SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
Download to read offline
LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA
Nomor 03 Tahun 2009
PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA
NOMOR 03 TAHUN 2009
TENTANG
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
DI KOTA SAMARINDA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA SAMARINDA,
Menimbang : a. bahwa Human Immunodefeciency Virus (HIV) dan
Acquires Immuno Defeciensy Syndrome (AIDS)
merupakan virus perusak system kekebalan tubuh yang
proses penularannya sangat sulit dipantau, sehingga
dapat mengancam derajat kesehatan masyarakat dan
kelangsungan peradaban manusia ;
b. bahwa penularan Human Immunodefeciency Virus
(HIV) dan Acquires Immuno Defeciensy Syndrome
(AIDS) semakin meluas, tanpa mengenal status social
dan batas usia, dengan peningkatan yang sangat
signifikan, sehingga memerlukan penanggulangan
secara melembaga, sistematis, komprehensif,
partisipatif dan berkesinambungan ;
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
2
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu
membentuk Peraturan Daerah tentang Pencegahan
Dan Penanggulangan Human Immunodefeciency
Virus (HIV) dan Acquires Immuno Defeciensy
Syndrome (AIDS).
Mengingat : 1. Undang-Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tahun 1945 Pasal 1, 18 ayat (6), 18 A dan 18 B ;
2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang
Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun
1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di
Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959
Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor
1820) ;
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495) ;
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang
Wabah Penyakit Menular (lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3237) ;
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3495) ;
6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 10 Tahun 1997, (Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) ;
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
3
7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 67 ;
8. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Azasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3886) ;
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) ;
10. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4389) ;
11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4419) ;
12. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431) ;
13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
4
Indonesia Nomor 4493) yang telah ditetapkan dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4548) ;
14. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438) ;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Propinsi
sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952) ;
16. Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2006 tentang
Komisi Penanggulangan HIV/AIDS ;
17. Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 05 Tahun
2005 tentang Pembentukan Oragnisasi Dinas – dinas
di Lingkungan Pemerintah Kota Samarinda.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SAMARINDA
dan
WALIKOTA SAMARINDA
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV
DAN AIDS DI KOTA SAMARINDA
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
5
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud :
1. Daerah adalah Kota Samarinda
2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah
yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah.
3. Kepala Daerah adalah Walikota Samarinda.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD
adalah DPRD Kota Samarinda.
5. Perangkat Daerah adalah Perangkat/Lembaga pada Pemerintah
Daerah yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dalam rangka
menyelenggarakan pemerintahan yang terdiri dari Sekretraris Daerah,
Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah serta Kecamatan sesuai
dengan kebutuhan Daerah.
6. Komisi Penagnggulangan AIDS Daerah selanjutnya disingkat
KPAD adalah Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Kota Samarinda.
7. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kota Samarinda.
8. Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah adalah Instansi
Pemerintah Daerah yang memberikan layanan kesehatan di masyarakat
yang dalam pelaksanannya berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan.
9. Lembaga Swadaya Masyarakat yang selanjutnya disingkat LSM
adalah suatu organisasi masyarakat non pemerintah yang bekerja
langsung sesuai kebutuhan masyarakat sasaran (yang terkait dengan
masalah HIV dan AIDS).
10. Human Immunodefeciency Virus yang selanjutnya disingkat HIV
merupakan virus yang merusak system kekebalan tubuh manusia
11. Acquires Immuno Defeciensy Syndrome yang selanjutnya disingkat
AIDS adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV.
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
6
12. Orang dengan HIV dan AIDS yang selanjutnya disingkat ODHA
adalah orang yang sudah terinfeksi HIV baik pada tahap belum ada
gejala maupun yang sudah ada gejala.
13. Orang Hidup dengan ODHA yang selanjutnya disingkat ODHA
adalah orang yang hidup atau terdampak langsung oleh HIV dan AIDS.
14. Infeksi Menular seksual selanjutnya disingkat IMS adalah penyakit
dan atau gejala penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
15. Voluntary Conselling Testing yang selanjutnya disingkat VCT adalah
tes HIV yang dilakukan secara sukarela atau dengan persetujuan klien
dan hasilnya harus bersifat rahasia serta wajib disertai konseling sebelum
dan sesudah tes.
16. Konselor HIV dan AIDS adalah seseorang yang telah mendapatkan
pelatihan konselor HIV dan AIDS dari Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
17. Screaning HIV adalah tes HIV anonim yang dilakukan pada sampel
darah, produk darah, jaringan dan organ tubuh sebelum di donorkan.
18. Penagggulangan adalah serangkaian upaya menekan laju penularan
HIV dan AIDS Melalui kegiatan promosi, pencegahan, perawatan,
dukungan dan pengobatan terhadap orang dengan HIV dan AIDS.
19. Pencegahan adalah upaya memutus mata rantai penularan HIV dan
AIDS pada masyarakat.
20. Perawatan dan pengobatan adalah upaya tenaga medis untuk
meningkatkan derajat kesehatan penderita dengan HIV dan AIDS.
21. Perlindungan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, sekelompok
orang dan atau seorang penderita HIV dan AIDS agar tidak terjadi
penularan virus HIV kepada orang-orang terdekatnya dan masyarakat
umum serta upaya Pemerintah dan sekelompok orang untuk
mengusahakan agar ODHA dan OHIDA mendapat perlakukan non
diskriminatif di masyarakat.
22. Dukungan adalah upaya-upaya yang dilakukan seseorang dan/atau
kelompok kepada penderita HIV dan AIDS baik secara moril maupun
materil untuk proses penyembuhan.
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
7
23. Diskriminasi adalah perbedaan perlakuan terhadap warga negara
berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama dan
sebagainya.
24. Program pencegahan dan Penanganan HIV AIDS pada pengguna
napza suntik atau biasa disebut dengan Harm Reduction adalah
sebuah program yang bertujuan untuk mencegah atau mengurangi
konsekuensi negatif kesehatan yang berkaitan dengan perilaku
penggunaan napza suntik dan perlengkapannya
25. Prosedur universal precaution adalah prosedur tindakan pencegahan
yang berlaku umum dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
berhubungan dengan darah dan cairan sperma, cairan vagina dan ASI
seperti menggunakan sarung tangan, masker mulut dan wajah.
26. Surveilans HIV atau sero-surveilans HIV adalah kegiatan
pengumpulan data tentang infeksi HIV yang dilakukan secara berkala.
27. Surveilans perilaku adalah kegiatan pengumpulan data tentang perilaku
yang berkaitan dengan masalah HIV dan AIDS dan dilakukan secara
berkala guna memperoleh informasi tentang besaran masalah dan
kecenderungannya untuk perumusan kebijakan dan kegiatan
penanggulangan HIV dan AIDS.
28. Sosialisasi adalah serangkaian kegiatan untuk mengenalkan segala
sesuatu tentang HIV dan AIDS kepada masyarakat.
29. Layanan Komunikasi Publik adalah pelayanan yang diberikan berupa
pemberian pesan atau informasi secara terencana, terstruktur dan
sistematis kepada semua pihak yang memiliki kepentingan informasi
pencegahan, perawatan, kebijakan dan hal-hal lain yang terkait dengan
upaya penanggulangan HIV AIDS.
30. Komunikasi Publik adalah proses penyampaian pesan atau informasi
secara terencana, struktur dan sistematis kepada semua pihak yang
memiliki kepentingan informasi pencegahan, perawatan, kebijakan dan
hal-hal lain yang terkait dengan upaya penanggulangan HIV AIDS.
31. Peran serta masyarakat adalah upaya aktif oleh pendudukKota
Samarinda dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang
berkoordinasi dengan KPAD Kota Samarinda.
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
8
32. Greater Involvement of People Infected/Affected by HIV and
AIDS yang selanjutnya disingkat GIPA adalah keterlibatan yang lebih
besar dari orang yang hidup dengan atau terdampak langsung oleh HIV
dan AIDS.
33. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang selanjutnya disebut
KIE adalah upaya yang dilakukan agar setiap orang dapat melindungi
dirinya tidak tertular HIV dan tidak menularkannya kepada orang lain
melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku positif.
34. Rehabilitasi Sosial adalah upaya pemulihan kondisi sosial kelompok
resiko tinggi, ODHA dan OHIDA dengan melaksanakan
pendampingan mental, sosial dan religi dengan mengembangkan pesan-
pesan dan pendekatan yang khusus dirancang dengan menggunakan
berbagai macam saluran komunikasi, dengan tujuan membentuk
perilaku yang positif, serta mempromosikan dan mempertahankan
perilaku yang tepat pada individu dan masyarakat.
35. Pembinaan adalah upaya pendampingan yang dilakukan kepada
seseorang, sekelompok orang dan atau sebuah lembaga yang didasarkan
pada pola, sasaran, strategi dan tujuan tertentu guna meningkatkan
peran dalam penanggulangan HIV dan AIDS di masyarakat.
36. Pengawasan adalah upaya pemantauan yang dilakukan walikota dan
pemerintah daerah dalam proses pelaksanaan program upaya
penanggulangan HIV dan AIDS oleh semua pihak di Kota Samarinda.
37. Koordinasi adalah melakukan kerjasama untuk bersinergi antar instansi
pemerintah dan lembaga peduli HIV dan AIDS di Kota Samarinda.
Pasal 2
Penanggulangan HIV dan AIDS diselenggarakan berdasarkan asas
kemanusiaan, keadilan, kesetaraan gender dan kebersamaan.
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
9
Pasal 3
Penanggulangan HIV dan AIDS bertujuan untuk mencegah dan
mengurangi penularan HIV serta meningkatkan kualitas hidup ODHA
Pasal 4
Tujuan Pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS adalah :
a. penurunan kerentanan penularan HIV dan AIDS;
b. pencegahan penularan HIV dan AIDS melalui hubungan seksual;
c. peningkatan penyediaan darah yang aman untuk transfusi;
d. penurunan prevalensi infeksi menular seksual (IMS);
e. pencegahan penularan dari ibu dengan HIV kepada bayinya dan dari
penderita TB dengan HIV;
f. pencegahan penularan HIV dan AIDS pada kegiatan pemulasaran
jenazah;
g. penerapan kewaspadaan universal (Universal Precaution); dan
h. pengurangan penularan HIV dan AIDS pada penyalahgunaan Napza
suntik.
BAB II
KEGIATAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS
Bagian Kesatu
Jenis Kegiatan
Pasal 5
Penanggulangan HIV/AIDS dilakukan melalui :
a. sosialisasi
b. pencegahan
c. konseling dan tes sukarela yang terjamin kerahasiaannya
d. pengobatan
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
10
e. perawatan dan dukungan
f. perlindungan
g. layanan komunikasi publik
h. rehabilitasi sosial bagi kelompok resiko tinggi.
Bagian Kedua
Promosi
Pasal 6
(1) Kegiatan promosi dilakukan secara komprehensif, integratif, partisipatif
dan berkesinambungan ;
(2) Kegiatan promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui :
a. peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi
b. upaya perubahan sikap dan perilaku
(3) Kegiatan promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh Pemerintah Daerah, masyarakat dan sektor usaha, LSM peduli HIV
dan AIDS
(4) Kegiatan promosi melalui peningkatan komunikasi, informasi dan
edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) butir a, harus memiliki
prinsip sebagai berikut :
a. upaya KIE HIV dan AIDS dilaksanakan oleh masyarakat dan atau
Pemerintah Daerah
b. setiap upaya KIE HIV dan AIDS harus mencerminkan nilai-nilai
agama, sosial dan budaya yang ada di Indonesia;
c. KIE HIV dan AIDS diarahkan untuk mempertahankan dan
memperkokoh ketahanan dan kesejahteraan keluarga;
d. KIE HIV dan AIDS diarahkan pada upaya pendidikan dan
penyuluhan untuk memantapkan perilaku yang positif serta untuk
ikut berperan dalam penanggulangan HIV dan AIDS secara mandiri;
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
11
e. setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi yang benar untuk
melindungi diri dan orang lain terhadap infeksi HIV(/AIDS);
f. KIE HIV dan AIDS diarahkan untuk mencegah perlakuan
diskriminasi kepada pengidap HIV dan AIDS;
g. KIE HIV dan AIDS harus tetap menghormati harkat dan martabat
para pengidap HIV dan AIDS dan Keluarganya;
h. KIE HIV dan AIDS dilaksanakan selaras dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan sesuai dengan Startegi
Nasional Penanggulangan HIV/AIDS; dan
i. KIE HIV dan AIDS diarahkan pada peningkatan kemampuan
Petugas
(5) Untuk penyebarluasan informasi HIV dan AIDS dapat
menggunakan seluruh media seperti media elektronik, media grafika,
media luar ruang dan media tradisional baik milik pemerintah
maupun swasta.
Bagian Ketiga
Pencegahan
Pasal 7
Kegiatan pencegahan dilakukan secara komprehensif, integratif, partisipatif
dan berkesinambungan
Pasal 8
Kelompok resiko tinggi wajib melakukan test HIVdan AIDS secara
periodik.
Pasal 9
Pemerintah Daerah dan Instansi terkait dalam melakukan pencegahan wajib
melaksanakan :
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
12
a. pembinaan mental dan religi di masyarakat sesuai dengan norma sosial
dan Ketuhanan Yang Maha Esa
b. penyuluhan pengetahuan dasar HIV dan AIDS kepada masyarakat
umum terutama kepada kelompok resiko tinggi
c. kampanye hidup sehat
Pasal 10
(1) Upaya penanggulangan HIV dan AIDS dilaksanakan dengan prinsip
a. Tidak melakukan hubungan seks
b. menggunakan narkoba suntik
e. Tidak menggunakan peralatan pribadi yang berpotensi menularan
HIV dan AIDS secara bergantian.
f. Pengurangan Penularan melalui layananIMS
(2) Pemerintah Daerah dan Instansi terkait dalam melakukan pencegahan
HIV dan AIDS dengan melaksanakan program Harm Reduction dan
penanggulangan IMS (Infeksi Menular Seksual) secara terpadu dan
berkala di tempat – tempat berisiko tinggi seperti di lokalisasi.
Pasal 11
(1) Setiap orang yang telah mengetahui dirinya terinfeksi IMS dan HIV
wajib melindungi orang yang hidup atau terdampak langsung dengan
keberadaannya dan wajib mengikuti program pendampingan dan
pembinaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dan Instansi
yang terkait
(2) Setiap Petugas yang membidangi masalah ini yang telah mengetahui
dirinya terinfeksi HIV dilarang mendonorkan darah, produk darah,
cairan sperma, organ dan /atau jaringan tubuhnya kepada orang lain.
(3) Setiap orang yang melakukan Screaning darah, produk darah, cairan
sperma, organ, dan/atau jaringan tubuhnya wajib mentaati standar
prosedur Screaning
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
13
(4) Setiap Petugas dilarang meneruskan darah, produk, darah, cairan
sperma, organ, dan/atau jaringan tubuhnya yang terinfeksi HIV kepada
calon penerima donor
Pasal 12
(1) Setiap perempuan yang mengetahui dirinya terinfeksi HIV bila ingin
hamil, wajib mengikuti program untuk pencegahan penularan HIV
dari ibu ke anak, agar bayinya terhindar dari HIV
(2) Setiap pemeriksaan ibu hamil, calon pengantin dan penderita TB paru,
khususnya yang resisten terhadap pengobatan Obat Anti Tuberculosis
(OAT), petugas mengupayakan konseling dan test darah;
(3) Bagi ibu hamil dengan HIV Positif wajib dilakukan pemberian Anti
Retro Viral (ARV) selama masa kehamilan, proses persalinan yang
aman dan pemberian pengganti ASI;
(4) Bagi penderita TB dengan HIV wajib dilakukan pemberian ARV dan
OAT.
Pasal 13
(1) Setiap petugas kesehatan wajib mengikuti prosedur universal precaution
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan
darah dan cairan sperma, cairan vagina dan ASI serta
pemulasaraan/perawatan jenazah ODHA
(2) Prinsip universal precaution adalah menjaga higiene sanitasi individu,
higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan;
(3) Setiap orang yang menggunakan peralatan yang berpotensi menjadi
media penularan HIV dan AIDS pada tubuhnya sendiri dan/atau
tubuh orang lain wajib menggunakan peralatan yang steril
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
14
(4) Setiap sarana pelayanan kesehatan dasar, rujukan penunjang,
pengobatan tradisional dan pangkas rambut baik milik Pemerintah
Daerah maupun swasta berkewajiban melaksanakan universal precaution
(5) Prosedur universal precaution akan diatur dalam Peraturan Kepala
Daerah atau petunjuk teknis dari instansi terkait.
Pasal 14
Pemerintah Daerah wajib menyediakan sarana prasarana :
a. Screaning HIV pada semua darah, produk darah, cairan sperma, organ,
dan/atau jaringan yang didonorkan ;
b. layanan untuk pencegahan pada pemakai narkoba suntik ;
c. layanan untuk pencegahan dari ibu hamil yang positif HIV kepada bayi
yang dikandungnya ;
d. program pendampingan dan pembinaan terhadap ODHA dan OHIDA
;
e. layanan VCT dan CST dengan kualitas baik dan gratis bagi semua
lapisan masyarakat.
f. surveilans IMS, HIV dan perilaku ;
g. layanan IMS pada setiap unit pelayanan kesehatan milik Pemerintah
Daerah seperti Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah I.A.Moeis
Samarinda.
h. pengembangan sistem pencatatan dan pelaporan kasus-kasus HIV dan
AIDS
i. rehabilitasi sosial
j. keperluan sosialisasi tentang pencegahan HIV dan AIDS kepada
masyarakat luas, instansi Pemerintah Daerah dan swasta.
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
15
Bagian Ketiga
Perlindungan dan Partisipasi Masyarakat
Pasal 15
(1) Dalam melakukan tes HIV untuk keperluan surveilans dan Screaning
pada darah, produk darah, cairan sperma, organ, dan atau/jaringan
yang didonorkan wajib dilakukan dengan cara unlinked anonymous.
(2) Setiap petugas yang melakukan tes HIV untuk keperluan pengobatan,
dukungan dan pencegahan termasuk penularan dari ibu hamil kepada
bayi yang dikandungnya wajib dilakukan dengan cara VCT
(3) Dalam hal keadaan khusus yang tidak memungkinkan konseling
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), konseling dilakukan dengan
konseling keluarga.
(4) Setiap orang dilarang melakukan tes HIV secara paksa terkecuali pada
kondisi tertentu yang diperbolehkan menurut perundang-undangan
yang berlaku.
Pasal 16
(1) Setiap orang yang karena pekerjaannya atau sebab apapun mengetahui
dan memiliki informasi status HIV seseorang wajib merahasiakannya,
kecuali :
a. Jika ada persetujuan/izin dari yang tertulis dari orang yang
bersangkutan;
b. Jika ada persetujuan/izin dari orang tua atau wali dari anak yang
belum cukup umur, cacat atau tidak sadar.
c. Jika ada keputusan hakim yang memerintahkan status HIV
seseorang dapat dibuka
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
16
d. Jika ada kepentingan rujukan atau layanan medis, dengan
komunikasi antar dokter atau fasilitas kesehatan dimana ODHA
tersebut dirawat.
(2) Tenaga kesehatan atau konselor dengan persetujuan ODHA
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat membuka informasi
kepada pasangan seksualnya dan atau pengguna alat suntik atau alat
cukur bersama, bila :
a. ODHA yang tidak mampu menyampaikan statusnya setelah
mendapat konseling yang cukup.
b. Ada indikasi telah terjadi penularan pada pasangan seksualnya atau
pengguna alat suntik bersama; dan
c. Untuk kepentingan pemberian pengobatan, perawatan dan
dukungan pada pasangan seksualnya atau pengguna alat suntik
bersama dan atau beda tajam yang dipergunakan secara bersama.
Bagian Keempat
Perawatan dan Dukungan
Pasal 17
Penyedia layanan kesehatan wajib memberikan pelayanan pengobatan
kepada ODHA tanpa diskriminasi/membeda-bedakan.
Pasal 18
(1) Kegiatan pengobatan ODHA dilakukan berdasarkan pendekatan :
a. berbasis klinik, dan
b. berbasis keluarga, kelompok dukungan, serta masyarakat
(2) Kegiatan pengobatan berbasis klinik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dilakukan pada pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan
layanan penunjang milik Pemerintah Daerah maupun swasta.
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
17
(3) Kegiatan pengobatan berbasis keluarga, kelompok dukungan, serta
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan di
rumah ODHA oleh keluarganya atau anggota masyarakat lainnya.
Pasal 19
(1) Pemerintah Daerah menyediakan sarana dan prasarana :
a. pendukung pengobatan
b. pengadaan obat anti retroviral
c. obat anti infeksi opportunistik dan
d. obat IMS
(2) Kegiatan perawatan dan dukungan terhadap ODHA dilakukan
berdasarkan pendekatan :
a. Medis, berupa pengadaan obat anti retroviral, obat anti infeksi
opportunistic dan obat IMS;
b. Spiritual, berupa pendampingan dan pembinaan mental dan
keagamaan bagi ODHA dan OHIDA sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya;
c. Psikologis, berupa konseling berkesinambungan oleh kolektor;
d. GIPA, berupa kegiatan sosial ekonomi yang melibatkan peran
serta aktif dari ODHA dan OHIDA melalui kelompok dukungan
sebaya;
e. Masyarakat, berupa upaya menghilangkan stigma dan diskriminasi
serta pemberian akses informasi dan pengetahuan tentang HIV
dan AIDS.
(3) Ketersediaan sarana dan prasarana untuk perawatan dan dukungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus bermutu dan
gratis bagi seluruh lapisan masyarakat.
.
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
18
Bagian Keenam
Perlindungan
Pasal 20
(1) Pemerintah Daerah melindungi hak-hak pribadi, hak-hak sipil dan hak
azasi ODHA dan OHIDA.
(2) Diskriminasi dalam bentuk apapun kepada orang yang terduga atau
disangka atau telah terinfeksi HIV adalah merupakan pelanggaran
terhadap Peraturan Daerah ini
(3) Anak yang terdampak langsung oleh HIV dan AIDS berhak untuk
mendapatkan pemeliharaan Pemerintah Daerah
Bagian Ketujuh
Layanan Komunikasi Publik
Pasal 21
Sasaran Pemerintah Daerah dalam melakukan layanan komunikasi publik
adalah:
a. media massa
b. kelompok pembentuk opini
c. masyarakat umum
Pasal 22
Pemerintah Daerah dalam melakukan layanan komunikasi publik wajib :
a. meningkatkan publikasi baik secara kuantitas maupun kualitas melalui
media massa yang sifatnya edukatif
b. memasang iklan layanan masyarakat yang muncul di media massa
secara reguler
c. mengadakan rubrik-rubrik atau program-program khusus
penanggulangan HIV AIDS yang dibuat oleh media massa milik
Pemerintah Daerah
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
19
d. mengadakan pelatihan dan pembangunan kapasitas bagi para jurnalis,
pemimpin media massa dan kelompok pembentuk opini
e. mengadakan seminar, diskusi dan lokakarya atau sejenisnya secara
reguler dalam jangka waktu tertentu
Bagian Kedelapan
Rehabilitasi Sosial
Pasal 23
Dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS, Pemerintah Daerah wajib
mengadakan rehabilitasi sosial berupa pembinaan mental, sosial dan
spiritual.
Pasal 24
(1) Pemerintah Daerah dalam melakukan rehabilitasi sosial melaksanakan
pendampingan mental, sosial dan religi terhadap kelompok resiko
tinggi dengan mengembangkan pesan-pesan dan pendekatan yang
khusus dirancang dengan menggunakan berbagai macam saluran
komunikasi, dengan tujuan membentuk perilaku yang positif, serta
mempromosikan dan mempertahankan perilaku yang tepat pada
individu dan masyarakat.
(2) Pemerintah Daerah dalam melakukan rehabilitasi sosial melaksanakan
pendampingan berupa:
a. penggalian minat dan bakat bagi kelompok resiko tinggi, ODHA
dan OHIDA
b. peningkatan life skill, manajemen pengelolaan usaha, pemberian
modal usaha bergulir dan dukungan pemasaran bagi kelompok
resiko tinggi, ODHA dan OHIDA
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
20
BAB III
KOMISI PENANGGULANGAN AIDS DAERAH
Bagian Kesatu
Badan Koordinasi
Pasal 25
(1) Masalah HIV dan AIDS sangat kompleks sehingga harus ditangani
secara multi pihak berlandaskan kemitraan;
(2) Pemerintah Daerah berkewajiban membentuk koordinasi
penganggulangan HIV dan AIDS yang disebut Komisi Penanggulangan
AIDS Daerah (KPAD);
(3) KPAD ini memiliki ruang lingkup tugas dan wewenang :
a. menyusun strategi penanggulangan HIV dan AIDS dalam rangka
mencegah penularan baru dan mengurangi dampak infeksi yang
sudah ada;
b. menyelaraskan dan mengintegrasikan antara kebijakan dengan
kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah, swasta/dunia usaha, LSM, dan masyarakat
sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara efektif dan
efisien;
c. melakukan advokasi, promosi, monitoring hak-hak pribadi orang
terinfeksi HIV, sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan
norma-norma stándar internasional;
d. menengahi, memecahkan dan melakukan mediasi-arbitrasi bagi
individu yang mengadu karena memperoleh pengakuan terstigmam,
terdiskriminasi dan terlanggar hak-hak pribadinya serta memberikan
perlindungan etik sesuai keperluan;
e. menggalang kerjasama dengan unsur masyarakat yang bekerjasama
dibidang penanggulangan HIV dan AIDS dalam rangka monitoring
pelaksanaan peraturan daerah di lapangan;
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
21
f. menghimpun dan menganalisis data dan kegiatan statistik lainnya,
sehingga dapat menyusun dan memberikan masukan-masukan
konkrit kepada Pemerintah Daerah;
g. menghimpun dan menggerakkan serta memanfaatkan sumber daya
yang berasal dari pusat, daerah, masyarakat maupun luar negeri
secara efektif dan efisien;
h. mengkoordinasikan setiap kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS
yang dilakukan oleh setiap Warga Negara Indonesia dan Asing
i. mengembangkan pusat informasi tentang program penanggulangan
HIV dan AIDS;
j. mendorong terbentuknya lembaga swadaya masyarakat peduli AIDS
di daerah;
k. melakukan bimbingan penanggulangan HIV dan AIDS kepada
instansi terkait di Pemerintah Daerah
l. melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan penanggulangan
HIV/AIDS di Kota Samarinda dan melakukan langkah-langkah
tindak lanjut; dan
m. melakukan tugas-tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.
(4) Anggota KPAD diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Daerah;
(5) Anggota KPAD terdiri dari :
a. Pemerintah Daerah
b. Akademisi;
c. Lembaga Swadaya Masyarakat
(6) Tata cara pengangkatan dan pemberhentian Anggota KPAD diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah.
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
22
Bagian Kedua
KESINAMBUNGAN PENANGGULANGAN
Pasal 26
Untuk menjamin kesinambungan penanggulangan HIV dan AIDS di Kota
Samarinda, maka Pemerintah Daerah bersama masyarakat berkewajiban
untuk :
a. melaksanakan pelatihan dan pendidikan dalam berbagai aspek
penannggulangan HIV dan AIDS;
b. meningkatkan jumlah mutu sarana yang diperlukan dalam
penanggulangan HIV dan AIDS;
c. membentuk pusat data dan informasi HIV dan AIDS;
BAB IV
PERAN SERTA INSTANSI
PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
PERAN SERTA INSTANSI PEMERINTAH DAERAH
Pasal 27
Sasaran pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS meliputi :
a. tatanan rumah tangga/keluarga;
b. tatanan institusi pendidikan/sekolah;
c. tatanan institusi kesehatan ;
d. tatanan tempat kerja ;
e. tatanan tempat khusus;
f. tatanan lembaga/organisasi kemasyarakatan; dan
g. tatanan tempat-tempat wisata.
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
23
Pasal 28
Instansi penanggung jawab pencegahan HIV dan AIDS yaitu:
a. Tatanan rumah tangga/keluarga penanggungjawab utama adalah Badan
Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kota Samarinda;
b. Tatanan institusi pendidikan/sekolah penangggung jawab utama adalah
Dinas Pendidikan Kota Samarinda;
c. Tatanan institusi kesehatan penangggungjawab utama adalah Dinas
Kesehatan Kota Samarinda;
d. Tatanan tempat Kerja penangggungjawab utama adalah Kantor Tenaga
Kerja Kota Samarinda;
e. Tatanan tempat-tempat khusus penangggungjawab utama adalah Bagian
Sosial Sekretariat Daerah Kota Samarinda;
f. Tatanan lembaga/organisasi kemasyarakatan penangggungjawab utama
adalah Dinas Kesatuan bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat Kota
Samarinda;
g. Tatanan tempat-tempat wisata penangggungjawab utama adalah Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Samarinda.
Pasal 29
Dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS, Pemerintah Daerah wajib
melakukan :
a. koordinasi antar Instansi Pemerintah Daerah terkait
b. advokasi
Pasal 30
(1) Setiap Instansi penanggungjawab berkewajiban untuk mengembangkan
program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS yang
diintegrasikan ke dalam kegiatan Instansi tersebut;
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
24
(2) Dalam melaksanakan Kewajibannya sebagaimana ayat 1, Instansi
tersebut dapat bekerjasama dengan Instansi lain.
Bagian Kedua
Peran Serta Masyarakat
Pasal 31
(1) Masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam
kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS dengan cara :
a. berperilaku hidup sehat
b. meningkatkan ketahanan keluarga untuk mencegah penularan HIV
dan AIDS
c. tidak melakukan diskriminasi terhadap ODHA dan OHIDA ;
d. menciptakan lingkungan yang kondusif bagi ODHA dan
keluarganya
e. terlibat dalam kegiatan promosi, pencegahan, tes dan kerahasiaan,
pengobatan, serta perawatan dan dukungan
f. berperan aktif dalam pengawasan kegiatan dan tempat yang
berpotensi menjadi persebaran HIV dan AIDS
(2) Pemerintah Daerah membina dan menggerakan swadaya masyarakat di
bidang penanggulangan HIV dan AIDS.
BAB V
PEMBIAYAAN
Pasal 32
(1) Segala biaya untuk kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS yang
dilaksanakan oleh KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4, 5),
Pasal 9. Pasal 10. Pasal 14. Pasal 19 (2), Pasal 21 ayat (1, 2), Pasal 26,
Pasal 27 dan Pasal 28 bersumber pada APBD dan sumber biaya lain
yang sah.
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
25
(2) Pertanggungjawaban pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
BAB VI
PEMBINAAN, KOORDINASI DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 33
(1) Kepala Daerah melakukan pembinaan terhadap semua kegiatan yang
berkaitan dengan penanggulangan HIV dan AIDS.
(2) Pembinaan sebagiamana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk :
a. mewujudkan kepedulian kesehatan masyarakat sehingga mampu
mencegah dan mengurangi penularan HIV dan AIDS
b. terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan informasi dan pelayanan
kesehatan yang cukup, aman, bermutu dan gratis bagi seluruh
lapisan masyarakat sehingga mampu mencegah dan mengurangi
penularan HIV dan AIDS;
c. melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan kejadian
yang dapat menimbulkan penularan HIV dan AIDS
d. memberikan kemudahan dalam rangka menunjang peningkatan
upaya penangulangan HIV dan AIDS
e. meningkatkan mutu tenaga kesehatan dalam upaya
penanggulangan HIV dan AIDS
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
26
Bagian Kedua
Koordinasi
Pasal 34
Kepala Daerah melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang
berkompeten dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS baik
menyangkut aspek pengaturan maupun aspek pelaksanaan.
Bagian Ketiga
Pengawasan
Pasal 35
(1) Kepala Daerah melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan yang
berkaitan dengan penanggulangan HIV dan AIDS baik yang dilakukan
oleh aparatur Pemerintah Daerah, masyarakat, maupun sektor swasta.
(2) Kepala Daerah melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan dan
tempat yang berpotensi menjadi persebaran HIV AIDS.
(3) Dalam melaksanakan pengawasan, Kepala Daerah dibantu dengan
peran aktif dari masyarakat.
(4) Bila dipandang perlu Kepala Daerah dapat membentuk Tim
Pengawasan Terpadu
BAB VII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 36
(1) Kepala Daerah berwenang menjatuhkan sanksi administrasi terhadap
aparatur Pemerintah Kota, masyarakat, maupun sektor usaha yang
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Sanksi administrasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini
berupa :
a. Peringatan secara tertulis;
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
27
b. Pencabutan sementara izin;
c. Pencabutan izin apabila telah dilakukan peringatan secara tertulis
sebanyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut dengan tenggang waktu
masing-masing selama 7 (tujuh) hari, disertai dengan alasan
pencabutannya ;
d. Penghentian atau penutupan penyelenggaraan usaha.
(3) Dalam hal tertentu Kepala Daerah berwenang melakukan paksaan
terhadap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan untuk mencegah
dan mengakhiri terjadinya pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini,
serta menanggulangi akibat yang ditimbulkan oleh suatu pelanggaran,
melakukan tindakan penyelamatan, penanggulangan dan atau
pemulihan, atas beban biaya dari penanggungjawab usaha dan atau
kegiatannya serta pencabutan ijin usahanya, kecuali ditentukan lain
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 37
(1) Jika pelanggaran dilakukan oleh Instansi Pemerintah Daerah dan atau
Pegawai Negeri Sipil, Tentara Nasional Indonesia, Polisi dan pegawai
BUMN/BUMD akan dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
(2) Jika pelanggaran dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat
dilakukan pembinaan dan perbaikan manajemen.
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
28
BAB VIII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 38
(1) Selain oleh pejabat penyidik POLRI, penyidikan atas tindak pidana
pelanggaran dalam Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Pejabat
Penyidik Pegawai Negeri Sipill (PPNS) di lingkungan Pemerintah
Daerah yang pengangkatannya berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang :
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan adanya tindak pidana bidang Pencegahan
dan Penangulangan HIV dan AIDS agar keterangan atau laporan
tersebut menjadi lengkap dan jelas ;
b. meminta keterangan atau barang bukti dari orang pribadi dan atau
badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS ;
c. melakukan penggeledahan, pemeriksaan maupun penyitaan barang
bukti yang berkenaan dengan tindak pidana dibidang pencegahan
dan penanggulangan HIV dan AIDS.
d. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang pencegahan dan penanggulangan
HIV dan AIDS ;
e. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang, dokumen yang sedang dibawa sebagaimana
dimaksud pada huruf e ;
f. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi ;
g. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
untuk pidana di bidang pencegahan dan penanggulangan HIV dan
AIDS menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan;
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
29
h. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang
membuktikan tentang adanya tindak pidana di bidang
penanggulangan HIV dan AIDS.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 39
Pelaksanaan peraturan daerah ini akan dilakukan secara bertahap setelah
pelaksanaan sosialisasi selama 1 (satu) tahun, terhitung sejak tanggal
diundangkannya Peraturan Daerah ini.
BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 40
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 6 ayat 4 huruf f, dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak
Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 41
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota
Samarinda.
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
30
Ditetapkan di Samarinda
Pada tanggal 3 Juni 2008
WALIKOTA SAMARINDA,
ttd
H. ACHMAD AMINS
Diundangkan di Samarinda
Pada tanggal 3 Juni 2009
SEKRETARIS DAERAH KOTA SAMARINDA,
H. M FADLY ILLA
Pembina Utama Madya
Nip. 19530620198212 1 002
LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2009 NOMOR 03
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

More Related Content

What's hot

Jaminan kesehatan nasional_ringkas
Jaminan kesehatan nasional_ringkasJaminan kesehatan nasional_ringkas
Jaminan kesehatan nasional_ringkasMuh Saleh
 
58d486f010a3f067108647(1)
58d486f010a3f067108647(1)58d486f010a3f067108647(1)
58d486f010a3f067108647(1)ave ria
 
Perda Kab Nunukan no 6. tahun 2008 penanggulan kemiskinan
Perda Kab Nunukan no 6. tahun 2008 penanggulan kemiskinanPerda Kab Nunukan no 6. tahun 2008 penanggulan kemiskinan
Perda Kab Nunukan no 6. tahun 2008 penanggulan kemiskinanArifuddin Ali.
 
Permenkes 43 tahun 2016 tentang spm
Permenkes 43 tahun 2016 tentang spmPermenkes 43 tahun 2016 tentang spm
Permenkes 43 tahun 2016 tentang spmMuammaraqibmuufti
 
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang KesehatanPermenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang KesehatanMuh Saleh
 
Apa Kabar Pelaksanaan Program JKN.
Apa Kabar Pelaksanaan Program JKN.Apa Kabar Pelaksanaan Program JKN.
Apa Kabar Pelaksanaan Program JKN.Heri Irawan,S.E
 
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahimpermenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahimAchmad Wahid
 
Visi indonesia sehat 2015
Visi indonesia sehat 2015Visi indonesia sehat 2015
Visi indonesia sehat 2015defiahs
 
Kondisi Jaminan Kesehatan di Kab.Bogor
Kondisi Jaminan Kesehatan di Kab.BogorKondisi Jaminan Kesehatan di Kab.Bogor
Kondisi Jaminan Kesehatan di Kab.BogorHeri Irawan,S.E
 
Kendala implementasi JKN-BPJS
Kendala implementasi JKN-BPJSKendala implementasi JKN-BPJS
Kendala implementasi JKN-BPJSHeri Irawan,S.E
 
telaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
telaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatantelaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
telaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatanAsiyah Khoirunnisaa
 

What's hot (11)

Jaminan kesehatan nasional_ringkas
Jaminan kesehatan nasional_ringkasJaminan kesehatan nasional_ringkas
Jaminan kesehatan nasional_ringkas
 
58d486f010a3f067108647(1)
58d486f010a3f067108647(1)58d486f010a3f067108647(1)
58d486f010a3f067108647(1)
 
Perda Kab Nunukan no 6. tahun 2008 penanggulan kemiskinan
Perda Kab Nunukan no 6. tahun 2008 penanggulan kemiskinanPerda Kab Nunukan no 6. tahun 2008 penanggulan kemiskinan
Perda Kab Nunukan no 6. tahun 2008 penanggulan kemiskinan
 
Permenkes 43 tahun 2016 tentang spm
Permenkes 43 tahun 2016 tentang spmPermenkes 43 tahun 2016 tentang spm
Permenkes 43 tahun 2016 tentang spm
 
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang KesehatanPermenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
 
Apa Kabar Pelaksanaan Program JKN.
Apa Kabar Pelaksanaan Program JKN.Apa Kabar Pelaksanaan Program JKN.
Apa Kabar Pelaksanaan Program JKN.
 
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahimpermenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
 
Visi indonesia sehat 2015
Visi indonesia sehat 2015Visi indonesia sehat 2015
Visi indonesia sehat 2015
 
Kondisi Jaminan Kesehatan di Kab.Bogor
Kondisi Jaminan Kesehatan di Kab.BogorKondisi Jaminan Kesehatan di Kab.Bogor
Kondisi Jaminan Kesehatan di Kab.Bogor
 
Kendala implementasi JKN-BPJS
Kendala implementasi JKN-BPJSKendala implementasi JKN-BPJS
Kendala implementasi JKN-BPJS
 
telaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
telaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatantelaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
telaah uu no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
 

Similar to Pencegahan HIV AIDS Samarinda

100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids
100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids
100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaidswidiaadiratna0205
 
100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids
100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids
100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaidsAryadi Ibnie
 
Perda Propinsi DI Yogyakarta Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penanggulangan HIV d...
Perda Propinsi DI Yogyakarta Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penanggulangan HIV d...Perda Propinsi DI Yogyakarta Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penanggulangan HIV d...
Perda Propinsi DI Yogyakarta Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penanggulangan HIV d...Komunitas AIDS Indonesia
 
PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
PENANGGULANGAN HIV DAN AIDSPENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
PENANGGULANGAN HIV DAN AIDSAchmad Wahid
 
Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 (4).pdf
Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 (4).pdfPermenkes Nomor 12 Tahun 2017 (4).pdf
Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 (4).pdfImun5
 
Permenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi
Permenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasiPermenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi
Permenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasiYusneri Ahs
 
PMK Nomor 12_Tahun 2017 ttg_penyelenggaraan_imunisasi_
PMK Nomor 12_Tahun 2017 ttg_penyelenggaraan_imunisasi_PMK Nomor 12_Tahun 2017 ttg_penyelenggaraan_imunisasi_
PMK Nomor 12_Tahun 2017 ttg_penyelenggaraan_imunisasi_LinaNadhilah2
 
Permenkes No.12 Tahun 2017
Permenkes No.12 Tahun 2017Permenkes No.12 Tahun 2017
Permenkes No.12 Tahun 2017Tri Setyanti
 
Pergub dki jakarta nomor 51 tahun 2020 ttg pelaksanaan psbb pada masa transisi
Pergub dki jakarta nomor 51 tahun 2020 ttg pelaksanaan psbb pada masa transisiPergub dki jakarta nomor 51 tahun 2020 ttg pelaksanaan psbb pada masa transisi
Pergub dki jakarta nomor 51 tahun 2020 ttg pelaksanaan psbb pada masa transisiAvida Virya
 
Pergub DKI No 51 tahun 2020
Pergub DKI No 51 tahun 2020 Pergub DKI No 51 tahun 2020
Pergub DKI No 51 tahun 2020 Iqbal Maulana
 
Hiv..strategi dan rencana
Hiv..strategi dan rencanaHiv..strategi dan rencana
Hiv..strategi dan rencanaguest3643a1
 
Kebijakan pemerintah Indonesia tentang penanggulangan penyakit HIV.pptx
Kebijakan pemerintah Indonesia tentang penanggulangan penyakit HIV.pptxKebijakan pemerintah Indonesia tentang penanggulangan penyakit HIV.pptx
Kebijakan pemerintah Indonesia tentang penanggulangan penyakit HIV.pptxSitiNurAsiahmuminin
 
Perbup PSBB Kabupaten Tangerang
Perbup PSBB Kabupaten TangerangPerbup PSBB Kabupaten Tangerang
Perbup PSBB Kabupaten TangerangAgaton Kenshanahan
 
Pmk no. 67_ttg_penanggulangan_tuberkolosis_
Pmk no. 67_ttg_penanggulangan_tuberkolosis_Pmk no. 67_ttg_penanggulangan_tuberkolosis_
Pmk no. 67_ttg_penanggulangan_tuberkolosis_Putri Lenggogeni
 
2010 Perda pencegahan dan pengendalian penyakit yang bersumber dari binatang
2010 Perda pencegahan dan pengendalian penyakit yang bersumber dari binatang2010 Perda pencegahan dan pengendalian penyakit yang bersumber dari binatang
2010 Perda pencegahan dan pengendalian penyakit yang bersumber dari binatangPA_Klaten
 
KRTHA VOL 15 NO 1 2021.pdf
KRTHA VOL 15 NO 1 2021.pdfKRTHA VOL 15 NO 1 2021.pdf
KRTHA VOL 15 NO 1 2021.pdfnorfahusada1234
 

Similar to Pencegahan HIV AIDS Samarinda (20)

100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids
100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids
100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids
 
Pmk no. 21 thn 2013 ttg penanggulangan hiv dan aids
Pmk no. 21  thn 2013 ttg penanggulangan hiv dan aidsPmk no. 21  thn 2013 ttg penanggulangan hiv dan aids
Pmk no. 21 thn 2013 ttg penanggulangan hiv dan aids
 
100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids
100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids
100 permenkes no 21 tahun 2013 penanggulangan hivaids
 
Perda Propinsi DI Yogyakarta Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penanggulangan HIV d...
Perda Propinsi DI Yogyakarta Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penanggulangan HIV d...Perda Propinsi DI Yogyakarta Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penanggulangan HIV d...
Perda Propinsi DI Yogyakarta Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penanggulangan HIV d...
 
PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
PENANGGULANGAN HIV DAN AIDSPENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
 
Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 (4).pdf
Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 (4).pdfPermenkes Nomor 12 Tahun 2017 (4).pdf
Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 (4).pdf
 
Permenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi
Permenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasiPermenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi
Permenkes nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi
 
PMK Nomor 12_Tahun 2017 ttg_penyelenggaraan_imunisasi_
PMK Nomor 12_Tahun 2017 ttg_penyelenggaraan_imunisasi_PMK Nomor 12_Tahun 2017 ttg_penyelenggaraan_imunisasi_
PMK Nomor 12_Tahun 2017 ttg_penyelenggaraan_imunisasi_
 
Permenkes No.12 Tahun 2017
Permenkes No.12 Tahun 2017Permenkes No.12 Tahun 2017
Permenkes No.12 Tahun 2017
 
Pergub dki jakarta nomor 51 tahun 2020 ttg pelaksanaan psbb pada masa transisi
Pergub dki jakarta nomor 51 tahun 2020 ttg pelaksanaan psbb pada masa transisiPergub dki jakarta nomor 51 tahun 2020 ttg pelaksanaan psbb pada masa transisi
Pergub dki jakarta nomor 51 tahun 2020 ttg pelaksanaan psbb pada masa transisi
 
Pergub DKI No 51 tahun 2020
Pergub DKI No 51 tahun 2020 Pergub DKI No 51 tahun 2020
Pergub DKI No 51 tahun 2020
 
Hiv..strategi dan rencana
Hiv..strategi dan rencanaHiv..strategi dan rencana
Hiv..strategi dan rencana
 
Kebijakan pemerintah Indonesia tentang penanggulangan penyakit HIV.pptx
Kebijakan pemerintah Indonesia tentang penanggulangan penyakit HIV.pptxKebijakan pemerintah Indonesia tentang penanggulangan penyakit HIV.pptx
Kebijakan pemerintah Indonesia tentang penanggulangan penyakit HIV.pptx
 
Perbup PSBB Kabupaten Tangerang
Perbup PSBB Kabupaten TangerangPerbup PSBB Kabupaten Tangerang
Perbup PSBB Kabupaten Tangerang
 
Pmk no. 67_ttg_penanggulangan_tuberkolosis_
Pmk no. 67_ttg_penanggulangan_tuberkolosis_Pmk no. 67_ttg_penanggulangan_tuberkolosis_
Pmk no. 67_ttg_penanggulangan_tuberkolosis_
 
2010 Perda pencegahan dan pengendalian penyakit yang bersumber dari binatang
2010 Perda pencegahan dan pengendalian penyakit yang bersumber dari binatang2010 Perda pencegahan dan pengendalian penyakit yang bersumber dari binatang
2010 Perda pencegahan dan pengendalian penyakit yang bersumber dari binatang
 
PPT yeww.pptx
PPT yeww.pptxPPT yeww.pptx
PPT yeww.pptx
 
Kelompok 4
Kelompok 4Kelompok 4
Kelompok 4
 
KRTHA VOL 15 NO 1 2021.pdf
KRTHA VOL 15 NO 1 2021.pdfKRTHA VOL 15 NO 1 2021.pdf
KRTHA VOL 15 NO 1 2021.pdf
 
Permenkes Nomor 36 Tahun 2015 tentang Pencegahan Kecurangan (Fraud) Dalam Jam...
Permenkes Nomor 36 Tahun 2015 tentang Pencegahan Kecurangan (Fraud) Dalam Jam...Permenkes Nomor 36 Tahun 2015 tentang Pencegahan Kecurangan (Fraud) Dalam Jam...
Permenkes Nomor 36 Tahun 2015 tentang Pencegahan Kecurangan (Fraud) Dalam Jam...
 

More from IdnJournal

Permenkes no. 28 tahun 2014
Permenkes no. 28 tahun 2014Permenkes no. 28 tahun 2014
Permenkes no. 28 tahun 2014IdnJournal
 
Se mendagri no. 900 tahun 2014
Se mendagri no. 900 tahun 2014Se mendagri no. 900 tahun 2014
Se mendagri no. 900 tahun 2014IdnJournal
 
Perpres no. 109 tahun 2013
Perpres no. 109 tahun 2013Perpres no. 109 tahun 2013
Perpres no. 109 tahun 2013IdnJournal
 
Perpres no. 108 tahun 2013
Perpres no. 108 tahun 2013Perpres no. 108 tahun 2013
Perpres no. 108 tahun 2013IdnJournal
 
Permenkes no. 71 tahun 2013
Permenkes no. 71 tahun 2013Permenkes no. 71 tahun 2013
Permenkes no. 71 tahun 2013IdnJournal
 
Permenkes no. 19 tahun 2014
Permenkes no. 19 tahun 2014Permenkes no. 19 tahun 2014
Permenkes no. 19 tahun 2014IdnJournal
 
Permendagri no. 61 tahun 2007
Permendagri no. 61 tahun 2007Permendagri no. 61 tahun 2007
Permendagri no. 61 tahun 2007IdnJournal
 
Per bpjs kesehatan no. 1 tahun 2014
Per bpjs kesehatan no. 1 tahun 2014Per bpjs kesehatan no. 1 tahun 2014
Per bpjs kesehatan no. 1 tahun 2014IdnJournal
 
Kepmensos no. 15 tahun 2010
Kepmensos no. 15 tahun 2010Kepmensos no. 15 tahun 2010
Kepmensos no. 15 tahun 2010IdnJournal
 
Kepmenkes no. 326 tahun 2013
Kepmenkes no. 326 tahun 2013Kepmenkes no. 326 tahun 2013
Kepmenkes no. 326 tahun 2013IdnJournal
 
Permensos no. 111 tahun 2009
Permensos no. 111 tahun 2009Permensos no. 111 tahun 2009
Permensos no. 111 tahun 2009IdnJournal
 
Permensos no. 37 tahun 2010
Permensos no. 37 tahun 2010Permensos no. 37 tahun 2010
Permensos no. 37 tahun 2010IdnJournal
 
Permensos no. 17 tahun 2012
Permensos no. 17 tahun 2012Permensos no. 17 tahun 2012
Permensos no. 17 tahun 2012IdnJournal
 
Kepmensos no. 147 tahun 2013
Kepmensos no. 147 tahun 2013Kepmensos no. 147 tahun 2013
Kepmensos no. 147 tahun 2013IdnJournal
 
Kepmensos no. 146 tahun 2013
Kepmensos no. 146 tahun 2013Kepmensos no. 146 tahun 2013
Kepmensos no. 146 tahun 2013IdnJournal
 
Kepmensos no. 70 tahun 2013
Kepmensos no. 70 tahun 2013Kepmensos no. 70 tahun 2013
Kepmensos no. 70 tahun 2013IdnJournal
 
Kepmensos no. 50 tahun 2013
Kepmensos no. 50 tahun 2013Kepmensos no. 50 tahun 2013
Kepmensos no. 50 tahun 2013IdnJournal
 
Inpres no. 3 tahun 2010
Inpres no. 3 tahun 2010Inpres no. 3 tahun 2010
Inpres no. 3 tahun 2010IdnJournal
 
Inpres no. 1 tahun 2010
Inpres no. 1 tahun 2010Inpres no. 1 tahun 2010
Inpres no. 1 tahun 2010IdnJournal
 
Se mensos no 2 tahun 2013
Se mensos no 2 tahun 2013Se mensos no 2 tahun 2013
Se mensos no 2 tahun 2013IdnJournal
 

More from IdnJournal (20)

Permenkes no. 28 tahun 2014
Permenkes no. 28 tahun 2014Permenkes no. 28 tahun 2014
Permenkes no. 28 tahun 2014
 
Se mendagri no. 900 tahun 2014
Se mendagri no. 900 tahun 2014Se mendagri no. 900 tahun 2014
Se mendagri no. 900 tahun 2014
 
Perpres no. 109 tahun 2013
Perpres no. 109 tahun 2013Perpres no. 109 tahun 2013
Perpres no. 109 tahun 2013
 
Perpres no. 108 tahun 2013
Perpres no. 108 tahun 2013Perpres no. 108 tahun 2013
Perpres no. 108 tahun 2013
 
Permenkes no. 71 tahun 2013
Permenkes no. 71 tahun 2013Permenkes no. 71 tahun 2013
Permenkes no. 71 tahun 2013
 
Permenkes no. 19 tahun 2014
Permenkes no. 19 tahun 2014Permenkes no. 19 tahun 2014
Permenkes no. 19 tahun 2014
 
Permendagri no. 61 tahun 2007
Permendagri no. 61 tahun 2007Permendagri no. 61 tahun 2007
Permendagri no. 61 tahun 2007
 
Per bpjs kesehatan no. 1 tahun 2014
Per bpjs kesehatan no. 1 tahun 2014Per bpjs kesehatan no. 1 tahun 2014
Per bpjs kesehatan no. 1 tahun 2014
 
Kepmensos no. 15 tahun 2010
Kepmensos no. 15 tahun 2010Kepmensos no. 15 tahun 2010
Kepmensos no. 15 tahun 2010
 
Kepmenkes no. 326 tahun 2013
Kepmenkes no. 326 tahun 2013Kepmenkes no. 326 tahun 2013
Kepmenkes no. 326 tahun 2013
 
Permensos no. 111 tahun 2009
Permensos no. 111 tahun 2009Permensos no. 111 tahun 2009
Permensos no. 111 tahun 2009
 
Permensos no. 37 tahun 2010
Permensos no. 37 tahun 2010Permensos no. 37 tahun 2010
Permensos no. 37 tahun 2010
 
Permensos no. 17 tahun 2012
Permensos no. 17 tahun 2012Permensos no. 17 tahun 2012
Permensos no. 17 tahun 2012
 
Kepmensos no. 147 tahun 2013
Kepmensos no. 147 tahun 2013Kepmensos no. 147 tahun 2013
Kepmensos no. 147 tahun 2013
 
Kepmensos no. 146 tahun 2013
Kepmensos no. 146 tahun 2013Kepmensos no. 146 tahun 2013
Kepmensos no. 146 tahun 2013
 
Kepmensos no. 70 tahun 2013
Kepmensos no. 70 tahun 2013Kepmensos no. 70 tahun 2013
Kepmensos no. 70 tahun 2013
 
Kepmensos no. 50 tahun 2013
Kepmensos no. 50 tahun 2013Kepmensos no. 50 tahun 2013
Kepmensos no. 50 tahun 2013
 
Inpres no. 3 tahun 2010
Inpres no. 3 tahun 2010Inpres no. 3 tahun 2010
Inpres no. 3 tahun 2010
 
Inpres no. 1 tahun 2010
Inpres no. 1 tahun 2010Inpres no. 1 tahun 2010
Inpres no. 1 tahun 2010
 
Se mensos no 2 tahun 2013
Se mensos no 2 tahun 2013Se mensos no 2 tahun 2013
Se mensos no 2 tahun 2013
 

Pencegahan HIV AIDS Samarinda

  • 1. LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA Nomor 03 Tahun 2009 PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA, Menimbang : a. bahwa Human Immunodefeciency Virus (HIV) dan Acquires Immuno Defeciensy Syndrome (AIDS) merupakan virus perusak system kekebalan tubuh yang proses penularannya sangat sulit dipantau, sehingga dapat mengancam derajat kesehatan masyarakat dan kelangsungan peradaban manusia ; b. bahwa penularan Human Immunodefeciency Virus (HIV) dan Acquires Immuno Defeciensy Syndrome (AIDS) semakin meluas, tanpa mengenal status social dan batas usia, dengan peningkatan yang sangat signifikan, sehingga memerlukan penanggulangan secara melembaga, sistematis, komprehensif, partisipatif dan berkesinambungan ; Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 2. 2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Human Immunodefeciency Virus (HIV) dan Acquires Immuno Defeciensy Syndrome (AIDS). Mengingat : 1. Undang-Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1, 18 ayat (6), 18 A dan 18 B ; 2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820) ; 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495) ; 4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3237) ; 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495) ; 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10 Tahun 1997, (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) ; Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 3. 3 7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 67 ; 8. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886) ; 9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) ; 10. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ; 11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419) ; 12. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431) ; 13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 4. 4 Indonesia Nomor 4493) yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) ; 14. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) ; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952) ; 16. Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2006 tentang Komisi Penanggulangan HIV/AIDS ; 17. Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 05 Tahun 2005 tentang Pembentukan Oragnisasi Dinas – dinas di Lingkungan Pemerintah Kota Samarinda. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SAMARINDA dan WALIKOTA SAMARINDA MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA SAMARINDA Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 5. 5 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud : 1. Daerah adalah Kota Samarinda 2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah. 3. Kepala Daerah adalah Walikota Samarinda. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD adalah DPRD Kota Samarinda. 5. Perangkat Daerah adalah Perangkat/Lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan yang terdiri dari Sekretraris Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah serta Kecamatan sesuai dengan kebutuhan Daerah. 6. Komisi Penagnggulangan AIDS Daerah selanjutnya disingkat KPAD adalah Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Kota Samarinda. 7. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kota Samarinda. 8. Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah adalah Instansi Pemerintah Daerah yang memberikan layanan kesehatan di masyarakat yang dalam pelaksanannya berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan. 9. Lembaga Swadaya Masyarakat yang selanjutnya disingkat LSM adalah suatu organisasi masyarakat non pemerintah yang bekerja langsung sesuai kebutuhan masyarakat sasaran (yang terkait dengan masalah HIV dan AIDS). 10. Human Immunodefeciency Virus yang selanjutnya disingkat HIV merupakan virus yang merusak system kekebalan tubuh manusia 11. Acquires Immuno Defeciensy Syndrome yang selanjutnya disingkat AIDS adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV. Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 6. 6 12. Orang dengan HIV dan AIDS yang selanjutnya disingkat ODHA adalah orang yang sudah terinfeksi HIV baik pada tahap belum ada gejala maupun yang sudah ada gejala. 13. Orang Hidup dengan ODHA yang selanjutnya disingkat ODHA adalah orang yang hidup atau terdampak langsung oleh HIV dan AIDS. 14. Infeksi Menular seksual selanjutnya disingkat IMS adalah penyakit dan atau gejala penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. 15. Voluntary Conselling Testing yang selanjutnya disingkat VCT adalah tes HIV yang dilakukan secara sukarela atau dengan persetujuan klien dan hasilnya harus bersifat rahasia serta wajib disertai konseling sebelum dan sesudah tes. 16. Konselor HIV dan AIDS adalah seseorang yang telah mendapatkan pelatihan konselor HIV dan AIDS dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 17. Screaning HIV adalah tes HIV anonim yang dilakukan pada sampel darah, produk darah, jaringan dan organ tubuh sebelum di donorkan. 18. Penagggulangan adalah serangkaian upaya menekan laju penularan HIV dan AIDS Melalui kegiatan promosi, pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan terhadap orang dengan HIV dan AIDS. 19. Pencegahan adalah upaya memutus mata rantai penularan HIV dan AIDS pada masyarakat. 20. Perawatan dan pengobatan adalah upaya tenaga medis untuk meningkatkan derajat kesehatan penderita dengan HIV dan AIDS. 21. Perlindungan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, sekelompok orang dan atau seorang penderita HIV dan AIDS agar tidak terjadi penularan virus HIV kepada orang-orang terdekatnya dan masyarakat umum serta upaya Pemerintah dan sekelompok orang untuk mengusahakan agar ODHA dan OHIDA mendapat perlakukan non diskriminatif di masyarakat. 22. Dukungan adalah upaya-upaya yang dilakukan seseorang dan/atau kelompok kepada penderita HIV dan AIDS baik secara moril maupun materil untuk proses penyembuhan. Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 7. 7 23. Diskriminasi adalah perbedaan perlakuan terhadap warga negara berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama dan sebagainya. 24. Program pencegahan dan Penanganan HIV AIDS pada pengguna napza suntik atau biasa disebut dengan Harm Reduction adalah sebuah program yang bertujuan untuk mencegah atau mengurangi konsekuensi negatif kesehatan yang berkaitan dengan perilaku penggunaan napza suntik dan perlengkapannya 25. Prosedur universal precaution adalah prosedur tindakan pencegahan yang berlaku umum dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan darah dan cairan sperma, cairan vagina dan ASI seperti menggunakan sarung tangan, masker mulut dan wajah. 26. Surveilans HIV atau sero-surveilans HIV adalah kegiatan pengumpulan data tentang infeksi HIV yang dilakukan secara berkala. 27. Surveilans perilaku adalah kegiatan pengumpulan data tentang perilaku yang berkaitan dengan masalah HIV dan AIDS dan dilakukan secara berkala guna memperoleh informasi tentang besaran masalah dan kecenderungannya untuk perumusan kebijakan dan kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS. 28. Sosialisasi adalah serangkaian kegiatan untuk mengenalkan segala sesuatu tentang HIV dan AIDS kepada masyarakat. 29. Layanan Komunikasi Publik adalah pelayanan yang diberikan berupa pemberian pesan atau informasi secara terencana, terstruktur dan sistematis kepada semua pihak yang memiliki kepentingan informasi pencegahan, perawatan, kebijakan dan hal-hal lain yang terkait dengan upaya penanggulangan HIV AIDS. 30. Komunikasi Publik adalah proses penyampaian pesan atau informasi secara terencana, struktur dan sistematis kepada semua pihak yang memiliki kepentingan informasi pencegahan, perawatan, kebijakan dan hal-hal lain yang terkait dengan upaya penanggulangan HIV AIDS. 31. Peran serta masyarakat adalah upaya aktif oleh pendudukKota Samarinda dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang berkoordinasi dengan KPAD Kota Samarinda. Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 8. 8 32. Greater Involvement of People Infected/Affected by HIV and AIDS yang selanjutnya disingkat GIPA adalah keterlibatan yang lebih besar dari orang yang hidup dengan atau terdampak langsung oleh HIV dan AIDS. 33. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang selanjutnya disebut KIE adalah upaya yang dilakukan agar setiap orang dapat melindungi dirinya tidak tertular HIV dan tidak menularkannya kepada orang lain melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku positif. 34. Rehabilitasi Sosial adalah upaya pemulihan kondisi sosial kelompok resiko tinggi, ODHA dan OHIDA dengan melaksanakan pendampingan mental, sosial dan religi dengan mengembangkan pesan- pesan dan pendekatan yang khusus dirancang dengan menggunakan berbagai macam saluran komunikasi, dengan tujuan membentuk perilaku yang positif, serta mempromosikan dan mempertahankan perilaku yang tepat pada individu dan masyarakat. 35. Pembinaan adalah upaya pendampingan yang dilakukan kepada seseorang, sekelompok orang dan atau sebuah lembaga yang didasarkan pada pola, sasaran, strategi dan tujuan tertentu guna meningkatkan peran dalam penanggulangan HIV dan AIDS di masyarakat. 36. Pengawasan adalah upaya pemantauan yang dilakukan walikota dan pemerintah daerah dalam proses pelaksanaan program upaya penanggulangan HIV dan AIDS oleh semua pihak di Kota Samarinda. 37. Koordinasi adalah melakukan kerjasama untuk bersinergi antar instansi pemerintah dan lembaga peduli HIV dan AIDS di Kota Samarinda. Pasal 2 Penanggulangan HIV dan AIDS diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, keadilan, kesetaraan gender dan kebersamaan. Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 9. 9 Pasal 3 Penanggulangan HIV dan AIDS bertujuan untuk mencegah dan mengurangi penularan HIV serta meningkatkan kualitas hidup ODHA Pasal 4 Tujuan Pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS adalah : a. penurunan kerentanan penularan HIV dan AIDS; b. pencegahan penularan HIV dan AIDS melalui hubungan seksual; c. peningkatan penyediaan darah yang aman untuk transfusi; d. penurunan prevalensi infeksi menular seksual (IMS); e. pencegahan penularan dari ibu dengan HIV kepada bayinya dan dari penderita TB dengan HIV; f. pencegahan penularan HIV dan AIDS pada kegiatan pemulasaran jenazah; g. penerapan kewaspadaan universal (Universal Precaution); dan h. pengurangan penularan HIV dan AIDS pada penyalahgunaan Napza suntik. BAB II KEGIATAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS Bagian Kesatu Jenis Kegiatan Pasal 5 Penanggulangan HIV/AIDS dilakukan melalui : a. sosialisasi b. pencegahan c. konseling dan tes sukarela yang terjamin kerahasiaannya d. pengobatan Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 10. 10 e. perawatan dan dukungan f. perlindungan g. layanan komunikasi publik h. rehabilitasi sosial bagi kelompok resiko tinggi. Bagian Kedua Promosi Pasal 6 (1) Kegiatan promosi dilakukan secara komprehensif, integratif, partisipatif dan berkesinambungan ; (2) Kegiatan promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui : a. peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi b. upaya perubahan sikap dan perilaku (3) Kegiatan promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, masyarakat dan sektor usaha, LSM peduli HIV dan AIDS (4) Kegiatan promosi melalui peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) butir a, harus memiliki prinsip sebagai berikut : a. upaya KIE HIV dan AIDS dilaksanakan oleh masyarakat dan atau Pemerintah Daerah b. setiap upaya KIE HIV dan AIDS harus mencerminkan nilai-nilai agama, sosial dan budaya yang ada di Indonesia; c. KIE HIV dan AIDS diarahkan untuk mempertahankan dan memperkokoh ketahanan dan kesejahteraan keluarga; d. KIE HIV dan AIDS diarahkan pada upaya pendidikan dan penyuluhan untuk memantapkan perilaku yang positif serta untuk ikut berperan dalam penanggulangan HIV dan AIDS secara mandiri; Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 11. 11 e. setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi yang benar untuk melindungi diri dan orang lain terhadap infeksi HIV(/AIDS); f. KIE HIV dan AIDS diarahkan untuk mencegah perlakuan diskriminasi kepada pengidap HIV dan AIDS; g. KIE HIV dan AIDS harus tetap menghormati harkat dan martabat para pengidap HIV dan AIDS dan Keluarganya; h. KIE HIV dan AIDS dilaksanakan selaras dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai dengan Startegi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS; dan i. KIE HIV dan AIDS diarahkan pada peningkatan kemampuan Petugas (5) Untuk penyebarluasan informasi HIV dan AIDS dapat menggunakan seluruh media seperti media elektronik, media grafika, media luar ruang dan media tradisional baik milik pemerintah maupun swasta. Bagian Ketiga Pencegahan Pasal 7 Kegiatan pencegahan dilakukan secara komprehensif, integratif, partisipatif dan berkesinambungan Pasal 8 Kelompok resiko tinggi wajib melakukan test HIVdan AIDS secara periodik. Pasal 9 Pemerintah Daerah dan Instansi terkait dalam melakukan pencegahan wajib melaksanakan : Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 12. 12 a. pembinaan mental dan religi di masyarakat sesuai dengan norma sosial dan Ketuhanan Yang Maha Esa b. penyuluhan pengetahuan dasar HIV dan AIDS kepada masyarakat umum terutama kepada kelompok resiko tinggi c. kampanye hidup sehat Pasal 10 (1) Upaya penanggulangan HIV dan AIDS dilaksanakan dengan prinsip a. Tidak melakukan hubungan seks b. menggunakan narkoba suntik e. Tidak menggunakan peralatan pribadi yang berpotensi menularan HIV dan AIDS secara bergantian. f. Pengurangan Penularan melalui layananIMS (2) Pemerintah Daerah dan Instansi terkait dalam melakukan pencegahan HIV dan AIDS dengan melaksanakan program Harm Reduction dan penanggulangan IMS (Infeksi Menular Seksual) secara terpadu dan berkala di tempat – tempat berisiko tinggi seperti di lokalisasi. Pasal 11 (1) Setiap orang yang telah mengetahui dirinya terinfeksi IMS dan HIV wajib melindungi orang yang hidup atau terdampak langsung dengan keberadaannya dan wajib mengikuti program pendampingan dan pembinaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dan Instansi yang terkait (2) Setiap Petugas yang membidangi masalah ini yang telah mengetahui dirinya terinfeksi HIV dilarang mendonorkan darah, produk darah, cairan sperma, organ dan /atau jaringan tubuhnya kepada orang lain. (3) Setiap orang yang melakukan Screaning darah, produk darah, cairan sperma, organ, dan/atau jaringan tubuhnya wajib mentaati standar prosedur Screaning Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 13. 13 (4) Setiap Petugas dilarang meneruskan darah, produk, darah, cairan sperma, organ, dan/atau jaringan tubuhnya yang terinfeksi HIV kepada calon penerima donor Pasal 12 (1) Setiap perempuan yang mengetahui dirinya terinfeksi HIV bila ingin hamil, wajib mengikuti program untuk pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak, agar bayinya terhindar dari HIV (2) Setiap pemeriksaan ibu hamil, calon pengantin dan penderita TB paru, khususnya yang resisten terhadap pengobatan Obat Anti Tuberculosis (OAT), petugas mengupayakan konseling dan test darah; (3) Bagi ibu hamil dengan HIV Positif wajib dilakukan pemberian Anti Retro Viral (ARV) selama masa kehamilan, proses persalinan yang aman dan pemberian pengganti ASI; (4) Bagi penderita TB dengan HIV wajib dilakukan pemberian ARV dan OAT. Pasal 13 (1) Setiap petugas kesehatan wajib mengikuti prosedur universal precaution dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan darah dan cairan sperma, cairan vagina dan ASI serta pemulasaraan/perawatan jenazah ODHA (2) Prinsip universal precaution adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan; (3) Setiap orang yang menggunakan peralatan yang berpotensi menjadi media penularan HIV dan AIDS pada tubuhnya sendiri dan/atau tubuh orang lain wajib menggunakan peralatan yang steril Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 14. 14 (4) Setiap sarana pelayanan kesehatan dasar, rujukan penunjang, pengobatan tradisional dan pangkas rambut baik milik Pemerintah Daerah maupun swasta berkewajiban melaksanakan universal precaution (5) Prosedur universal precaution akan diatur dalam Peraturan Kepala Daerah atau petunjuk teknis dari instansi terkait. Pasal 14 Pemerintah Daerah wajib menyediakan sarana prasarana : a. Screaning HIV pada semua darah, produk darah, cairan sperma, organ, dan/atau jaringan yang didonorkan ; b. layanan untuk pencegahan pada pemakai narkoba suntik ; c. layanan untuk pencegahan dari ibu hamil yang positif HIV kepada bayi yang dikandungnya ; d. program pendampingan dan pembinaan terhadap ODHA dan OHIDA ; e. layanan VCT dan CST dengan kualitas baik dan gratis bagi semua lapisan masyarakat. f. surveilans IMS, HIV dan perilaku ; g. layanan IMS pada setiap unit pelayanan kesehatan milik Pemerintah Daerah seperti Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah I.A.Moeis Samarinda. h. pengembangan sistem pencatatan dan pelaporan kasus-kasus HIV dan AIDS i. rehabilitasi sosial j. keperluan sosialisasi tentang pencegahan HIV dan AIDS kepada masyarakat luas, instansi Pemerintah Daerah dan swasta. Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 15. 15 Bagian Ketiga Perlindungan dan Partisipasi Masyarakat Pasal 15 (1) Dalam melakukan tes HIV untuk keperluan surveilans dan Screaning pada darah, produk darah, cairan sperma, organ, dan atau/jaringan yang didonorkan wajib dilakukan dengan cara unlinked anonymous. (2) Setiap petugas yang melakukan tes HIV untuk keperluan pengobatan, dukungan dan pencegahan termasuk penularan dari ibu hamil kepada bayi yang dikandungnya wajib dilakukan dengan cara VCT (3) Dalam hal keadaan khusus yang tidak memungkinkan konseling sebagaimana dimaksud pada ayat (2), konseling dilakukan dengan konseling keluarga. (4) Setiap orang dilarang melakukan tes HIV secara paksa terkecuali pada kondisi tertentu yang diperbolehkan menurut perundang-undangan yang berlaku. Pasal 16 (1) Setiap orang yang karena pekerjaannya atau sebab apapun mengetahui dan memiliki informasi status HIV seseorang wajib merahasiakannya, kecuali : a. Jika ada persetujuan/izin dari yang tertulis dari orang yang bersangkutan; b. Jika ada persetujuan/izin dari orang tua atau wali dari anak yang belum cukup umur, cacat atau tidak sadar. c. Jika ada keputusan hakim yang memerintahkan status HIV seseorang dapat dibuka Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 16. 16 d. Jika ada kepentingan rujukan atau layanan medis, dengan komunikasi antar dokter atau fasilitas kesehatan dimana ODHA tersebut dirawat. (2) Tenaga kesehatan atau konselor dengan persetujuan ODHA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat membuka informasi kepada pasangan seksualnya dan atau pengguna alat suntik atau alat cukur bersama, bila : a. ODHA yang tidak mampu menyampaikan statusnya setelah mendapat konseling yang cukup. b. Ada indikasi telah terjadi penularan pada pasangan seksualnya atau pengguna alat suntik bersama; dan c. Untuk kepentingan pemberian pengobatan, perawatan dan dukungan pada pasangan seksualnya atau pengguna alat suntik bersama dan atau beda tajam yang dipergunakan secara bersama. Bagian Keempat Perawatan dan Dukungan Pasal 17 Penyedia layanan kesehatan wajib memberikan pelayanan pengobatan kepada ODHA tanpa diskriminasi/membeda-bedakan. Pasal 18 (1) Kegiatan pengobatan ODHA dilakukan berdasarkan pendekatan : a. berbasis klinik, dan b. berbasis keluarga, kelompok dukungan, serta masyarakat (2) Kegiatan pengobatan berbasis klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan pada pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan layanan penunjang milik Pemerintah Daerah maupun swasta. Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 17. 17 (3) Kegiatan pengobatan berbasis keluarga, kelompok dukungan, serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan di rumah ODHA oleh keluarganya atau anggota masyarakat lainnya. Pasal 19 (1) Pemerintah Daerah menyediakan sarana dan prasarana : a. pendukung pengobatan b. pengadaan obat anti retroviral c. obat anti infeksi opportunistik dan d. obat IMS (2) Kegiatan perawatan dan dukungan terhadap ODHA dilakukan berdasarkan pendekatan : a. Medis, berupa pengadaan obat anti retroviral, obat anti infeksi opportunistic dan obat IMS; b. Spiritual, berupa pendampingan dan pembinaan mental dan keagamaan bagi ODHA dan OHIDA sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya; c. Psikologis, berupa konseling berkesinambungan oleh kolektor; d. GIPA, berupa kegiatan sosial ekonomi yang melibatkan peran serta aktif dari ODHA dan OHIDA melalui kelompok dukungan sebaya; e. Masyarakat, berupa upaya menghilangkan stigma dan diskriminasi serta pemberian akses informasi dan pengetahuan tentang HIV dan AIDS. (3) Ketersediaan sarana dan prasarana untuk perawatan dan dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus bermutu dan gratis bagi seluruh lapisan masyarakat. . Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 18. 18 Bagian Keenam Perlindungan Pasal 20 (1) Pemerintah Daerah melindungi hak-hak pribadi, hak-hak sipil dan hak azasi ODHA dan OHIDA. (2) Diskriminasi dalam bentuk apapun kepada orang yang terduga atau disangka atau telah terinfeksi HIV adalah merupakan pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini (3) Anak yang terdampak langsung oleh HIV dan AIDS berhak untuk mendapatkan pemeliharaan Pemerintah Daerah Bagian Ketujuh Layanan Komunikasi Publik Pasal 21 Sasaran Pemerintah Daerah dalam melakukan layanan komunikasi publik adalah: a. media massa b. kelompok pembentuk opini c. masyarakat umum Pasal 22 Pemerintah Daerah dalam melakukan layanan komunikasi publik wajib : a. meningkatkan publikasi baik secara kuantitas maupun kualitas melalui media massa yang sifatnya edukatif b. memasang iklan layanan masyarakat yang muncul di media massa secara reguler c. mengadakan rubrik-rubrik atau program-program khusus penanggulangan HIV AIDS yang dibuat oleh media massa milik Pemerintah Daerah Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 19. 19 d. mengadakan pelatihan dan pembangunan kapasitas bagi para jurnalis, pemimpin media massa dan kelompok pembentuk opini e. mengadakan seminar, diskusi dan lokakarya atau sejenisnya secara reguler dalam jangka waktu tertentu Bagian Kedelapan Rehabilitasi Sosial Pasal 23 Dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS, Pemerintah Daerah wajib mengadakan rehabilitasi sosial berupa pembinaan mental, sosial dan spiritual. Pasal 24 (1) Pemerintah Daerah dalam melakukan rehabilitasi sosial melaksanakan pendampingan mental, sosial dan religi terhadap kelompok resiko tinggi dengan mengembangkan pesan-pesan dan pendekatan yang khusus dirancang dengan menggunakan berbagai macam saluran komunikasi, dengan tujuan membentuk perilaku yang positif, serta mempromosikan dan mempertahankan perilaku yang tepat pada individu dan masyarakat. (2) Pemerintah Daerah dalam melakukan rehabilitasi sosial melaksanakan pendampingan berupa: a. penggalian minat dan bakat bagi kelompok resiko tinggi, ODHA dan OHIDA b. peningkatan life skill, manajemen pengelolaan usaha, pemberian modal usaha bergulir dan dukungan pemasaran bagi kelompok resiko tinggi, ODHA dan OHIDA Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 20. 20 BAB III KOMISI PENANGGULANGAN AIDS DAERAH Bagian Kesatu Badan Koordinasi Pasal 25 (1) Masalah HIV dan AIDS sangat kompleks sehingga harus ditangani secara multi pihak berlandaskan kemitraan; (2) Pemerintah Daerah berkewajiban membentuk koordinasi penganggulangan HIV dan AIDS yang disebut Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD); (3) KPAD ini memiliki ruang lingkup tugas dan wewenang : a. menyusun strategi penanggulangan HIV dan AIDS dalam rangka mencegah penularan baru dan mengurangi dampak infeksi yang sudah ada; b. menyelaraskan dan mengintegrasikan antara kebijakan dengan kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, swasta/dunia usaha, LSM, dan masyarakat sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara efektif dan efisien; c. melakukan advokasi, promosi, monitoring hak-hak pribadi orang terinfeksi HIV, sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan norma-norma stándar internasional; d. menengahi, memecahkan dan melakukan mediasi-arbitrasi bagi individu yang mengadu karena memperoleh pengakuan terstigmam, terdiskriminasi dan terlanggar hak-hak pribadinya serta memberikan perlindungan etik sesuai keperluan; e. menggalang kerjasama dengan unsur masyarakat yang bekerjasama dibidang penanggulangan HIV dan AIDS dalam rangka monitoring pelaksanaan peraturan daerah di lapangan; Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 21. 21 f. menghimpun dan menganalisis data dan kegiatan statistik lainnya, sehingga dapat menyusun dan memberikan masukan-masukan konkrit kepada Pemerintah Daerah; g. menghimpun dan menggerakkan serta memanfaatkan sumber daya yang berasal dari pusat, daerah, masyarakat maupun luar negeri secara efektif dan efisien; h. mengkoordinasikan setiap kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS yang dilakukan oleh setiap Warga Negara Indonesia dan Asing i. mengembangkan pusat informasi tentang program penanggulangan HIV dan AIDS; j. mendorong terbentuknya lembaga swadaya masyarakat peduli AIDS di daerah; k. melakukan bimbingan penanggulangan HIV dan AIDS kepada instansi terkait di Pemerintah Daerah l. melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan penanggulangan HIV/AIDS di Kota Samarinda dan melakukan langkah-langkah tindak lanjut; dan m. melakukan tugas-tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah. (4) Anggota KPAD diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Daerah; (5) Anggota KPAD terdiri dari : a. Pemerintah Daerah b. Akademisi; c. Lembaga Swadaya Masyarakat (6) Tata cara pengangkatan dan pemberhentian Anggota KPAD diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah. Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 22. 22 Bagian Kedua KESINAMBUNGAN PENANGGULANGAN Pasal 26 Untuk menjamin kesinambungan penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Samarinda, maka Pemerintah Daerah bersama masyarakat berkewajiban untuk : a. melaksanakan pelatihan dan pendidikan dalam berbagai aspek penannggulangan HIV dan AIDS; b. meningkatkan jumlah mutu sarana yang diperlukan dalam penanggulangan HIV dan AIDS; c. membentuk pusat data dan informasi HIV dan AIDS; BAB IV PERAN SERTA INSTANSI PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT Bagian Kesatu PERAN SERTA INSTANSI PEMERINTAH DAERAH Pasal 27 Sasaran pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS meliputi : a. tatanan rumah tangga/keluarga; b. tatanan institusi pendidikan/sekolah; c. tatanan institusi kesehatan ; d. tatanan tempat kerja ; e. tatanan tempat khusus; f. tatanan lembaga/organisasi kemasyarakatan; dan g. tatanan tempat-tempat wisata. Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 23. 23 Pasal 28 Instansi penanggung jawab pencegahan HIV dan AIDS yaitu: a. Tatanan rumah tangga/keluarga penanggungjawab utama adalah Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kota Samarinda; b. Tatanan institusi pendidikan/sekolah penangggung jawab utama adalah Dinas Pendidikan Kota Samarinda; c. Tatanan institusi kesehatan penangggungjawab utama adalah Dinas Kesehatan Kota Samarinda; d. Tatanan tempat Kerja penangggungjawab utama adalah Kantor Tenaga Kerja Kota Samarinda; e. Tatanan tempat-tempat khusus penangggungjawab utama adalah Bagian Sosial Sekretariat Daerah Kota Samarinda; f. Tatanan lembaga/organisasi kemasyarakatan penangggungjawab utama adalah Dinas Kesatuan bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Samarinda; g. Tatanan tempat-tempat wisata penangggungjawab utama adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Samarinda. Pasal 29 Dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS, Pemerintah Daerah wajib melakukan : a. koordinasi antar Instansi Pemerintah Daerah terkait b. advokasi Pasal 30 (1) Setiap Instansi penanggungjawab berkewajiban untuk mengembangkan program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS yang diintegrasikan ke dalam kegiatan Instansi tersebut; Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 24. 24 (2) Dalam melaksanakan Kewajibannya sebagaimana ayat 1, Instansi tersebut dapat bekerjasama dengan Instansi lain. Bagian Kedua Peran Serta Masyarakat Pasal 31 (1) Masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS dengan cara : a. berperilaku hidup sehat b. meningkatkan ketahanan keluarga untuk mencegah penularan HIV dan AIDS c. tidak melakukan diskriminasi terhadap ODHA dan OHIDA ; d. menciptakan lingkungan yang kondusif bagi ODHA dan keluarganya e. terlibat dalam kegiatan promosi, pencegahan, tes dan kerahasiaan, pengobatan, serta perawatan dan dukungan f. berperan aktif dalam pengawasan kegiatan dan tempat yang berpotensi menjadi persebaran HIV dan AIDS (2) Pemerintah Daerah membina dan menggerakan swadaya masyarakat di bidang penanggulangan HIV dan AIDS. BAB V PEMBIAYAAN Pasal 32 (1) Segala biaya untuk kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS yang dilaksanakan oleh KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4, 5), Pasal 9. Pasal 10. Pasal 14. Pasal 19 (2), Pasal 21 ayat (1, 2), Pasal 26, Pasal 27 dan Pasal 28 bersumber pada APBD dan sumber biaya lain yang sah. Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 25. 25 (2) Pertanggungjawaban pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku BAB VI PEMBINAAN, KOORDINASI DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu Pembinaan Pasal 33 (1) Kepala Daerah melakukan pembinaan terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan penanggulangan HIV dan AIDS. (2) Pembinaan sebagiamana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk : a. mewujudkan kepedulian kesehatan masyarakat sehingga mampu mencegah dan mengurangi penularan HIV dan AIDS b. terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan informasi dan pelayanan kesehatan yang cukup, aman, bermutu dan gratis bagi seluruh lapisan masyarakat sehingga mampu mencegah dan mengurangi penularan HIV dan AIDS; c. melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan penularan HIV dan AIDS d. memberikan kemudahan dalam rangka menunjang peningkatan upaya penangulangan HIV dan AIDS e. meningkatkan mutu tenaga kesehatan dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 26. 26 Bagian Kedua Koordinasi Pasal 34 Kepala Daerah melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang berkompeten dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS baik menyangkut aspek pengaturan maupun aspek pelaksanaan. Bagian Ketiga Pengawasan Pasal 35 (1) Kepala Daerah melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan penanggulangan HIV dan AIDS baik yang dilakukan oleh aparatur Pemerintah Daerah, masyarakat, maupun sektor swasta. (2) Kepala Daerah melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan dan tempat yang berpotensi menjadi persebaran HIV AIDS. (3) Dalam melaksanakan pengawasan, Kepala Daerah dibantu dengan peran aktif dari masyarakat. (4) Bila dipandang perlu Kepala Daerah dapat membentuk Tim Pengawasan Terpadu BAB VII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 36 (1) Kepala Daerah berwenang menjatuhkan sanksi administrasi terhadap aparatur Pemerintah Kota, masyarakat, maupun sektor usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Daerah ini. (2) Sanksi administrasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini berupa : a. Peringatan secara tertulis; Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 27. 27 b. Pencabutan sementara izin; c. Pencabutan izin apabila telah dilakukan peringatan secara tertulis sebanyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing selama 7 (tujuh) hari, disertai dengan alasan pencabutannya ; d. Penghentian atau penutupan penyelenggaraan usaha. (3) Dalam hal tertentu Kepala Daerah berwenang melakukan paksaan terhadap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini, serta menanggulangi akibat yang ditimbulkan oleh suatu pelanggaran, melakukan tindakan penyelamatan, penanggulangan dan atau pemulihan, atas beban biaya dari penanggungjawab usaha dan atau kegiatannya serta pencabutan ijin usahanya, kecuali ditentukan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 37 (1) Jika pelanggaran dilakukan oleh Instansi Pemerintah Daerah dan atau Pegawai Negeri Sipil, Tentara Nasional Indonesia, Polisi dan pegawai BUMN/BUMD akan dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku; (2) Jika pelanggaran dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat dilakukan pembinaan dan perbaikan manajemen. Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 28. 28 BAB VIII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 38 (1) Selain oleh pejabat penyidik POLRI, penyidikan atas tindak pidana pelanggaran dalam Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipill (PPNS) di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku; (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang : a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan adanya tindak pidana bidang Pencegahan dan Penangulangan HIV dan AIDS agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas ; b. meminta keterangan atau barang bukti dari orang pribadi dan atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS ; c. melakukan penggeledahan, pemeriksaan maupun penyitaan barang bukti yang berkenaan dengan tindak pidana dibidang pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS. d. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS ; e. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, dokumen yang sedang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ; f. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; g. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan untuk pidana di bidang pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan; Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 29. 29 h. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang membuktikan tentang adanya tindak pidana di bidang penanggulangan HIV dan AIDS. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 39 Pelaksanaan peraturan daerah ini akan dilakukan secara bertahap setelah pelaksanaan sosialisasi selama 1 (satu) tahun, terhitung sejak tanggal diundangkannya Peraturan Daerah ini. BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 40 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 6 ayat 4 huruf f, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 41 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Samarinda. Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review
  • 30. 30 Ditetapkan di Samarinda Pada tanggal 3 Juni 2008 WALIKOTA SAMARINDA, ttd H. ACHMAD AMINS Diundangkan di Samarinda Pada tanggal 3 Juni 2009 SEKRETARIS DAERAH KOTA SAMARINDA, H. M FADLY ILLA Pembina Utama Madya Nip. 19530620198212 1 002 LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2009 NOMOR 03 Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review