dan Dampaknya terhadap Kehidupan
 
Materi hindu-budha sejarah
Materi hindu-budha sejarahMateri hindu-budha sejarah
Materi hindu-budha sejarah
 
Kriteria pengukuran kualitas hidup
Kriteria pengukuran kualitas hidupKriteria pengukuran kualitas hidup
Kriteria pengukuran kualitas hidup
 
Contoh makalah pengaruh perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikan
Contoh makalah pengaruh perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikanContoh makalah pengaruh perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikan
Contoh makalah pengaruh perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikan
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Mansur al-Hallaj
Mansur al-HallajMansur al-Hallaj
Mansur al-Hallaj
 
Fisiologi sistim-respirasi
Fisiologi sistim-respirasiFisiologi sistim-respirasi
Fisiologi sistim-respirasi
 
Contoh makalah
Contoh makalahContoh makalah
Contoh makalah
 
Corpulmonale
CorpulmonaleCorpulmonale
Corpulmonale
 
25139330 makalah-lingkungan-hidup
25139330 makalah-lingkungan-hidup25139330 makalah-lingkungan-hidup
25139330 makalah-lingkungan-hidup
 
17682785 makalah-pencemaran-lingkungan-hidup-bidang-industri
17682785 makalah-pencemaran-lingkungan-hidup-bidang-industri17682785 makalah-pencemaran-lingkungan-hidup-bidang-industri
17682785 makalah-pencemaran-lingkungan-hidup-bidang-industri
 
Mengidentifikasi aldehid dan keton
Mengidentifikasi aldehid dan ketonMengidentifikasi aldehid dan keton
Mengidentifikasi aldehid dan keton
 
Geothermal
GeothermalGeothermal
Geothermal
 
Corel draw
Corel drawCorel draw
Corel draw
 
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
 
20354210 pengendapan-dan-gravimetri
20354210 pengendapan-dan-gravimetri20354210 pengendapan-dan-gravimetri
20354210 pengendapan-dan-gravimetri
 
51226359 bab-gravimetri
51226359 bab-gravimetri51226359 bab-gravimetri
51226359 bab-gravimetri
 

Pages from prosiding_avoer_2011-16

  • 1. Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3 Palembang, 26-27 Oktober 2011 ISBN : 979-587-395-4 Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya 136 A-3 PENERAPAN KONSEP SADAR ENERGI DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR YANG BERKELANJUTAN Sukawi1 1 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof Sudarto SH Tembalang Semarang 50131 Telp 024 70585369 -08122817739 Email: zukawi@gmail.com & zukawi@yahoo.com ABSTRAK Krisis sumber energi tak terbaharui mendorong arsitek untuk semakin peduli akan energi dengan cara beralih ke sumber energi terbaharui dalam merancang bangunan yang sadar akan pemakaian energi. Masyarakat Indonesia tergolong konsumen yang paling boros dalam penggunaan energi listrik, jika dibandingkan dengan negara lain. Hasil survey yang dilakukan oleh IAFBI (Ikatan Ahli Fisika Bangunan Indonesia) pada tahun 2000 menyebutkan bahwa bangunan gedung perkantoran dan bangunan komersial di kota besar adalah yang paling banyak dalam penggunaan energi listrik. Sejumlah 90% energi listriknya adalah untuk mesin AC (mesin pendingin ruang dan penerangan. Kondisi lingkungan tropis Indonesia yang kaya akan intensitas radiasi matahari apabila tidak ditangkal dengan benar dapat mengakibatkan laju peningkatan suhu udara, baik di dalam maupun di luar ruangan. Pada bidang yang terbayangi, maka panas yang masuk ke dalam ruang hanya konduksi akibat perbedaan suhu luar dan suhu dalam saja. Akan tetapi pada bidang yang terkena sinar matahari (tidak terkena bayangan), maka panas yang masuk ke dalam ruangan juga akibat radiasi balik dari panasnya dinding yang terkena sinar matahari. Panas yang masuk pada dinding yang tersinari ini bisa mencapai 2 sampai 3 kali nya dibanding konduksi. Terlebih apabila ada sinar matahari yang langsung masuk ke dalam ruangan, panas radiasi matahari yang langsung masuk ke dalam ruangan ini bisa mencapai 15 kali dibanding panas akibat konduksi. Hal tersebut memberikan pemahaman bahwa bidang-bidang yang terkena sinar matahari akan menyumbang laju peningkatan suhu ruangan sangat signifikan. Perwujudan dari desain arsitektur yang sadar energi dan berwawasan lingkungan merupakan bagian dari arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture). Disini arsitek mempunyai peran yang amat sangat penting dalam penghematan energi. Disain hemat energi diartikan sebagai perancangan bangunan untuk meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi fungsi bangunan maupun kenyamanan atau produktivitas penghuninya. Untuk mencapai tujuan itu, karya desain arsitektur yang sadar akan hemat energi harus mulai dirintis dari sekarang. Kata Kunci : Arsitektur, Sadar Energi, Berkelanjutan 1. PENDAHULUAN Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam rangka pembangunan berkelanjutan, serta merupakan pendukung bagi kegiatan perekonomian secara nasional. Penggunaan energi di Indonesia meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi,
  • 2. Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3 Palembang, 26-27 Oktober 2011 ISBN : 979-587-395-4 Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya 137 pertambahan penduduk dan tingkat kehidupan masyarakat. Masyarakat modern berkehidupan dengan berbasis kepada teknologi modern, sementara itu teknologi modern mengkonsumsi energi dalam jumlah yang besar. Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada penghematan listrik baik dari segi pendinginan udara, penerangan buatan maupun peralatan listrik rumah tangga. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat didesain dengan memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa banyak mengkonsumsi energi. Penerapan konsep hemat energi pada bangunan akan mendukung kebutuhan energi perkapita secara nasional.(Smith, 2005). Sebagai gambaran, bahwa laju pertumbuhan pemakaian energi di Indonesia dalam kurun waktu 1985-2000 mencapai rata-rata 7% per tahun, sedangkan pemakaian energi dunia rata-rata 1,2% per tahun dan negara APEC 2,6% per tahun (Priatman, 2003). Tahun 2007 laju pertumbuhan pemakaian energi di Indonesia mencapai 10% pertahun, dan dapat dikategorikan boros. Bahkan masyarakat Indonesia tergolong konsumen yang paling boros dalam penggunaan energi listrik, jika dibandingkan dengan negara lain.(Samsiyah, 2008) Bangunan bangunan yang direncanakan memanfaatkan matahari dan iklim sebagai sumber energi primer haruslah dirancang untuk mengakomodasi perubahan perubahan sebagai konsekwensi siklus iklim secara harian, musiman maupun tahunan dan mengalami versi cuaca yang berbeda sesuai dengan keberadaannya pada suatu garis lintang geografis tertentu dibumi ini. Setiap bangunan berada disuatu daerah klimatik yang berbeda setiap menit setiap hari. Disini peran arsitek adalah belajar untuk mengoptimasi hubungan bangunan dengan iklim spesifiknya dalam tahapan tahapan perancangan. Karena setiap bangunan berinteraksi dengan lingkungan suryanya masing-masing permasalahan yang timbul adalah bagaimana pengolahan hubungan ini menguntungkan bagi manusia. (Frick, 2006) Bangunan sadar energi mencari hubungan simbiotik dengan lingkungannya dan menengahi kebutuhan penghuni bangunan dengan kondisi iklimnya. Ia mengandalkan pada sumber daya dan pola matahari untuk penerangan, pemanasan maupun pendinginan untuk waktu waktu tertentu, pada sirkulasi angin untuk kenyamanan dan beralih pada sistim kenyamanan buatan hanya apabila terjadi kondisi cuaca yang ekstrim pada saat saat yang tertentu saja. Pada waktu disain pasif memerlukan suatu sistim aktif sebagai penunjang, bangunan sadar energi mengambil keuntungan teknolog teknologi baru yang memungkinkannya mengandalkan sumberdaya energi yang dapat diperbaharui (matahari dan angin).(Satwiko, 2005) 2. RUMAH TINGGAL DAN KEBUTUHAN ENERGI Indonesia adalah sebagai negara yang seluruh wilayahnya dikawasan equator, merupakan keuntungan namun juga menjadi suatu kerugian yang sangat besar. Sebagai keuntungan, karena sebenarnya iklim tropis membuat kekayaan alam semakin berlimpah, namun menjadi kerugian karena iklim tropis menjadikan tingginya irradiance matahari, yakni rata-rata 200-250 W/m2 selama setahun atau 850-1100 W/m2 selama masa penyinaran. Hal ini menyebabkan suhu permukaan akan naik lebih tinggi dari daerah lain di dunia. Irradiance yang sangat besar ini bisa dimanfaatkan menjadi sebuah sumber energi yang luar biasa atau juga bisa menjadi kendala yang sangat besar sebab dengan tingginya suhu permukaan
  • 3. Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3 Palembang, 26-27 Oktober 2011 ISBN : 979-587-395-4 Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya 138 di kawasan Indonesia, akan dibutuhkan energi yang besar pula untuk menyejukan rumah. (Daryono, 2008) Pada kenyataannya kondisi iklim tropis di Indonesia sering dianggap sebagai masalah. Tidak tercapainya kenyamanan penghawaan dalam rumah tinggal, membuat berputus asa dalam mencari penyebabnya. Dan umumnya langsung dicarikan solusi atau dikatakan sebagai jalan pintas, dengan penggunaan alat pengkondisian udara atau air conditioner (AC). Prinsip kerja AC memang menurunkan suhu udara untuk penyegaran ruang. Prinsip kerja ini yang diakui dapat menjamin kenyamanan ruang. Namun apabila diperhatikan dengan seksama sebenarnya penggunaan AC adalah pemborosan energi yang berasal dari sumber daya yang tidak terbaharukan (non- renewable resources). Dan proses kerja AC akan menghasilkan zat emisi karbon CFC (klorofluorokarbon), yang akan membentuk efek rumah kaca dan merusak lapisan ozon. (Frick, 2006) Seluruh permukaan bangunan harus terlindungi dari sinar matahari secara langsung. Dinding dapat dibayangi oleh pepohonan. Atap perlu diberi isolator panas atau penangkal panas. Langit-langit umum dipergunakan untuk mencegah panas dari atap merambat langsung ke bawahnya (Satwiko, 2005). Desain sadar energi (energy conscious design) merupakan salah satu paradigma arsitektur yang menekankan pada konservasi lingkungan global alami khususnya pelestarian energi yang bersumber dari bahan bakar tidak terbarukan (non renewable energy) dan yang mendorong pemanfaatan energi terbarukan (renewable energy). Dalam desain sadar energi mutlak diperlukan pemahaman kondisi dan potensi iklim setempat untuk mempertimbangkan keputusan-keputusan desain yang akan berdampak pada konsumsi energi baik pada tahap pembangunan maupun pada tahap operasional bangunan. Pada skala lingkungan mikro, fenomena radiasi matahari ini mempengaruhi laju peningkatan suhu lingkungan. Kondisi demikian mempengaruhi aktivitas manusia di luar ruangan, untuk mengatasi fenomena ini ada tiga hal yang bisa dikendalikan yaitu durasi penyinaran matahari, intensitas matahari, dan sudut jatuh matahari (Satwiko, 2003). 3. KONSEP HEMAT ENERGI ATAU SADAR ENERGI Sebaran penggunaan energi dalam rumah tinggal lebih banyak pada aspek fungsi penghawaan atau penyegaran udara dan aspek fungsi pencahayaan, sehingga kedua hal ini penting untuk menjadi fokus dalam pembahasan konsep penghematan energi ini. Pembahasan tentang penghematan energi ditekankan pada langkah ekologis, yaitu dengan menciptakan kesinambungan antara rumah tinggal dengan lingkungannya atau adanya interaksi dengan alam. Di samping dua hal tersebut terdapat aspek penting lainnya untuk rumah tinggal, adalah pemanfaatan air sebagai sumber daya penunjang kualitas hidup, dengan sistem reduce, reuse, recycle. Sistim Surya Pasif (passive solar system) merupakan suatu teknik pemanfaatan energi surya secara langsung dalam bangunan tanpa atau seminimal mungkin menggunakan peralatan mekanis, melalui perancangan elemen elemen arsitektur (lantai, dinding, atap, langit langit, aksesoris bangunan) untuk tujuan kenyamanan manusia (mengatur sirkulasi udara alamiah, pengaturan temperatur dan kelembaban, kontrol radiasi matahari, penggunaan insulasi termal).(Vale,1991). Pertukaran udara alami
  • 4. Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3 Palembang, 26-27 Oktober 2011 ISBN : 979-587-395-4 Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya 139 Naiknya suhu dalam rumah menyebabkan panas dan hal ini sangat terkait dengan kondisi iklim mikro skala rumah dan kawasan sekitarnya. Untuk menurunkan suhu sekaligus memberikan kenyamanan penghawaan diperlukan aliran udara yang cukup. Prinsip aliran udara adalah adanya perbedaan suhu dan tekanan antara dua atau lebih space, baik space antar ruang maupun antara ruang dalam dan ruang luar. Oleh sebab itu perlu diciptakan bidang-bidang bangunan yang dapat membuat perbedaan suhu dan tekanan udara. Beberapa aplikasi konsep penyegaran udara adalah :  Ventilasi Atap Angin akan mengalir dari suhu rendah menuju suhu yang lebih tinggi. Ruang bawah atap merupakan bagian yang menerima radiasi terbesar, sehingga memiliki suhu yang panas. Sebaiknya ruang bawah atap dilengkapi lubang ventilasi, sehingga akan menarik udara dari dalam ruang untuk dialirkan ke luar bangunan.  Plafon tinggi Melalui lubang ventilasi yang terletak di bagian atap, maka tekanan udara panas di dalam ruang akan tertarik dan terbuang ke luar melalui atap. Untuk mendapatkan efek cerobong (stack effect), maka menara angin dibuat dengan bentuk penutup menghadap arah datang angin, dan lebih baik lagi adanya void. Efek cerobong akan optimal bila rumah tinggal/bangunan memiliki plafon tinggi atau minimal dua lantai. Semakin tinggi plafon, maka semakin baik ventilasinya (aliran angin). Kita bisa belajar dari karya Eko Prawoto yang diterapkan dalam rekonstruksi pasca bencana Gempa di Yogyakarta. Desainnya mempunyai bentuk atap yang tinggi yang berguna untuk ventilasi atap Teras dan teritisan Teras berfungsi sebagai ruang peralihan antara ruang luar dan ruang dalam.Pada daerah beriklim panas, seperti di Indonesia, kehadiran teras dapat menciptakan iklim mikro yang memberikan kenyamanan di dalam bangunan dan sekitarnya. Hal ini disebabkan tekanan udara yang ada di halaman menjadi mengembang karena suhu yang panas, sementara itu teras merupakan daerah hisapan angin yang bertekanan lebih tinggi dan bersuhu lebih dingin. Perbedaan suhu dan tekanan menyebabkan udara mengalir, dari suhu dingin ke suhu yang lebih panas, atau dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Udara di dalam ruang akan tertarik ke luar dan segera berganti. Seperti juga teras, fungsi teritisan akan mendinginkan suhu udara lebih dulu, sebelum masuk ke dalam ruang. Semakin lebar teritisan, maka suhu ruangan akan semakin dingin. Gambar 1. – Rumah Rekonstruksi Pasca Gempa di Ngibikan Bantul yang modular dengan plafon yang tinggi dan memiliki ventilasi atap sumber : Survey lapangan, 2011.
  • 5. Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3 Palembang, 26-27 Oktober 2011 ISBN : 979-587-395-4 Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya 140 Vegetasi Lingkungan Vegetasi berfungsi sebagai climate regulator atau pengatur iklim (suhu, kelembaban dan laju angin), baik untuk lingkup tapak rumah tinggal maupun untuk skala kawasan. Penyediaan vegetasi yang sesungguhnya (terbukanya tapak untuk vegetasi) berarti juga penyediaan ruang terbuka hijau (RTH), yang berarti juga sebagai pengendali tata air. Ketersediaan ruang terbuka dan vegetasi akan menyuplai oksigen dan akan mengalirkannya ke dalam rumah, ditambah dengan adanya air (alternatif berbentuk kolam) yang akan menurunkan suhu udara yang panas. Oksigen dan suhu dingin mengalir ke dalam rumah dan akan memberikan kenyamanan. Vegetasi di atap rumah (greenroof) dapat menahan radiasi matahari, sehingga mengkondisikan ruang di bawahnya bersuhu lebih dingin. Unsur hijau yang diidentikkan dengan vegetasi ditunjukkan dengan menambahkan elemen-elemen penghijauan tidak hanya pada lansekap saja tetapi juga dalam bangunan, seperti pemberian roof garden, pemberian vegetasi rambat pada dinding bangunan dan lain sebagainya. Gambar 2. – Rumah Ngibikan dengan teras yang dapat juga berfungsi mematahkan sinar matahari untuk pembayangan fasade sumber : Survey Lapangan, 2011 Gambar 3. – Tatanan massa bangunan Dusun Ngibikan yang didominasi oleh vegetasi sebelum dan sesudah rekonstruksi sumber : Survey Lapangan, 2011
  • 6. Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3 Palembang, 26-27 Oktober 2011 ISBN : 979-587-395-4 Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya 141 Pencahayaan alami Tujuan dari pencahayaan adalah disamping mendapatkan kuantitas cahaya yang cukup sehingga tugas visual mudah dilakukan, juga u ntuk mendapatkan lingkungan visual yang menyenangkan atau mempunyai kualitas cah aya yang baik. Dalam pencahayaan alami, yang sangat mempengaruhi kualitas pencah ayaan adalah terjadinya penyilauan. Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila : pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu setempat, terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan kontras yang mengganggu. Penyilauan adalah kondisi penglihatan dimana terdapat ketidaknyamanan atau pengurangan dalam kemampuan melihat suatu obyek, karena luminansi obyek yang terlalu besar, distribusi luminansi yang tidak merata atau terjadinya kontras yang berlebihan. Ada dua jenis penyilauan : 1) penyilauan yang menyebabkan ketidakmampuan melihat suatu obyek (disability glare), dan 2)penyilauan yang menyebabkan ketidaknyamanan melihat suatu obyek tanpa perlu menimbulkan ketidakmampuan melihat (discomfort glare). Prinsip pencahayaan alami adalah memanfaatkan cahaya matahari semaksimal mungkin dan mengurangi panas matahari semaksimal mungkin. Pemanfaatan cahaya alami jelas akan menghemat listrik. Orientasi Bangunan Orientasi bangunan bertujuan untuk mendapatkan kantong cahaya matahari (sun pocket), yaitu kondisi di mana cahaya matahari berada pada intensitas radiasi paling rendah, sesuai siklus terbit dan tenggelamnya, dan matahari memiliki sudut jatuh cahaya yang kecil. Dengan demikian area yang tercahayai akan lebih besar dan cahaya matahari tidak panas. Orientasi bangunan terbaik adalah memiliki sudut kemiringan 20° terhadap sumbu barat-timur dengan bidang permukaan fasade terluas pada sumbu utara-selatan. Apabila kondisi ideal orientasi bangunan tidak memungkinkan, dapat dilakukan dengan memperluas bukaan untuk masuknya cahaya atau mengurangi pembatasan ruang, agar cahaya dapat memasuki ruang-ruang dalam. Bila diperlukan pembatas, maka gunakan material transparan. Gambar 4. – Bentuk masa bangunan memanjang kebelakang yang bermanfaat untuk pencahayaan pada sisi memanjang Sumber : Dokumen Eko Prawoto, 2006.
  • 7. Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3 Palembang, 26-27 Oktober 2011 ISBN : 979-587-395-4 Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya 142 Pemanfaatan material lokal Selubung bangunan yang memperoleh radiasi matahari terbesar adalah atap dan kemudian dinding. Agar penghematan energi dapat dilakukan, maka harus dihindari radiasi matahari yang optimal pada siang hari, karena akan meningkatkan suhu ruangan. Pemanfaatan material alami dari vegetasi dapat didisain menyatu dengan konstruksi selubung bangunan. Belajar dari dusun Ngibikan yang mencoba memanfaatkan potensi lokal dengan memanfaatkan kayu dari batang kelapa, bambu dan batu kali dari sekitar dusun. 4. KESIMPULAN Efisiensi energi merupakan prioritas utama dalam disain, karena kesalahan disain yang berakibat boros energi akan berdampak terhadap biaya opersional sepanjang bangunan tersebut beroperasi. Hal yang menarik dari karya arsitektur yang hemat energi bukan hanya mampu memecahkan setiap masalah yang menjadi kendala dan memanfaatkan potensi iklim tropis yang ada tetapi juga memanfaatkan potensi iklim yang ada. Diperlukanya lebih banyak promosi bagi arsitektur berkelanjutan didaerah tropis adalah sebuah keharusan, mengingat kondisi bumi semakin menurun dengan adanya penurunan kualitas lingkungan yang memberi dampak pada pemanasan global. Semakin dikenal dan didasari prinsip desain berkelanjutan secara luas, semakin banyak pula bangunan yang tanggap lingkungan dan meminimkan dampak lingkungan akibat pembangunan. Sadar energi atau penghematan energi pada dasarnya adalah bukan mengurangi konsumsi energi, melainkan lebih efisien dalam mengkonsumsi energi. Output yang dihasilkan seharusnya sama, antara melakukan penghematan dan tidak. Efisiensi penggunaan energi dapat dimulai dari rumah tinggal sendiri, terutama dalam mengkonsumsi listrik, karena jumlah terbesar energi dalam rumah tinggal adalah pemakaian listrik. Pemborosan energi di rumah tinggal terutama untuk fungsi penghawaan dan pencahayaan. Konsep sadar energi yang ditawarkan untuk penghawaan alami adalah : memperhatikan ventilasi, insulasi atap, pembuatan menara angin, pembuatan teras dan tritisan, pemanfaatan vegetasi dan unsur air. Sedangkan untuk pencahayaan alami adalah dengan memperhatikan arah orientasi bangunan, pertimbangan dalam memilih material selubung bangunan, membuat modifikasi struktur untuk mekanisme pemantulan, pembayangan dan penyaringan cahaya dan radiasi matahari. Gambar 5. – Bangunan rumah Ngibikan yang memanfaatkan material yang ada di lokasi seperti pemanfaatan kayu kelapa dan batu alam serta bambu sumber : DokumenEko Prawoto, 2006.
  • 8. Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3 Palembang, 26-27 Oktober 2011 ISBN : 979-587-395-4 Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya 143 5. DAFTAR PUSTAKA Daryanto, (2008), Peran Selubung Bangunan Tropis Dalam Mewujudkan Kota Hemat Energi, Prosiding Simnas Peran Arsitektur Dalam Mewujudkan Kota Tropis, UNDIP Semarang Frick, Heinz (2006), Arsitektur Ekologis, Penerbit Kanisius Yogyakarta Priatman, Jimmy,(2003), Energy Conscious Design, Konsep dan Strategi Perancangan Bangunan di Indonesia, Jurnal Teknik Arsitektur Dimensi, Vol.31, No.1, Juli 2003, hal. 43-50 Satwiko Prasasto (2005); Arsitektur Sadar Energi, Penerbit Andi, Yogyakarta Satwiko, Prasasto, (2003), Fisika Bangunan I, Yogyakarta, Penerbit Andi Yogyakarta Syamsiyah Nor R (2008), Konsep sadar Energy sebagai penerapan Sustainable Desain dalam Arsitektur, Proseding RAPI UMS Solo. Sukawi (2010), Kaitan Desain Selubung Bangunan terhadap Pemakaian Energi dalam Bangunan, Proseding Seminar energi UNWAHAS Semarang Smith, Peter F. (2005) Architecture in a Climate of Change, McGraw Hill Book Company, New York. Vale, Brenda and Robert Vale, (1991), Green Architectur, Design for a Sustainable Future, Thames and Hudson, London.