SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
Bagian 3
                            Analisis Galat Dan Deret Taylor
Contoh 13
Misalkan nilai sejati = 10/3 dan nilai hampiran = 3. 333. hitunglah galat, galat mutlak, galat
relatif, dan galat relatif hampiran.
Penyelesaian
                  10           10   3333    1
        Galat =      – 3.333 =    –      =      = 0. 000333…
                   3            3   1000   3000
                           10   3333
        Galat mutlak =        –      = 0. 000333…
                            3   1000

                          0.000333...    1
        Galat relatif =               =      = 0. 0001.
                              10        1000
                               3
                                       0.000333...    1
        Galat Relatif Hampiran =                   =
                                          3.333      9999

Pendekatan Lain dari Galat Relatif Hampiran
    Dalam praktek sulit mengetahui nilai sejati a, maka pendekatan iterasi, eRA dihitung dengan
       cara,
              ar 1 ar
        eRA =                                                              (2.2.6)
                ar 1
    Proses iterasi dihentikan jika

        e RA < eS                                                          (2.2.7)


Contoh 14
Misalkan fungsi dengan prosedur iterasi sebagai berikut
        xr+1 = (–xr3 + 3)/6,    r = 0, 1, 2, 3, …
iterasi dihentikan jika kondisi e RA < eS, dengan eS adalah toleransi galat yang diinginkan.

Misalkan x0 = 0. 5 dan eS = 0. 00001 diperoleh iterasi urutan, sebagai berikut:
   x0 = 0, 5
   x1 = 0, 4791667              e RA   ( x1   x0 ) / x 1      = 0.043478 > eS
   x2 = 0, 4816638              e RA    ( x 2 x1 ) / x 2      = 0.0051843 > eS
   x3 = 0, 4813757              e RA    ( x3 x2 ) / x3        = 0.0005984 > eS
   x4 = 0, 4814091              e RA    ( x4   x3 ) / x4      = 0.0000693 > eS
   X5 = 0, 4814052              e RA    ( x5   x 4 ) / x5     = 0.0000081 < eS
                                                              (Hentikan iterasi)
Pada iterasi ke – 5, e RA < eS, sudah terpenuhi maka iterasi dapat dihentikan.

Sumber Utama Galat Numerik
        Secara umum terdapat dua sumber utama penyebab galat dalam perhitungan numerik :
        1. Galat Pemotongan (truncation of error)
        2. Galat Pembulatan (round of error)
Selain kedua galat ini, dikenal juga sumber galat lain :
        a. Galat eksperimen, yaitu galat yang timbul dari data yang diberikan, misalnya karena
                 kesalahan pengukuran, ketidaktelitian alat ukur, dan sebagainya.
       b. Galat pemrograman, yaitu galat yang terdapat di dalam program sering juga
                 dinamakan dengan kutu (bug), dan proses penghilangan galat ini dinamakan
                 penirkutuan (debugging).

2. 1 Galat Pemotongan (truncation error)
        Galat pemotongan mengacu pada galat yang ditimbulkan akibat penggunaan hampiran
sebagai pengganti formula eksak, dikenal juga sebagai galat numerik. Misalnya turunan pertama
fungsi f di xi dihampiri dengan rumus,
                     f ( xi 1 ) f ( xi )
        f (xi) =                         ,
                              h
dengan h lebar absis xi+1 dengan xi. galat yang ditimbulkan dari hampiran turunan tersebut
merupakan galat pemotongan. Seperti pada kasus Deret Taylor.
Definisi Deret Taylor :
        Suatu fungsi f dan semua turunannya, f , f , f , …, dalam selang [a, b]. Misalkan x0
[a, b], maka untuk nilai – nilai x di sekitar x0 dan x                     [a, b], f(x) dapat diperuas ke dalam deret
Taylor :

                   (x    x0 )                 (x     x0 ) 2
f(x) = f(x0) +                  f ( x0 )                        f ( x0 )
                        1!                         2!
                  (x     x0 )m       (m )
           ...                   f          ( x 0 ) ...                                       (2.2.8)
                        m!
Persamaan (2.2.8) merupakan penjumlahan dari suku – suku, yang disebut seret Taylor.
Persamaan ini dapat juga ditulis sebagai :

                   h                 h2                         hm ( m )
f(x) = f(x0) +        f ( x0 )          f ( x0 )          ...      f     ( x0 ) ...            (2.2.9)
                   1!                2!                         m!
dengan x - x0 = h atau x = h + x0.

2.2 Galat Pembulatan (round of error)
Karena keterbatasan komputer dalam menyajikan bilangan riil maka penyajiannya juga
terbatas, yang menghasilkan galat disebut Galat Pembulatan. Sebagai contoh 1/6 = 0, 166667…
tidak dapat dinyatakan dengan tepat oleh komputer, pengabaian bilangan ini menimbulkan galat
pembulatan.
      Dua cara penyajian bilangan riil dalam komputer digital yaitu bilangan titik-tetap (fixed
point) yaitu penulisan bilangan jumlah tempat desimal tetap misalnya, 62.358, 0.013, 1.000 dan
bilangan titik-kambang (floating point) yaitu format penulisan disajikan dengan jumlah digit
berarti yang sudah tetap yaitu : 0, 6238 x 103 (sering ditulis juga sebagai 0.6238E+03).
      Angka Nyata atau angka Bena (significant figure) atau angka berarti adalah angka
penting yang dapat digunakan dengan pasti.
      4. 3123 x 101     mempunyai 5 angka bena
                  -6
      1. 2 x 10         mempunyai 2 angka bena
Galat Total
Yaitu galat pada solusi numerik yang merupakan jumlah galat pemotongan dan galat
pembulatan.
Contoh 18 :
Gunakan deret Maclaurin orde ke 4 di sekitar x0 = 0, 2 untuk menghampiri cos (0,2) dan berikan
taksiran untuk galat pemotongan dan galat pembulatan.
Penyelesaian
Cos(0.2)      1 – 0.22/2 + 0.24/24   0.9800667


    Galat Pemotongan                 Galat Pembulatan
2. 3 Tingkat Hampiran (Orde Penghampiran) :
Misalkan f(h) dihampiri oleh fungsi p(h), jika

           f (h)          p( h )             M h n , dengan M adalah konstanta riil > 0, p(h) menghampiri f(h)

dengan orde O(hn).
         f(h) = p(h) + O(hn)
O(hn) dibaca “O–besar” diartikan sebagai orde galat dari penghampiran fungsi. Karena nilai h <
1, sehingga semakin tinggi nilai n semakin kecil galatnya.
Misalkan untuk kasus Deret Taylor dengan penghampiran fungsi. Seperti, xi+1 = xi + h, i = 0, 1,
2, … :
sehingga pers. (2.2.9) menjadi :

                    (x                  x )               (x            x )2
                           i    1        i                     i   1     i
f(xi+1) = f(xi) +                              f ( xi )                        f ( xi )
                                1!                                 2!
                               (x           x )n ( n )
                    ...             i   1    i  f      ( xi ) R ( x                    )
                                         n!                    n i                 1
dengan,

              ( h )n 1 ( n 1 )
Rn(xi+1) =             f       ( t ) = O(hn+1), xi < t < xi+1                              (2.2.11)
              ( n 1 )!
Sehingga dapat dituliskan sebagai,
                    n hk ( k )
      f(xi+1) =           f    ( x ) O( h n 1 )                                             (2.2.12)
                   k 0 k!         i

Contoh 18 :
Tunjukkan Deret Taylor dari fungsi berikut sampai orde 5.
 a. eh
 b. ln (x+1)
 c. sin (h)
 d. cos (h)
Penyelesaian

 a. e h = 1 +h + h2/2! + h3/3! + h4/4! + O(h5)
 b. ln (x+1) = x – x2/2 + x3/3 – x4/4 + x5/4 + O(h5)
 c. sin (h) = h – h3/3! + x5/5! + O(h6)
 d. cos (h) = 1 – h2/4! + h4/6! – h6/6! + O(h8)



2. 4 Bilangan Titik Kambang
Format Bilangan Riil dalam komputer ditampilkan sebagai :
         a=     mxBp=                   0. d1d2d3d4d5d6 … dn x B p
m = mantisa (bilangan riil), B = basis bilangan yang dipakai
             (2, 8, 10, 16, 32 …)
        d1d2d3d4d5d6 = digit atau bit mantisa
        p = pangkat (berupa bilangan bulat),
          nilainya dari – Pmin sampai +Pmaks
Contoh 19:
        Bilangan 156,78 dapat dinyatakan sebagai 0. 15678 x 103 dalam sistem bilangan titik –
kambang dengan basis 10.

        Bilangan titik kambang ternormalisasi, merupakan penyajian bilangan mantisa tidak
boleh nol pada digit pertama.
Contoh 20:
                          -3
Bilangan 0.0563 x 10           dinormalisasi menjadi 0.563 x 10-4 dan 0.00023270 x 106 dinormalisasi
menjadi 0.23270 x 10-3 atau dapat ditulis secara umum sebagai :
(a =   mxBp=        0. d1d2d3d4d5d6 … dn x B p-1).
2.4.1 Epsilon Mesin
       Ukuran yang digunakan untuk membedakan suatu bilangan riil dengan bilangan riil
berikutnya disebut epsilon mesin ( ).
Standarisasi dilakukan dengan menemukan bilangan titik kambang terkecil jika ditambahkan
dengan satu memberikan hasil yang lebih besar dari 1, sehingga


                                              Underflow           Overflow
1 + < 1.
                                              000000011          000000011
                     0.0                          9    1.0                     2.0
                                                                   1. 0000000119
                                                                      9
Epsilon mesin pada sistem bilangan riil yang ditunjukkan pada gambar tersebut di atas adalah :
       = 1. 0000000119 – 1.0 = 0. 119 x 10 - 6
Gap ( x) atau jarak antara sebuah bilangan titik kambang dengan bilangan titik kambang
berikutnya adalah
       x = x R,
dengan R adalah bilangan titik kambang sekarang.
Contoh, gap antara bilangan positif terkecil antara 0. 29 x 10-38 dengan bilangan titik kambang
terkecil kedua adalah :
 x = x R = 0. 119 x 10 – 6 x 0. 29 x 10-38 = 0.345 x 10-45
sehingga bilangan titik kambang terkecil kedua sesduah 0.29 x 10-38 adalah
0.29 x 10-38 + 0.345 x 10-45, sehingga gap akan bertambah besar dengan semakin besarnya
bilangan titik kambang.
Underflow terjadi jika suatu bilangan titik kambang tidak dapat dinyatakan diantara 0 dan
bilangan positif terkecil (atau antara 0 dan bilangan negatif terbesar.
Overflow terjadi jika suatu bilangan titik kambang lebih besar dari bilangan positif terbesar (atau
lebih kecil dari bilangan negatif terkecil).
Epsilon mesin dapat dirumuskan sebagai :
 = B1 – n
Dengan B adalah basis bilangan dan n adalah banyaknya digit (atau bit) bena didalam mantisa.
Misalkan pada komputer IBM PC 32 – bit (1 bit tanda, 8 bit pangkat, dan 24 bit mantisa),
 = B1 – 24 = 0. 000000011920928955078125 = 0.119 x 10 - 6

2.4.2 Pembulatan Pada Bilangan Titik Kambang
     Ada dua teknik pembulatan yang lazim dipakai komputer, yaitu :
Pemenggalan (chopping),
a=    0. d1d2d3d4d5d6 … dn x B p menjadi flchop(a) =   0. d1d2d3 … dn -1dn x B p
Misalkan,     = 0.31459265358 … x 100 menjadi
        flchop( ) = 0.3141592 x 100
       dengan Galat sebesar 0. 00000065…
dan Pembulatan ke digit terdekat (in–rounding),

a=    0. d1d2d3d4d5d6 … dn x B p menjadi flchop(a) =   0. d1d2d3 …   ˆ
                                                                     dn   xBp

                d n , Jika d 5
                       n 1
            d n 1 Jika d     5
ˆ
d =                      n 1
  n  d n Jika d n 1 5 dan n genap
    d n 1 jika d n 1 5 dan n ganjil

Misalkan,     = 0.31459265358 … x 100 menjadi 7 digit mantis flchop( ) = 0.3141593 x 100
dengan Galat sebesar 0. 00000035…
Contoh 20 :
Misalkan a = 0. 5682785715287 x 10-4 hitunglah sampai 6 digit dan 9 digit ,
Penyelesaian:
Dalam komputer 6 digit dibulatkan menjadi
        flround(a) = 0.568278 x 100
Dalam komputer 9 digit dibulatkan menjadi
        flround(a) = 0.568278572 x 100
Kebanyakan komputer menggunakan cara “pemenggalan”


2.4.3 Aritmetika Bilangan Titik Kambang
2.4.3.1 Operasi Penambahan dan Pengurangan
Contoh 21:
Misalkan digunakan komputer dengan mantis 4 digit (basis 10), hitunglah 1.557 + 0.04381 =
0.1557 x 101 + 0.4381 x 10-1
Penyelesaian:
       0.1557 x 101 = 0. 1557 x 101
       0.4381 x 101 = 0. 004381 x 101 +
                     = 0.160081 x 101
                   in–rounding       0.1601 x 101
                  chopping          0.1600 x 101
                                        1              1
Galat mutlak pembulatan = ( 0.160081x 10 ) ( 0.1601x 10 )

                              = 0.000019
                                        1               1
Galat mutlak pemenggalan= ( 0.160081x 10 ) ( 0.1600 x 10 )

                              = 0.000081
Contoh 22:
Misalkan digunakan komputer dengan mantis 4 digit (basis 10), hitunglah 3677 – 0.3283 =
0.3677 x 104 - 0.3283 x 100
Penyelesaian:
       0.3677 x 104 = 0. 3677 x 104
       0.3283 x 100 = 0. 00003283 x 104 +
                        = 0. 36766717 x 104
             in–rounding      0.3677 x 104
             chopping         0.3676 x 104
2.4.3.2 Operasi Perkalian dan Pembagian
Contoh 23:
Misalkan digunakan komputer dengan mantis 4 digit (basis 10), hitunglah, perkalian 0.4652 x
104 dengan 0.1456 x 10-1
Penyelesaian:
       Kalikan 0.4652                 Jumlahkan pangkat : 4
               0.1456 x                                  -1 +
              0.06773312                                  3
       Gabungan mantis dengan pangkat : 0. 06773312 x 103
       Normalisasi : 0. 6773312 x 102
       in–rounding        0.6773 x 102
       chopping           0.6773 x 102
Contoh 24:
Misalkan digunakan komputer dengan mantis 4 digit (basis 10), hitunglah (0.8675 x 10-4)/
0.2543 x 10-2.
Penyelesaian:
           Bagi Mantis : 0.8675                       Kurangi pangkat : - 4
                        0.2543:                                         -2-
                        3.4113252                                       -2
            Gabungan mantis dengan pangkat : 3.4113252 x 103
            Normalisasi : 0. 34113252 x 10-1
            in–rounding      0.3411 x 10-1
            chopping         0.3411 x 10-1
2.4.3.2 Perambatan Galat
           Misalkan terdapat dua bilangan a dan b (nilai sejati) dan nilai hampirannya masing-
       ˆ     ˆ
masing a dan b yang mengandung galat masing                         a   dan      b   dapat ditulis,
              ˆ
           a= a +    a
                                 ˆ
                         dan b = b +      b

Penjumlahan kedua bilangan ini,
                     ˆ
            a + b = (a +    a)
                                    ˆ
                                 + (b +       b)      ˆ ˆ
                                                   = (a + b ) + (   a   +   b)

dengan cara yang sama untuk proses pengurangan, perkalian dan pembagian maka galat
merambat pada masing masing hasil Operand.




2.5 Kondisi Buruk

    Misalkan contoh berikut dari persamaan kuadrat ax 2                               bx   c   0,
    (i).     x2 – 4x + 3. 999 = 0             akar – akarnya, x1 = 2. 032 dan
                x2 = 1.968
    (ii). x2 – 4x + 4. 000 = 0                akar – akarnya, x1= x2 = 2.000
    (iii). x2 – 4x + 4. 001 = 0               akar – akarnya imajiner


   Situasi persamaan di atas berkondisi buruk, karena perubahan sedikit saja, dalam hal ini
   masukannya (konstanta c), ternyata nilai akar – akarnya berubah sangat besar.
2.5. Bilangan Kondisi

    Bilangan kondisi dapat dihitung dengan bantuan deret Taylor. Misalkan fungsi f(x)
                    ˆ
diuraikan disekitar x , sampai suku orde pertama :

           ˆ         ˆ
f(x) = f ( x ) + f ( x ) ( x        ˆ
                                    x)                                                                (2.5.1)

dengan galat hampiran dari f(x) adalah
f(x)             ˆ
                              f (x)                 ˆ
                                                f ( x )( x    ˆ
                                                              x)
 RA[f(x)]   =                               =                                                     (2.5.2)
                         ˆ
                       f(x)                             ˆ
                                                      f(x)

Galat Hampiran dari x adalah,

                      x       ˆ
                              x
          RA[x]   =                                                                     (2.5.3)
                          ˆ
                          x

Sehingga bilangan kondisi didefinisikan sebagai nisbah (ratio) antara (2.5.2) dan (2.5.3) :


                                               ˆ     ˆ
                                  RA f ( x ) = xf ( x )
Bilangan Kondisi =
                                                    ˆ
                                                 f [x]
                                   RA [ x ]

Contoh 25 :
Misalkan f(x) =           x . Tentukan bilangan kondisi dan perhitungan akar kuadrat x
Penyelesaian :
                                       1
Diketahui,            f (x) =
                                      2 x


                                                        ˆ     ˆ
                                           RA f ( x ) = xf ( x )
    Bilangan Kondisi =
                                                             ˆ
                                                          f [x]
                                            RA [ x ]
                                       ˆ       ˆ
                                       x /( 2 x )   1
                                  =               =
                                             ˆ
                                             x      2

Bilangan kondisinya cukup kecil sehingga penarikan akar kuadrat x merupakan proses yang
berkondisi baik. Misalkan 20.999 = 4.5824665 dan jika                            21 = 4.5825756
Contoh 26 :
                                                      10
Hitung bilangan kondisi (f(x) =
                                                 1     x2
Penyelesaian :
Diketahui,
             20 x
f (x) =
          ( 1 x 2 )2

                                                ˆ     ˆ
                                                xf ( x )
             Bilangankondisi =
                                                     ˆ
                                                  f [x]

                                                       ˆ      ˆ
                                                       x [ 20 x /( 1    x 2 )2
                                                                        ˆ
                                                  =
                                                           10 /( 1     x2 )
                                                                       ˆ
Bilangan kondisi ini sangat besar untuk x =1.
Misalkan f(1.009) = – 55.306675, dan jika f(1.01) = – 497.51243.

Latihan : (lihat di buku soal latihan [2])
   1. Hitung 10.1 - 10 secara langsung tetapi hasil setiap perhitungan antara hasil akhir
       dibulatkan sampai 4 angka bena/nyata. Kemudian hitunglah       10.1 - 10 dengan cara
       yang lebih sempuna [2].
   2. Carilah akar persamaan kuadrat x2 – 10.1x + 1 = 0 dengan rumus abc, yang setiap hasil
       perhitungan antara maupun hasil perhitungan akhir dibulatkan dengan teknik :
       (a). pembulatan kedalam (in – rounding)
       (b). pemenggalan (chopping)
       sampai empat angka nyata. Bandingkan hasilnya jika akar terbesar (x1) dihitung dengan
       rumus abc dan akar terkecil (x2) dengan rumus x1x2 = c/a.
   3. Diberikan beberapa bilangan titik kambang yang telah dinormalkan berikut ini :
       a = 0. 4523123 x 10-4
       b = 0. 2365401 x 101
       c = 0. 4520156 x 10-4
       d = 0.1234567 x 10-3
       bila mesin yang digunkan untuk operasi aritmetika mempunyai tujuh angka bena/nyata,
       hitung hasil komputasi yang diberikan oleh mesin tersebut (dalam bentuk biolangan titik
       – kambang ternormalisasi) :
       (i)     a+b+c+d
       (ii)    a+c+d+b
       (iii) a - c
       (iv) ab – c
  6. Misalkan digunakan mesin hipotetik dengan mantis empat angka bena. Lakukan operasi
  aritmetika untuk bilangan titik kambang ternormalisasi berikut. Normalkan hasilnya
     (a) 0. 3796 x 102 + 0. 9643 x 10 -2
     (b) 0. 4561 x 10-2 – 0.6732 x 10 -2
     (c) (0.1234 x 103) x (0.4321 x 10-1)
  7. Carilah cara yang lebih baik untuk menghitung :
     (i)      f(x) = (x – sin(x)/tan(x) untuk x mendekati nol
     (ii) f(x) = x - (x2 – a) untuk x yang jauh lebih besar dari a
     (iii)     f(x) = cos2(x) – sin2(x)    untuk x di sekitar /4
     (iv)      f(x) = log(x + 1) – log (x) untuk x yang besar
8. Diketahui f(x) = cos (x). Tentukan f (x) dengan teorema dasar turunan :
            f(x    h)     f(x)
     lim                         = f (x)
    h 0             h
   Hitung f (x) dengan h = 0.1; 0.01; 0.0001; 0. 00001; 0. 000001.
   untuk memperbaiki hasil perhitungan, hitunglah f (x) dengan
cara yang lebih teliti.

More Related Content

What's hot

Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Kelinci Coklat
 
ALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTERALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTERMella Imelda
 
Deret taylor and mac laurin
Deret taylor and mac laurinDeret taylor and mac laurin
Deret taylor and mac laurinMoch Hasanudin
 
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )Kelinci Coklat
 
Matematika teknik 01-definisi pd
Matematika teknik 01-definisi pdMatematika teknik 01-definisi pd
Matematika teknik 01-definisi pdel sucahyo
 
Forward Difference, Backward Difference, dan Central
Forward Difference, Backward Difference, dan CentralForward Difference, Backward Difference, dan Central
Forward Difference, Backward Difference, dan CentralFerdhika Yudira
 
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertamaPersamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertamadwiprananto
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Arvina Frida Karela
 
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifMatematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifAyuk Wulandari
 
Pengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IPengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IFerry Angriawan
 
Aturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode PembuktianAturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode PembuktianFahrul Usman
 
Integral Tak Wajar ( Kalkulus 2 )
Integral Tak Wajar ( Kalkulus 2 )Integral Tak Wajar ( Kalkulus 2 )
Integral Tak Wajar ( Kalkulus 2 )Kelinci Coklat
 

What's hot (20)

Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
 
2. galat
2. galat2. galat
2. galat
 
ALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTERALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTER
 
Deret taylor and mac laurin
Deret taylor and mac laurinDeret taylor and mac laurin
Deret taylor and mac laurin
 
Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi Kompleks
 
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
 
Matematika teknik 01-definisi pd
Matematika teknik 01-definisi pdMatematika teknik 01-definisi pd
Matematika teknik 01-definisi pd
 
Forward Difference, Backward Difference, dan Central
Forward Difference, Backward Difference, dan CentralForward Difference, Backward Difference, dan Central
Forward Difference, Backward Difference, dan Central
 
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertamaPersamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
Persamaan diferensial biasa: Persamaan diferensial orde-pertama
 
Paper
PaperPaper
Paper
 
Parametric Equations
Parametric EquationsParametric Equations
Parametric Equations
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
 
Turunan
TurunanTurunan
Turunan
 
Modul 1 pd linier orde satu
Modul 1 pd linier orde satuModul 1 pd linier orde satu
Modul 1 pd linier orde satu
 
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifMatematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
 
Pengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IPengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_I
 
Integral Lipat Tiga
Integral Lipat TigaIntegral Lipat Tiga
Integral Lipat Tiga
 
Bilangan kompleks
Bilangan kompleksBilangan kompleks
Bilangan kompleks
 
Aturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode PembuktianAturan Inferensi dan Metode Pembuktian
Aturan Inferensi dan Metode Pembuktian
 
Integral Tak Wajar ( Kalkulus 2 )
Integral Tak Wajar ( Kalkulus 2 )Integral Tak Wajar ( Kalkulus 2 )
Integral Tak Wajar ( Kalkulus 2 )
 

Viewers also liked

Metode numerik [rifqi.ikhwanuddin.com]
Metode numerik [rifqi.ikhwanuddin.com]Metode numerik [rifqi.ikhwanuddin.com]
Metode numerik [rifqi.ikhwanuddin.com]Tri Jayanti
 
Metode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unilaMetode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unilatejowati
 
Kelompok 4 orde penghampiran
Kelompok 4 orde penghampiranKelompok 4 orde penghampiran
Kelompok 4 orde penghampiraneka gustina
 
B ab 01 metode numerik secara umum
B ab  01 metode numerik secara umumB ab  01 metode numerik secara umum
B ab 01 metode numerik secara umumalamsyah88
 
Sd4mat ayo belajarmatematika burhan
Sd4mat ayo belajarmatematika burhanSd4mat ayo belajarmatematika burhan
Sd4mat ayo belajarmatematika burhanAndrias Eka
 
ICT FKIP UNSRI_Sahala Martua Ambarita
ICT FKIP UNSRI_Sahala Martua AmbaritaICT FKIP UNSRI_Sahala Martua Ambarita
ICT FKIP UNSRI_Sahala Martua Ambaritasahala ambarita
 
Soa uaspdsk2011(januari)
Soa uaspdsk2011(januari)Soa uaspdsk2011(januari)
Soa uaspdsk2011(januari)Amri Sandy
 
Metode numerik-rinaldi-munir-libre
Metode numerik-rinaldi-munir-libreMetode numerik-rinaldi-munir-libre
Metode numerik-rinaldi-munir-libreAlvin Setiawan
 
Sejarah bilangan imajiner
Sejarah bilangan imajinerSejarah bilangan imajiner
Sejarah bilangan imajinerZ4676HW
 
METODOLOGI PENELITIAN "DESIGN RESEARCH"
METODOLOGI PENELITIAN "DESIGN RESEARCH"METODOLOGI PENELITIAN "DESIGN RESEARCH"
METODOLOGI PENELITIAN "DESIGN RESEARCH"Nursa Fatri Nofriati
 
Matematika diskrit: fungsi pembangkit part 3
Matematika diskrit: fungsi pembangkit part 3Matematika diskrit: fungsi pembangkit part 3
Matematika diskrit: fungsi pembangkit part 3radar radius
 
Pengenceran larutan stok
Pengenceran larutan stokPengenceran larutan stok
Pengenceran larutan stokAgung Sugiharto
 

Viewers also liked (20)

Metode numerik [rifqi.ikhwanuddin.com]
Metode numerik [rifqi.ikhwanuddin.com]Metode numerik [rifqi.ikhwanuddin.com]
Metode numerik [rifqi.ikhwanuddin.com]
 
Metode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unilaMetode numerik-buku-ajar-unila
Metode numerik-buku-ajar-unila
 
Kelompok 4 orde penghampiran
Kelompok 4 orde penghampiranKelompok 4 orde penghampiran
Kelompok 4 orde penghampiran
 
Kuliah 01
Kuliah 01Kuliah 01
Kuliah 01
 
Met num 3
Met num 3Met num 3
Met num 3
 
B ab 01 metode numerik secara umum
B ab  01 metode numerik secara umumB ab  01 metode numerik secara umum
B ab 01 metode numerik secara umum
 
Basis Bilangan
Basis BilanganBasis Bilangan
Basis Bilangan
 
angka penting
angka pentingangka penting
angka penting
 
Sd4mat ayo belajarmatematika burhan
Sd4mat ayo belajarmatematika burhanSd4mat ayo belajarmatematika burhan
Sd4mat ayo belajarmatematika burhan
 
Met num 4-0
Met num 4-0Met num 4-0
Met num 4-0
 
Met num 8
Met num 8Met num 8
Met num 8
 
Met num 5
Met num 5Met num 5
Met num 5
 
ICT FKIP UNSRI_Sahala Martua Ambarita
ICT FKIP UNSRI_Sahala Martua AmbaritaICT FKIP UNSRI_Sahala Martua Ambarita
ICT FKIP UNSRI_Sahala Martua Ambarita
 
Soa uaspdsk2011(januari)
Soa uaspdsk2011(januari)Soa uaspdsk2011(januari)
Soa uaspdsk2011(januari)
 
Metode numerik-rinaldi-munir-libre
Metode numerik-rinaldi-munir-libreMetode numerik-rinaldi-munir-libre
Metode numerik-rinaldi-munir-libre
 
Sejarah bilangan imajiner
Sejarah bilangan imajinerSejarah bilangan imajiner
Sejarah bilangan imajiner
 
METODOLOGI PENELITIAN "DESIGN RESEARCH"
METODOLOGI PENELITIAN "DESIGN RESEARCH"METODOLOGI PENELITIAN "DESIGN RESEARCH"
METODOLOGI PENELITIAN "DESIGN RESEARCH"
 
Matematika diskrit: fungsi pembangkit part 3
Matematika diskrit: fungsi pembangkit part 3Matematika diskrit: fungsi pembangkit part 3
Matematika diskrit: fungsi pembangkit part 3
 
Pengenceran larutan stok
Pengenceran larutan stokPengenceran larutan stok
Pengenceran larutan stok
 
Linearisasi
LinearisasiLinearisasi
Linearisasi
 

Similar to Met num 2

Kelompok5 3ia18
Kelompok5 3ia18Kelompok5 3ia18
Kelompok5 3ia18kasega
 
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptxBAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptxNaufalDhiyaulhaq2
 
Matematika kelas xi turunan fungsi
Matematika kelas xi turunan fungsiMatematika kelas xi turunan fungsi
Matematika kelas xi turunan fungsiSiti Lestari
 
Kelompok 1 (MTK WAJIB) jhdisjidsjidjsidjsidjisdjisjdis sdis
Kelompok 1 (MTK WAJIB) jhdisjidsjidjsidjsidjisdjisjdis sdisKelompok 1 (MTK WAJIB) jhdisjidsjidjsidjsidjisdjisjdis sdis
Kelompok 1 (MTK WAJIB) jhdisjidsjidjsidjsidjisdjisjdis sdisHeruChairul
 
Matematika (Fungsi eksponen)
Matematika (Fungsi eksponen)Matematika (Fungsi eksponen)
Matematika (Fungsi eksponen)Titah Arsy
 
Persamaan non linier
Persamaan non linierPersamaan non linier
Persamaan non liniersoniyora1
 
Matematika dasar
Matematika dasarMatematika dasar
Matematika dasarFaisal Amir
 
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Muhammad Ali Subkhan Candra
 
integrasi
integrasiintegrasi
integrasiQiu Mil
 
sukubanyak
sukubanyaksukubanyak
sukubanyakmfebri26
 

Similar to Met num 2 (20)

deret kuasa
deret kuasaderet kuasa
deret kuasa
 
Diferensial
DiferensialDiferensial
Diferensial
 
Kelompok5 3ia18
Kelompok5 3ia18Kelompok5 3ia18
Kelompok5 3ia18
 
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptxBAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
BAB II AKAR-AKAR PERSAMAAN.pptx
 
siiiiii
siiiiiisiiiiii
siiiiii
 
Matematika kelas xi turunan fungsi
Matematika kelas xi turunan fungsiMatematika kelas xi turunan fungsi
Matematika kelas xi turunan fungsi
 
Met num 1
Met num 1Met num 1
Met num 1
 
Kelompok 1 (MTK WAJIB) jhdisjidsjidjsidjsidjisdjisjdis sdis
Kelompok 1 (MTK WAJIB) jhdisjidsjidjsidjsidjisdjisjdis sdisKelompok 1 (MTK WAJIB) jhdisjidsjidjsidjsidjisdjisjdis sdis
Kelompok 1 (MTK WAJIB) jhdisjidsjidjsidjsidjisdjisjdis sdis
 
Metnum p 2 compressed
Metnum p 2 compressedMetnum p 2 compressed
Metnum p 2 compressed
 
Met num 10
Met num 10Met num 10
Met num 10
 
Modul Kalkulus
Modul KalkulusModul Kalkulus
Modul Kalkulus
 
Modul kalkulus
Modul kalkulusModul kalkulus
Modul kalkulus
 
Matematika (Fungsi eksponen)
Matematika (Fungsi eksponen)Matematika (Fungsi eksponen)
Matematika (Fungsi eksponen)
 
Persamaan non linier
Persamaan non linierPersamaan non linier
Persamaan non linier
 
Matematika dasar
Matematika dasarMatematika dasar
Matematika dasar
 
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
 
Kul3 4 fungsi
Kul3 4 fungsiKul3 4 fungsi
Kul3 4 fungsi
 
integrasi
integrasiintegrasi
integrasi
 
turunan
turunanturunan
turunan
 
sukubanyak
sukubanyaksukubanyak
sukubanyak
 

More from Amri Sandy

Ujian akhirpersdiff
Ujian akhirpersdiffUjian akhirpersdiff
Ujian akhirpersdiffAmri Sandy
 
statistik dasar4
statistik dasar4statistik dasar4
statistik dasar4Amri Sandy
 
statistik dasar3
statistik dasar3statistik dasar3
statistik dasar3Amri Sandy
 
statistik dasar2
statistik dasar2statistik dasar2
statistik dasar2Amri Sandy
 
statistik dasar1
statistik dasar1statistik dasar1
statistik dasar1Amri Sandy
 
Matematika bisnis11
Matematika bisnis11Matematika bisnis11
Matematika bisnis11Amri Sandy
 
Matematika bisnis10
Matematika bisnis10Matematika bisnis10
Matematika bisnis10Amri Sandy
 
Matematika bisnis9
Matematika bisnis9Matematika bisnis9
Matematika bisnis9Amri Sandy
 
Matematika bisnis8
Matematika bisnis8Matematika bisnis8
Matematika bisnis8Amri Sandy
 
Matematika bisnis7
Matematika bisnis7Matematika bisnis7
Matematika bisnis7Amri Sandy
 
Matematika bisnis6
Matematika bisnis6Matematika bisnis6
Matematika bisnis6Amri Sandy
 
Matematika bisnis5
Matematika bisnis5Matematika bisnis5
Matematika bisnis5Amri Sandy
 
Matematika bisnis5
Matematika bisnis5Matematika bisnis5
Matematika bisnis5Amri Sandy
 
Matematika bisnis4
Matematika bisnis4Matematika bisnis4
Matematika bisnis4Amri Sandy
 
Matematika bisnis3
Matematika bisnis3Matematika bisnis3
Matematika bisnis3Amri Sandy
 

More from Amri Sandy (20)

Ujian akhirpersdiff
Ujian akhirpersdiffUjian akhirpersdiff
Ujian akhirpersdiff
 
Qiuzsimulasi
QiuzsimulasiQiuzsimulasi
Qiuzsimulasi
 
Met num 9
Met num 9Met num 9
Met num 9
 
Met num 7
Met num 7Met num 7
Met num 7
 
Met num 6
Met num 6Met num 6
Met num 6
 
Met num 4-1
Met num 4-1Met num 4-1
Met num 4-1
 
statistik dasar4
statistik dasar4statistik dasar4
statistik dasar4
 
statistik dasar3
statistik dasar3statistik dasar3
statistik dasar3
 
statistik dasar2
statistik dasar2statistik dasar2
statistik dasar2
 
statistik dasar1
statistik dasar1statistik dasar1
statistik dasar1
 
Matematika bisnis11
Matematika bisnis11Matematika bisnis11
Matematika bisnis11
 
Matematika bisnis10
Matematika bisnis10Matematika bisnis10
Matematika bisnis10
 
Matematika bisnis9
Matematika bisnis9Matematika bisnis9
Matematika bisnis9
 
Matematika bisnis8
Matematika bisnis8Matematika bisnis8
Matematika bisnis8
 
Matematika bisnis7
Matematika bisnis7Matematika bisnis7
Matematika bisnis7
 
Matematika bisnis6
Matematika bisnis6Matematika bisnis6
Matematika bisnis6
 
Matematika bisnis5
Matematika bisnis5Matematika bisnis5
Matematika bisnis5
 
Matematika bisnis5
Matematika bisnis5Matematika bisnis5
Matematika bisnis5
 
Matematika bisnis4
Matematika bisnis4Matematika bisnis4
Matematika bisnis4
 
Matematika bisnis3
Matematika bisnis3Matematika bisnis3
Matematika bisnis3
 

Met num 2

  • 1. Bagian 3 Analisis Galat Dan Deret Taylor Contoh 13 Misalkan nilai sejati = 10/3 dan nilai hampiran = 3. 333. hitunglah galat, galat mutlak, galat relatif, dan galat relatif hampiran. Penyelesaian 10 10 3333 1 Galat = – 3.333 = – = = 0. 000333… 3 3 1000 3000 10 3333 Galat mutlak = – = 0. 000333… 3 1000 0.000333... 1 Galat relatif = = = 0. 0001. 10 1000 3 0.000333... 1 Galat Relatif Hampiran = = 3.333 9999 Pendekatan Lain dari Galat Relatif Hampiran Dalam praktek sulit mengetahui nilai sejati a, maka pendekatan iterasi, eRA dihitung dengan cara, ar 1 ar eRA = (2.2.6) ar 1 Proses iterasi dihentikan jika e RA < eS (2.2.7) Contoh 14 Misalkan fungsi dengan prosedur iterasi sebagai berikut xr+1 = (–xr3 + 3)/6, r = 0, 1, 2, 3, … iterasi dihentikan jika kondisi e RA < eS, dengan eS adalah toleransi galat yang diinginkan. Misalkan x0 = 0. 5 dan eS = 0. 00001 diperoleh iterasi urutan, sebagai berikut: x0 = 0, 5 x1 = 0, 4791667 e RA ( x1 x0 ) / x 1 = 0.043478 > eS x2 = 0, 4816638 e RA ( x 2 x1 ) / x 2 = 0.0051843 > eS x3 = 0, 4813757 e RA ( x3 x2 ) / x3 = 0.0005984 > eS x4 = 0, 4814091 e RA ( x4 x3 ) / x4 = 0.0000693 > eS X5 = 0, 4814052 e RA ( x5 x 4 ) / x5 = 0.0000081 < eS (Hentikan iterasi)
  • 2. Pada iterasi ke – 5, e RA < eS, sudah terpenuhi maka iterasi dapat dihentikan. Sumber Utama Galat Numerik Secara umum terdapat dua sumber utama penyebab galat dalam perhitungan numerik : 1. Galat Pemotongan (truncation of error) 2. Galat Pembulatan (round of error) Selain kedua galat ini, dikenal juga sumber galat lain : a. Galat eksperimen, yaitu galat yang timbul dari data yang diberikan, misalnya karena kesalahan pengukuran, ketidaktelitian alat ukur, dan sebagainya. b. Galat pemrograman, yaitu galat yang terdapat di dalam program sering juga dinamakan dengan kutu (bug), dan proses penghilangan galat ini dinamakan penirkutuan (debugging). 2. 1 Galat Pemotongan (truncation error) Galat pemotongan mengacu pada galat yang ditimbulkan akibat penggunaan hampiran sebagai pengganti formula eksak, dikenal juga sebagai galat numerik. Misalnya turunan pertama fungsi f di xi dihampiri dengan rumus, f ( xi 1 ) f ( xi ) f (xi) = , h dengan h lebar absis xi+1 dengan xi. galat yang ditimbulkan dari hampiran turunan tersebut merupakan galat pemotongan. Seperti pada kasus Deret Taylor. Definisi Deret Taylor : Suatu fungsi f dan semua turunannya, f , f , f , …, dalam selang [a, b]. Misalkan x0 [a, b], maka untuk nilai – nilai x di sekitar x0 dan x [a, b], f(x) dapat diperuas ke dalam deret Taylor : (x x0 ) (x x0 ) 2 f(x) = f(x0) + f ( x0 ) f ( x0 ) 1! 2! (x x0 )m (m ) ... f ( x 0 ) ... (2.2.8) m! Persamaan (2.2.8) merupakan penjumlahan dari suku – suku, yang disebut seret Taylor. Persamaan ini dapat juga ditulis sebagai : h h2 hm ( m ) f(x) = f(x0) + f ( x0 ) f ( x0 ) ... f ( x0 ) ... (2.2.9) 1! 2! m! dengan x - x0 = h atau x = h + x0. 2.2 Galat Pembulatan (round of error)
  • 3. Karena keterbatasan komputer dalam menyajikan bilangan riil maka penyajiannya juga terbatas, yang menghasilkan galat disebut Galat Pembulatan. Sebagai contoh 1/6 = 0, 166667… tidak dapat dinyatakan dengan tepat oleh komputer, pengabaian bilangan ini menimbulkan galat pembulatan. Dua cara penyajian bilangan riil dalam komputer digital yaitu bilangan titik-tetap (fixed point) yaitu penulisan bilangan jumlah tempat desimal tetap misalnya, 62.358, 0.013, 1.000 dan bilangan titik-kambang (floating point) yaitu format penulisan disajikan dengan jumlah digit berarti yang sudah tetap yaitu : 0, 6238 x 103 (sering ditulis juga sebagai 0.6238E+03). Angka Nyata atau angka Bena (significant figure) atau angka berarti adalah angka penting yang dapat digunakan dengan pasti. 4. 3123 x 101 mempunyai 5 angka bena -6 1. 2 x 10 mempunyai 2 angka bena Galat Total Yaitu galat pada solusi numerik yang merupakan jumlah galat pemotongan dan galat pembulatan. Contoh 18 : Gunakan deret Maclaurin orde ke 4 di sekitar x0 = 0, 2 untuk menghampiri cos (0,2) dan berikan taksiran untuk galat pemotongan dan galat pembulatan. Penyelesaian Cos(0.2) 1 – 0.22/2 + 0.24/24 0.9800667 Galat Pemotongan Galat Pembulatan
  • 4. 2. 3 Tingkat Hampiran (Orde Penghampiran) : Misalkan f(h) dihampiri oleh fungsi p(h), jika f (h) p( h ) M h n , dengan M adalah konstanta riil > 0, p(h) menghampiri f(h) dengan orde O(hn). f(h) = p(h) + O(hn) O(hn) dibaca “O–besar” diartikan sebagai orde galat dari penghampiran fungsi. Karena nilai h < 1, sehingga semakin tinggi nilai n semakin kecil galatnya. Misalkan untuk kasus Deret Taylor dengan penghampiran fungsi. Seperti, xi+1 = xi + h, i = 0, 1, 2, … : sehingga pers. (2.2.9) menjadi : (x x ) (x x )2 i 1 i i 1 i f(xi+1) = f(xi) + f ( xi ) f ( xi ) 1! 2! (x x )n ( n ) ... i 1 i f ( xi ) R ( x ) n! n i 1 dengan, ( h )n 1 ( n 1 ) Rn(xi+1) = f ( t ) = O(hn+1), xi < t < xi+1 (2.2.11) ( n 1 )! Sehingga dapat dituliskan sebagai, n hk ( k ) f(xi+1) = f ( x ) O( h n 1 ) (2.2.12) k 0 k! i Contoh 18 : Tunjukkan Deret Taylor dari fungsi berikut sampai orde 5. a. eh b. ln (x+1) c. sin (h) d. cos (h) Penyelesaian a. e h = 1 +h + h2/2! + h3/3! + h4/4! + O(h5) b. ln (x+1) = x – x2/2 + x3/3 – x4/4 + x5/4 + O(h5) c. sin (h) = h – h3/3! + x5/5! + O(h6) d. cos (h) = 1 – h2/4! + h4/6! – h6/6! + O(h8) 2. 4 Bilangan Titik Kambang Format Bilangan Riil dalam komputer ditampilkan sebagai : a= mxBp= 0. d1d2d3d4d5d6 … dn x B p
  • 5. m = mantisa (bilangan riil), B = basis bilangan yang dipakai (2, 8, 10, 16, 32 …) d1d2d3d4d5d6 = digit atau bit mantisa p = pangkat (berupa bilangan bulat), nilainya dari – Pmin sampai +Pmaks Contoh 19: Bilangan 156,78 dapat dinyatakan sebagai 0. 15678 x 103 dalam sistem bilangan titik – kambang dengan basis 10. Bilangan titik kambang ternormalisasi, merupakan penyajian bilangan mantisa tidak boleh nol pada digit pertama. Contoh 20: -3 Bilangan 0.0563 x 10 dinormalisasi menjadi 0.563 x 10-4 dan 0.00023270 x 106 dinormalisasi menjadi 0.23270 x 10-3 atau dapat ditulis secara umum sebagai : (a = mxBp= 0. d1d2d3d4d5d6 … dn x B p-1). 2.4.1 Epsilon Mesin Ukuran yang digunakan untuk membedakan suatu bilangan riil dengan bilangan riil berikutnya disebut epsilon mesin ( ). Standarisasi dilakukan dengan menemukan bilangan titik kambang terkecil jika ditambahkan dengan satu memberikan hasil yang lebih besar dari 1, sehingga Underflow Overflow 1 + < 1. 000000011 000000011 0.0 9 1.0 2.0 1. 0000000119 9 Epsilon mesin pada sistem bilangan riil yang ditunjukkan pada gambar tersebut di atas adalah : = 1. 0000000119 – 1.0 = 0. 119 x 10 - 6 Gap ( x) atau jarak antara sebuah bilangan titik kambang dengan bilangan titik kambang berikutnya adalah x = x R, dengan R adalah bilangan titik kambang sekarang. Contoh, gap antara bilangan positif terkecil antara 0. 29 x 10-38 dengan bilangan titik kambang terkecil kedua adalah : x = x R = 0. 119 x 10 – 6 x 0. 29 x 10-38 = 0.345 x 10-45 sehingga bilangan titik kambang terkecil kedua sesduah 0.29 x 10-38 adalah 0.29 x 10-38 + 0.345 x 10-45, sehingga gap akan bertambah besar dengan semakin besarnya bilangan titik kambang. Underflow terjadi jika suatu bilangan titik kambang tidak dapat dinyatakan diantara 0 dan bilangan positif terkecil (atau antara 0 dan bilangan negatif terbesar.
  • 6. Overflow terjadi jika suatu bilangan titik kambang lebih besar dari bilangan positif terbesar (atau lebih kecil dari bilangan negatif terkecil). Epsilon mesin dapat dirumuskan sebagai : = B1 – n Dengan B adalah basis bilangan dan n adalah banyaknya digit (atau bit) bena didalam mantisa. Misalkan pada komputer IBM PC 32 – bit (1 bit tanda, 8 bit pangkat, dan 24 bit mantisa), = B1 – 24 = 0. 000000011920928955078125 = 0.119 x 10 - 6 2.4.2 Pembulatan Pada Bilangan Titik Kambang Ada dua teknik pembulatan yang lazim dipakai komputer, yaitu : Pemenggalan (chopping), a= 0. d1d2d3d4d5d6 … dn x B p menjadi flchop(a) = 0. d1d2d3 … dn -1dn x B p Misalkan, = 0.31459265358 … x 100 menjadi flchop( ) = 0.3141592 x 100 dengan Galat sebesar 0. 00000065… dan Pembulatan ke digit terdekat (in–rounding), a= 0. d1d2d3d4d5d6 … dn x B p menjadi flchop(a) = 0. d1d2d3 … ˆ dn xBp d n , Jika d 5 n 1 d n 1 Jika d 5 ˆ d = n 1 n d n Jika d n 1 5 dan n genap d n 1 jika d n 1 5 dan n ganjil Misalkan, = 0.31459265358 … x 100 menjadi 7 digit mantis flchop( ) = 0.3141593 x 100 dengan Galat sebesar 0. 00000035… Contoh 20 : Misalkan a = 0. 5682785715287 x 10-4 hitunglah sampai 6 digit dan 9 digit , Penyelesaian: Dalam komputer 6 digit dibulatkan menjadi flround(a) = 0.568278 x 100 Dalam komputer 9 digit dibulatkan menjadi flround(a) = 0.568278572 x 100 Kebanyakan komputer menggunakan cara “pemenggalan” 2.4.3 Aritmetika Bilangan Titik Kambang 2.4.3.1 Operasi Penambahan dan Pengurangan Contoh 21:
  • 7. Misalkan digunakan komputer dengan mantis 4 digit (basis 10), hitunglah 1.557 + 0.04381 = 0.1557 x 101 + 0.4381 x 10-1 Penyelesaian: 0.1557 x 101 = 0. 1557 x 101 0.4381 x 101 = 0. 004381 x 101 + = 0.160081 x 101 in–rounding 0.1601 x 101 chopping 0.1600 x 101 1 1 Galat mutlak pembulatan = ( 0.160081x 10 ) ( 0.1601x 10 ) = 0.000019 1 1 Galat mutlak pemenggalan= ( 0.160081x 10 ) ( 0.1600 x 10 ) = 0.000081 Contoh 22: Misalkan digunakan komputer dengan mantis 4 digit (basis 10), hitunglah 3677 – 0.3283 = 0.3677 x 104 - 0.3283 x 100 Penyelesaian: 0.3677 x 104 = 0. 3677 x 104 0.3283 x 100 = 0. 00003283 x 104 + = 0. 36766717 x 104 in–rounding 0.3677 x 104 chopping 0.3676 x 104 2.4.3.2 Operasi Perkalian dan Pembagian Contoh 23: Misalkan digunakan komputer dengan mantis 4 digit (basis 10), hitunglah, perkalian 0.4652 x 104 dengan 0.1456 x 10-1 Penyelesaian: Kalikan 0.4652 Jumlahkan pangkat : 4 0.1456 x -1 + 0.06773312 3 Gabungan mantis dengan pangkat : 0. 06773312 x 103 Normalisasi : 0. 6773312 x 102 in–rounding 0.6773 x 102 chopping 0.6773 x 102 Contoh 24:
  • 8. Misalkan digunakan komputer dengan mantis 4 digit (basis 10), hitunglah (0.8675 x 10-4)/ 0.2543 x 10-2. Penyelesaian: Bagi Mantis : 0.8675 Kurangi pangkat : - 4 0.2543: -2- 3.4113252 -2 Gabungan mantis dengan pangkat : 3.4113252 x 103 Normalisasi : 0. 34113252 x 10-1 in–rounding 0.3411 x 10-1 chopping 0.3411 x 10-1 2.4.3.2 Perambatan Galat Misalkan terdapat dua bilangan a dan b (nilai sejati) dan nilai hampirannya masing- ˆ ˆ masing a dan b yang mengandung galat masing a dan b dapat ditulis, ˆ a= a + a ˆ dan b = b + b Penjumlahan kedua bilangan ini, ˆ a + b = (a + a) ˆ + (b + b) ˆ ˆ = (a + b ) + ( a + b) dengan cara yang sama untuk proses pengurangan, perkalian dan pembagian maka galat merambat pada masing masing hasil Operand. 2.5 Kondisi Buruk Misalkan contoh berikut dari persamaan kuadrat ax 2 bx c 0, (i). x2 – 4x + 3. 999 = 0 akar – akarnya, x1 = 2. 032 dan x2 = 1.968 (ii). x2 – 4x + 4. 000 = 0 akar – akarnya, x1= x2 = 2.000 (iii). x2 – 4x + 4. 001 = 0 akar – akarnya imajiner Situasi persamaan di atas berkondisi buruk, karena perubahan sedikit saja, dalam hal ini masukannya (konstanta c), ternyata nilai akar – akarnya berubah sangat besar. 2.5. Bilangan Kondisi Bilangan kondisi dapat dihitung dengan bantuan deret Taylor. Misalkan fungsi f(x) ˆ diuraikan disekitar x , sampai suku orde pertama : ˆ ˆ f(x) = f ( x ) + f ( x ) ( x ˆ x) (2.5.1) dengan galat hampiran dari f(x) adalah
  • 9. f(x) ˆ f (x) ˆ f ( x )( x ˆ x) RA[f(x)] = = (2.5.2) ˆ f(x) ˆ f(x) Galat Hampiran dari x adalah, x ˆ x RA[x] = (2.5.3) ˆ x Sehingga bilangan kondisi didefinisikan sebagai nisbah (ratio) antara (2.5.2) dan (2.5.3) : ˆ ˆ RA f ( x ) = xf ( x ) Bilangan Kondisi = ˆ f [x] RA [ x ] Contoh 25 : Misalkan f(x) = x . Tentukan bilangan kondisi dan perhitungan akar kuadrat x Penyelesaian : 1 Diketahui, f (x) = 2 x ˆ ˆ RA f ( x ) = xf ( x ) Bilangan Kondisi = ˆ f [x] RA [ x ] ˆ ˆ x /( 2 x ) 1 = = ˆ x 2 Bilangan kondisinya cukup kecil sehingga penarikan akar kuadrat x merupakan proses yang berkondisi baik. Misalkan 20.999 = 4.5824665 dan jika 21 = 4.5825756 Contoh 26 : 10 Hitung bilangan kondisi (f(x) = 1 x2 Penyelesaian : Diketahui, 20 x f (x) = ( 1 x 2 )2 ˆ ˆ xf ( x ) Bilangankondisi = ˆ f [x] ˆ ˆ x [ 20 x /( 1 x 2 )2 ˆ = 10 /( 1 x2 ) ˆ
  • 10. Bilangan kondisi ini sangat besar untuk x =1. Misalkan f(1.009) = – 55.306675, dan jika f(1.01) = – 497.51243. Latihan : (lihat di buku soal latihan [2]) 1. Hitung 10.1 - 10 secara langsung tetapi hasil setiap perhitungan antara hasil akhir dibulatkan sampai 4 angka bena/nyata. Kemudian hitunglah 10.1 - 10 dengan cara yang lebih sempuna [2]. 2. Carilah akar persamaan kuadrat x2 – 10.1x + 1 = 0 dengan rumus abc, yang setiap hasil perhitungan antara maupun hasil perhitungan akhir dibulatkan dengan teknik : (a). pembulatan kedalam (in – rounding) (b). pemenggalan (chopping) sampai empat angka nyata. Bandingkan hasilnya jika akar terbesar (x1) dihitung dengan rumus abc dan akar terkecil (x2) dengan rumus x1x2 = c/a. 3. Diberikan beberapa bilangan titik kambang yang telah dinormalkan berikut ini : a = 0. 4523123 x 10-4 b = 0. 2365401 x 101 c = 0. 4520156 x 10-4 d = 0.1234567 x 10-3 bila mesin yang digunkan untuk operasi aritmetika mempunyai tujuh angka bena/nyata, hitung hasil komputasi yang diberikan oleh mesin tersebut (dalam bentuk biolangan titik – kambang ternormalisasi) : (i) a+b+c+d (ii) a+c+d+b (iii) a - c (iv) ab – c 6. Misalkan digunakan mesin hipotetik dengan mantis empat angka bena. Lakukan operasi aritmetika untuk bilangan titik kambang ternormalisasi berikut. Normalkan hasilnya (a) 0. 3796 x 102 + 0. 9643 x 10 -2 (b) 0. 4561 x 10-2 – 0.6732 x 10 -2 (c) (0.1234 x 103) x (0.4321 x 10-1) 7. Carilah cara yang lebih baik untuk menghitung : (i) f(x) = (x – sin(x)/tan(x) untuk x mendekati nol (ii) f(x) = x - (x2 – a) untuk x yang jauh lebih besar dari a (iii) f(x) = cos2(x) – sin2(x) untuk x di sekitar /4 (iv) f(x) = log(x + 1) – log (x) untuk x yang besar
  • 11. 8. Diketahui f(x) = cos (x). Tentukan f (x) dengan teorema dasar turunan : f(x h) f(x) lim = f (x) h 0 h Hitung f (x) dengan h = 0.1; 0.01; 0.0001; 0. 00001; 0. 000001. untuk memperbaiki hasil perhitungan, hitunglah f (x) dengan cara yang lebih teliti.