Dokumen tersebut membahas tentang diabetes melitus, termasuk definisi, patofisiologi, klasifikasi, diagnosa, manajemen terapi, dan anjuran gizi dan latihan jasmani untuk penyandang diabetes.
2. Diabetes
Suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya
peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun
relative.
4. Patofisiologi
• Diabetes Melitus 1
Idiopati
imun
dimediasi
(Autoimmunity)
(infeksi virus,
bahan kimia beracun,
dll)
beredar
auto-antibodi
gejala
• Hiperglikemia
• Haus yang berlebihan
• Sering buang air kecil
• penurunan berat badan
yang signifikan
• gangguan elektrolit
ketoasidosis
penyakit makrovaskuler
• Penyakit arteri koroner
• Penyakit vaskular perifer
• Penyakit serebrovaskular
penyakit mikrovaskuler
• Retinopati
• Nefropati
neuropati
Diabetes
Tipe 1
5. Patofisiologi
• Diabetes Tipe 2
Faktor
Genetik
faktor risiko
(aktivitas fisik,
usia yang lebih tua,
obesitas)
Faktor
Lingkungan
pengambilan
kalori yang
berlebihan
Temuan klinis
• Abnormal pola sekresi insulin dan
tindakan
• Penurunan ambilan glukosa dan
peningkatan
glukosa postprandial
• Peningkatan pelepasan glukosa oleh
hati
(glukoneogenesis) di pagi hari
Gejala (variabel)
• Hiperglikemia
• Haus yang berlebihan
• Sering buang air kecil
• Polyphagia
• Berat badan
Diabetes
Tipe 2
7. Klasifikasi
• Diabetes Melitus Tipe 1
Rusaknya kemampuan tubuh untuk mensekresi
glukagon sebagai respon terhadap hipoglikemia.
Defisiensi insulin juga akan menurunkan ekskresi
dari beberapa gen yang diperlukan sel-sel
sasaran untukmerespons insulin secara normal.
Diabetes tipe ini juga dapat melalui proses
imunologik dan idiopatik.
8. • Diabetes Melitus Tipe 2
Pada diabetes jenis ini bervariasi mulai yang
predominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relative sampai yang predominan
gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin.
9. Penyebab resistensi insulin pada
Diabetes Melitus tipe 2
• Obesitas terutama yang bersifat sentral
(bentuk apel)
• Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
• Kurang gerak badan
• Factor keturunan
10. • Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes Melitus Gestasional (GDM) sebagai
suatu intoleransi glukosayang terjadi pada saat
hamil (Sudoyoet al., 2006). Penyebab diabetes
gestasional dianggap berkaitan dengan
peningkatan kebutuhan energi, kadar estrogen,
dan hormonpertumbuhan selama kehamilan.
11. Faktor risiko diabetes gestasional adalah usia ibu
hamil yang melebihi 30tahun, riwayat diabetes
melitus dalam keluarga, serta pernah mengalami
diabetes melituspada kehamilan sebelumnya.
12. Diabetes melitus tipe lain
DM yang berhubungan dengan keadaan atau
sindrom tertentu hiperglikemik terjadi karena
penyakit lain : penyakit eksokrin pankreas,defek
genetic fungsi sel beta , defek genetic kerja
insulin , endrokrinopati, penyakit eksokrin
pancreas, karena obat dan zat kimia, infeksi,
imunologis, sindrom genetik tertentu.
14. • Uji diagnostik DM dilakukan pada mereka yang
menunjukkan gejala/tanda DM, sedangkan
pemeriksaan penyaring bertujuan untuk
mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, yang
mempunyai risiko DM.
• Serangkaian uji diagnostik akan dilakukan kemudian
pada mereka yang hasil pemeriksaan penyaringnya
positif .
15. • Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan
kadar glukosa darah
• Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan
glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah
plasma vena
• Walaupun demikian sesuai dengan kondisi setempat
dapat juga dipakai bahan darah utuh (whole blood),
vena ataupun kapiler dengan memperhatikan angka-
angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai
pembakuan oleh WHO.
• Untuk pemantauan hasil pengobatan dapat
diperiksa glukosa darah kapiler.
• Pemeriksaan glukosa darah seyogyanya dilakukan di
laboratorium klinik yang terpercaya
16. ScreeningTestDM usia > 45 th IMT > 25 kg / m2
anggota populasi
etnis berisiko tinggi
riwayat diabetes
dalam keluarga
Kegiatan fisiknya
tidak aktif
Riwayat abortus
berulang, melahirkan
bayi cacat atau BB
lahir bayi > 4000
gram
Hipertensi (>140/90
mmHg)
(HDL) < 35 mg/dl
(0,9 mmol / L)
atau
trigliserida>250 mg/dl
(2.82 mmol / L)
17. • Untuk kelompok risiko tinggi yang hasil pemeriksaan
penyaringnya negatif, pemeriksaan penyaring
ulangan dilakukan tiap tahun;
• sedangkan bagi mereka yang berusia > 45 tahun
tanpa faktor risiko tambahan, pemeriksaan
penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
• Pemeriksaan penyaring berguna untuk menjaring
pasien DM, TGT dan GDPT, sehingga dapat
ditentukan langkah yang tepat untuk mereka.
• Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui
pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau
kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti
dengan tes tolerasi glukosa oral (TTGO) standar.
18. Tabel Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM
Belum pasti
DM
DM
Kadar glukosa
darah sewaktu
(mg/dl)
Plasma vena < 110 110-199 ≥ 200
Darah kapiler < 90 90-199 ≥ 200
Kadar glukosa
darah puasa
(mg/dl)
Plasma vena < 110 110-125 ≥ 126
Darah kapiler < 90 90-100 ≥ 110
19. ScreeningTestGDM wanita yang memiliki
risiko tinggi :
•obesitas
•riwayat GDM
•Glikosuria
•riwayat keluarga
memenuhi ambang batas
diagnosis diabetes dan,
jika dikonfirmasi pada hari
kedua , tidak memerlukan
pengujian lebih lanjut.
tidak ditemukan memiliki
GDM pada screening
awal harus diuji antara
24 hingga 28 minggu
kehamilan.
20.
21. Perempuan rendah risiko yang tidak perlu disaring
harus memenuhi semua kriteria sbb:
• < 25 tahun;
• BB normal;
• tidak ada riwayat keluarga diabetes;
• tidak memiliki riwayat toleransi glukosa abnormal;
• dan bukan anggota kelompok etnis atau ras dengan
prevalensi tinggi diabetes
22. Langkah-langkah Diagnosis DM dan
Gangguan Toleransi Glukosa
• Diagnosis klinis DM dipikirkan bila ada
keluhan khas DM: poliuria, polidipsia,
polifagia, dan penurunan BB yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya.
• Keluhan lain yang mungkin dikemukakan
pasien : lemah, kesemutan, gatal, mata kabur
dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus
vulvae pada pasien wanita.
24. Gambar Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO)
Cara Pelaksanaan TTGO:
• 3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan makan
seperti biasa karbohidrat cukup).
• Kegiatan jasmani seperti yang biasa
dilakukan
• Puasa paling sedikit 8 jam mulai malam hari
sebelum pemeriksaan, minum air putih
diperbolehkan
• Diperiksa kadar glukosa darah puasa
• Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa),
atau 1,75 gram/kgBB (anak-anak).
dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum
dalam waktu 5 menit.
• Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam
sesudah beban glukosa
• Selama proses pemeriksaan subyek yang
diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok
TTGO***
GD 2 jam pasca pembebanan
≥ 200
DM
140-199
TGT
< 140
Normal
25. Kriteria diagnostik diabetes melitus* dan
gangguan toleransi glukosa
1. Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) ≥ 200
mg/dl
1. Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) ≥ 126
mg/dl
1. Kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/ dl pada 2 jam
sesudah beban glukosa 75 gram pada TTGO**
26. Nilai atau indeks diagnostik lainnya
Untuk diagnosis dan klasifikasi ada indeks
tambahan yang dapat dibagi atas 2 bagian:
• Indeks penentuan derajat kerusakan sel beta
• Indeks proses diabetogenik
28. Pilar utama pengelolaan DM :
A. Perencanaan makan
B. Latihan jasmani
C. Obat (berkhasiat hipoglikemik)
D. Penyuluhan
29. A. Perencanaan makan
• Jumlah kalori
disesuaikan dengan
pertumbuhan, status gizi,
umur, stress akut, dan
kegiatan jasmani untuk
mencapai dan
mempertahankan berat
badan idaman.
• Untuk penentuan status
gizi dipakai Body Mass
Index (BMI) = Indeks
Massa Tubuh (IMT).
• Makanan dengan
komposisi yg
seimbang, sbb:
KH
60 – 70 %
Protein
10 – 15 %
Lemak
20 – 25 %
30. Lanjutan.....Perencanaanmakan penentuan jumlah kalori dipakai Rumus Broca, yaitu:
BB idaman = (TB – 100) – 10 %
• BB kurang = < 90% BB idaman
• BB normal = 90 – 110 % BB idaman
• BB lebih = 110 – 120 % BB idaman
• Gemuk = >120 % BB idaman
• Jumlah kalori yang diperlukan = BB idaman x kebutuhan kalori
basal (wanita=25 kkal/kgBB dan laki-laki = 30 kkal/kgBB)
kemudian ditambah dengan kebutuhan kalori untuk aktivitas,
koreksi status gizi (jika gemuk dikurangi, tapi jika kurus
ditambah), dan kalori yang dibutuhkan untuk menghadapi stress
akut sesuai dengan kebutuhan.
• Untuk masa pertumbuhan (anak dan dewasa muda) serta ibu
hamil diperlukan perhitungan tersendiri.
31. • Pembagian porsi
tersebut sejauh mungkin
disesuaikan dengan
kebutuhan pasien untuk
kepatuhan pengaturan
makan yan baik.
• Untuk pasien DM yang
mengidap pula penyakit
lain, pola pengaturan
makan harus disesuaikan
dengan penyakit
penyertanya.
Lanjutan.....Perencanaanmakan
32. • kolesterol < 300 mg/hari.
Usahakan lemak dari sumber asam lemak tidak jenuh
dan menghindari asam lemak jenuh.
• serat ±25-30 g/hari, utamakan serat larut air.
• Garam secukupnya.
• Pasien DM dengan tekanan darah yang normal masih
diperbolehkan mengonsumsi garam seperti orang
sehat, kecuali bila mengalami hipertensi, harus
mengurangi konsumsi garam.
• Pemanis buatan dapat dipakai secukupnya. Gula
sebagai bumbu masakan tetap diizinkan. Pada keadaan
kadar glukosa darah terkendali, masih diperbolehkan
mengonsumsi sukrosa (gula pasir) sampai 5% kalori.
33. Bahan makanan yang dianjurkan
Bahan makanan yang tidak dianjurkan
(dibatasi/dihindari)
Sumber karbohidrat kompleks , seperti
nasi, roti, mi, kentang, singkong, ubi, dan
sagu.
Mengandung banyak gula sederhana ,
seperti
Gula pasir, gula jawa.
Sirup, jam, jeli, buah-buahan yang
diawetkan dengan gula, susu kental
manis, minuman ringan, dan es krim.
Kue-kue manis, dodol, cake, dan tarcis.
Sumber protein rendah lemak, seperti
ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tahu,
tempe, dan kacang-kacangan.
Sumber lemak dalam jumlah terbatas
yaitu bentuk makanan yang mudah
dicerna.
Mengandung banyak lemak, seperti
cake, makanan siap saji, goreng-
gorengan.
Makanan terutama diolah dengan cara
dipanggang, dikukus, disetup, direbus,
dibakar.
Mengandung banyak natrium, sepertii
ikan asin, telur asin, makanan yang
diawetkan
34. B. Latihan jasmani
Manfaat :
• meningkatkan penurunan glukosa darah,
• mencegah kegemukan
• ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan
gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah,
dan hiperkoagulasi darah.
35. Anjuran Latihan Jasmani
• teratur (3-4 kali seminggu) ±30 menit, yang sifatnya sesuai
CRIPE (continuous, rhythmical, interval,progressive, endurance
training).
• Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi
maksimal (220-umur),
• disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit
penyerta.
• Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki biasa
selama 30 menit, olahraga sedang adalah berjalan selama 20
menit dan olahraga berat misalnya jogging.
• bila penyandang diabetes ingin melakukan latihan jasmani,
kadar glukosa darah tidak lebih dari 250 mg/dl. Pada suatu
penelitian didapatkan bahwa penyanndang diabetes yang
tidak terkendali dengan glukosa darah sekitar 332 mg/dl,
latihan jasmani tidak menguntungkan malah berbahaya.
36. Prinsip latihan jasmani Urutan Kegiatan
• 3-5 kali per minggu
Frekuensi
• ringan dan sedang yaitu 60%-70% MHR
(Maximum Heart Rate)
Intensitas
• 30 – 60 menit
Time (durasi)
• endurans (aerobic) untuk meningkatkan
kemampuan kardiorespirasi seperti
jalan, jogging, berenang dan bersepeda.
Tipe (jenis)
pemanasan
latihan inti
pendinginan
peregangan
37. C. Obat (berkhasiat hipoglikemik)
• Oral Anti Diabetes (OAD) atau Oral Hypoglycemic Agents
(OHA) merupakan obat yang biasa digunakan oleh
penderita diabetes.
• Hingga kini dikenal ada lima macam OAD yang
dipasarkan, tiap macam OAD mempunyai susunan kimia
yang berbeda dan cara menurunkan glukosa yang
berlainan.
40. D. Penyuluhan
Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan
mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi
pasien diabetes yang bertujuan menunjang
perubahan perilaku untuk meningkatkan
pemahaman pasien terhadap penyakitnya, yang
diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang
optimal, dan menyesuaikan keadaan psikologis serta
kualitas hidup yang lebih baik
41. Macam – macam pendekatan dalam
proses edukasi :
• Pendekatan ketaatan (compliance)
bertujuan untuk meningkatkan ketaatan pasien pada
rekomendasi terapi yang diberikan oleh tenaga
kesehatan
• Pendekatan pemberian wewenang (empowerment)
bertujuan untuk mempersiapkan penyandang DM
agar mampu membuat keputusan-keputusan dalam
perawatan diabetes mereka sendiri.
• kombinasikan kedua pendekatan
43. Intervensi Terapi Gizi Medis untuk
Diabetes Tipe 1
• prioritas utama : mengintegrasikan insulin dan
aktivitas fisik.
• rejimen insulin biasanya dapat direncanakan
sesuai rutinitas makan individu dan pemilihan
makanan individu.
• Berat badan memiliki potensi untuk
mempengaruhi glikemia, lipid, tekanan darah,
dan kesehatan umum sehingga pencegahan
kenaikan berat badan dianjurkan
44. Intervensi Terapi Gizi Medis untuk
Diabetes Tipe 2
• prioritas utama : mengadopsi intervensi sebagai
gaya hidup yang terkait dengan kelainan
metabolik glikemia, dislipidemia, dan hipertensi.
• Intervensi gaya hidup secara mandiri: mengurangi
berat badan, termasuk mengurangi asupan energi
(pembatasan) dan peningkatan pengeluaran
energi melalui aktivitas fisik.
• Pemeliharaan berat badan sangat penting untuk
jangka panjang.
45. • Karena banyak orang juga memiliki
dislipidemia dan hipertensi,dianjurkan
membatasi konsumsi asam lemak jenuh dan
trans, kolesterol, dan sodium.
• Pengajaran mengenai makanan sumber
karbohidrat, ukuran porsi rata-rata, dan
berapa banyak porsi untuk memilih makanan
adalah langkah pertama dalam perencanaan
makanan.
47. Type 1 Diabetes
• Tujuan utama : pemeliharaan pertumbuhan
dan perkembangan yang normal
• Penyebab kurangnya kenaikan berat badan
dan Pertumbuhan linear yg terganggu :kontrol
glikemik yang buruk, insulin yang tidak
adekuat , dan pembatasan kalori yang
berlebihan.
• Preskripsi gizi didasarkan pada penilaian gizi
(assesment).
48. • Anak yang baru didiagnosis sering disertai
penurunan berat badan dan kurus ; karena itu,
rencana makan awal harus didasarkan pada kalori
yang memadai untuk memulihkan dan menjaga
berat badan yang tepat.
• 4 - 6 minggu awal tingkat kalori mungkin perlu
dimodifikasi agar terbiasa dengan asupan makan
yang sesuai dengan kebutuhan kalorinya.
• Kebutuhan gizi untuk anak-anak dan remaja
dengan diabetes tampaknya mirip dengan yang
anak-anak dan remaja tanpa diabetes.
• Kebutuhan energi berubah sesuai dengan usia,
aktivitas fisik, dan tingkat pertumbuhan , evaluasi
tinggi, berat badan, BMI,
49. • Pemuda dgn diabetes lebih mungkin terkena resiko
CVD dibandingkan pemuda nondiabetes seusia mereka
dan jenis kelamin yang sama.
• Sangat penting mengurangi faktor risiko di masa muda
pada penderita diabetes tipe 1.
• Setelah preskripsi gizi yang tepat ditentukan,
pendekatan perencanaan makan dapat dipilih.
• Karbohidrat dihitung untuk perencanaan makanan
sesuai pedoman agar memudahkan dalam kontrol
glikemik .
• Pendekatan perencanaan makanan yang digunakan
pada remaja dan keluarga nya harus terlebih dahulu
dimengerti dan diterapkan pada gaya hidup mereka.
• Catatan glukosa darah sangat penting untuk membuat
perubahan yang sesuai dalam regimen insulin.
50. Diabetes Tipe 2
• Anak obesitas telah disertai dengan peningkatan
prevalensi diabetes tipe 2 pada anak-anak dan remaja.
• pengobatan dengan gaya hidup (treatment life style)
penderita diabetes tipe 2 pada anak-anak dan remaja
melibatkan pengontrolan berat badan yang berlebihan,
dorongan untuk pertumbuhan dan perkembangan
normal, dan pencapaian glukosa darah normal.
• Strategi modifikasi perilaku: mengurangi asupan tinggi
kalori, tinggi lemak, dan tinggi karbohidrat pada
makanan dan minuman serta mendorong kebiasaan
makan yang sehat dan aktivitas fisik secara teratur.
51. • Metformin sering digunakan ketika strategi gaya
hidup saja belum mencapai tujuan kadar glukosa
yang diharapkan, dan telah terbukti aman dan
efektif untuk pengobatan pediatrik diabetes tipe 2.
• Remaja dengan diabetes tipe 2 juga mungkin
memerlukan terapi insulin untuk mengontrol
glikemik.
53. • Normalisasi kadar glukosa darah selama
kehamilan sangat penting bagi wanita yang telah
memiliki diabetes sebelumnya .
• Tujuan MNT : membantu mencapai dan
mempertahankan kontrol glukosa darah yang
optimal dan memberikan gizi yang adekuat pada
ibu dan janin selama kehamilan, asupan energi
untuk berat badan ibu yang sesuai, dan
kebutuhan vitamin dan mineral .
• Kebutuhan yang direkomendasikan selama
kehamilan dan menyusui serupa untuk wanita
dengan dan tanpa diabetes.
54. Preexisting Diabetes dan Kehamilan
• Konseling prakonsepsi dan kemampuan untuk
mencapai kadar glukosa darah normal sebelum
kehamilan telah terbukti efektif mengurangi
kejadian anomali pada bayi yang lahir dari ibu
dengan diabetes .
• Sebagai akibat dari perubahan hormon selama
trimester pertama, kadar glukosa darah sering
tidak menentu.
• Rencana makan mungkin perlu disesuaikan untuk
perubahan metabolik.
• Kebutuhan insulin meningkat selama trimester
kedua dan ketiga kehamilan.
55. • Penyesuaian rencana makan diperlukan untuk
memberikan tambahan kalori yang dibutuhkan untuk
mendukung pertumbuhan janin, dan berat badan
harus dipantau.
• Rejimen insulin dapat disesuaikan dengan asupan
makanan, tapi menjaga konsistensi waktu makan dan
jumlah makanan penting untuk menghindari
hipoglikemia.
• Makanan yang lebih kecil dan lebih sering dibutuhkan.
• Rekaman asupan makanan dan kadar glukosa darah
sangat penting untuk menentukan apakah tujuan
glikemik terpenuhi dan untuk mencegah dan
memperbaiki ketosis.
56. Gestational Diabetes Mellitus
• Setelah melahirkan sekitar 90% dari semua
wanita dengan GDM menjadi normoglycemic
tetapi terjadi peningkatan risiko untuk GDM
pada kehamilan berikutnya .
• Wanita yang telah menderita diabetes gestasional
memiliki risiko 20% - 50% menderita diabetes
dalam 5 - 10 tahun ke depan.
• Modifikasi gaya hidup bertujuan untuk
mengurangi atau mencegah kenaikan berat
badan dan meningkatkan aktivitas fisik setelah
kehamilan dianjurkan dan dapat mengurangi
risiko diabetes berikutnya.
57. • MNT terutama melibatkan kontrol karbohidrat
pada perencanaan makan yang memberikan gizi
yang optimal untuk ibu dan kesehatan janin
dengan energi yang cukup untuk kenaikan berat
badan yang sesuai kehamilan, pemeliharaan
normoglikemia, dan tidak adanya ketosis.
• Kebutuhan yang spesifik ditentukan dan
dimodifikasi berdasarkan penilaian individu dan
catatan glukosa darah.
• Pemantauan glukosa darah, keton puasa, nafsu
makan, dan berat badan dapat membantu dalam
mengembangkan rencana yang sesuai.
• Catatan pemantauan terapi gizi digunakan untuk
menentukan apakah terapi insulin dibutuhkan.
58. • Karbohidrat harus didistribusikan sepanjang hari
menjadi tiga ukuran makanan kecil sampai
sedang dan 2-4 makanan ringan.
• Pola kenaikan berat badan selama kehamilan bagi
wanita dengan GDM harus mirip dengan wanita
tanpa diabetes.
• Kehilangan berat badan tidak dianjurkan untuk
wanita dengan kelebihan berat badan dan
obesitas dengan GDM; Namun, energi sederhana
dan pembatasan karbohidrat mungkin tepat
• Wanita dengan GDM harus didorong untuk
menyusui karena bahkan menyusui dalam jangka
waktu pendek dapat menghambat risiko
diabetesdi masa depan
60. • Banyak faktor predisposisi orang lanjut usia terkena
diabetes: usia berhubungan penurunan produksi
insulin dan peningkatan resistensi insulin, adipositas,
penurunan aktivitas fisik , beberapa pengaruh obat,
genetika, dan penyakit penyerta.
• Malnutrisi, tidak obesitas, lebih sering menjadi
masalah gizi yang berhubungan dengan orang dewasa
yang lebih tua.
• Keadaan dapat diperburuk dengan masalah kronis
oleh penyakit atau beberapa stres lainnya, dan
kekurangan gizi .
• Keadaan malnutrisi dan diabetes mempengaruhi
penyembuhan luka dan pertahanan terhadap infeksi,
61. • Diberikan diet yang memenuhi gizi mereka
sesuai kebutuhan, memungkinkan mereka
untuk mencapai atau mempertahankan berat
badan normal, serta membantu mengontrol
glukosa darah.
• Multivitamin/ suplemen mineral untuk
memenuhi kebutuhan mungkin diperlukan.
• Pada orang dewasa yang lebih tua
hiperglikemia akut dan dehidrasi dapat
menyebabkan komplikasi serius diabetes.
63. Monitoring
• Self-monitoring of blood glucose (SMBG) atau
pemantauan kadar glukosa darah sendiri telah digunakan
sehari-hari untuk pengaturan diabetes secara efektif dan
aman.
• Pasien dapat melakukan SMBG hingga 8 kali per hari
yaitu kapan saja diperlukan untuk menentukan penyebab
hipoglikemia atau hiperglikemia.
• Pasien diabetes tipe 1, SMBG direkomendasikan 4 atau
lebih kali sehari, sebelum makan dan sebelum tidur.
• SMBG pada pasien diabetes tipe 2 dilakukan 1-4 kali
sehari, yaitu sering dilakukan sebelum sarapan dan
sebelum dan 2 jam setelah makan besar tapi hanya 3
atau 4 hari per minggu.
64. • Ketika menambah atau memodifikasi terapi, pasien
diabetes tipe 1 dan tipe 2 harus memantau lebih
sering daripada biasanya terutama 2 jam setelah
makan .
• Penting bahwa hasil SMBG ditulis dalam buku catatan
dan pasien diajarkan bagaimana untuk menyesuaikan
program terapi mereka berdasarkan hasil ini.
• Misalnya, jika kadar glukosa darah konsisten (umumnya
3 hari berturut-turut) meningkat pada suatu waktu saat
test secara spesifik, penyesuaian dilakukan dalam
insulin atau obat yang bekerja pada waktu itu.
• Dosis insulin yang digunakan dapat berubah untuk
mengimbangi kenaikan atau penurunan kadar glukosa
atau rendah .
65. • Hasil medis dan klinis harus dipantau setelah
dua atau tiga kali kunjungan untuk menentukan
apakah pasien mengalami kemajuan ke arah
tujuan yang ditetapkan.
• Jika tidak ada kemajuan jelas, individu dan RD
perlu menilai kembali dan mungkin merevisi
rencana perawatan gizi.
• Jika mengubah asupan makanan saja tidak
mencapai rentang sasaran metabolik, RD harus
merekomendasikan bahwa obat ditambahkan
atau disesuaikan.
66. Evaluasi
• sebuah jadwal harus ditetapkan untuk kunjungan
tindak lanjut untuk memantau dan mengevaluasi
respon terhadap intervensi gizi.
• Pasien juga diberikan informasi tentang
bagaimana cara untuk menelepon atau e-mail
apabila ada pertanyaan dan kekhawatiran.
• Dalam membuat rencana untuk pertemuan
berikutnya, pasien diminta untuk membuat food
record selama 3 hari atau selama semingu dan
juga menyimpan data monitoring kadar glukosa
darah.