SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Tugas




              FILSAFAT

                 Manusia




        Nama : Alfina Dewi Hermansyah

              NIM : Q11112254




           Program Studi Psikologi

             Fakultas Kedokteran

            Universitas Hasanuddin
Manusia dari sudut pandang:

   1. Agama
           Manusia dari sudut pandang Agama Islam.
                      Apakah sesungguhnya pandangan Islam tentang manusia? Dalam Islam
              manusia bukan sekedar binatang menyusui yang hanya makan,minum dan
              berhubungan seks, bukan juga hanya “a thinking animal”, tetapi dari itu, ia
              memiliki potensial pada dan dalam dirinya yang menjadikannya dalam bahasa al-
              Qur’an unik, berbeda dari yang lain. Pandangan Islam mengenai kehidupan
              manusia di bumi ini amatlah menyeluruh (comprehensive) dalam artian bahwa
              kehidupan di dunia ini merupakan sebagian dari kehidupan di akhirat. Tindakan di
              dunia akan mempengaruhi kehidupannya di akhirat. Dalam Islam manusia
              merupakan khalifah Allah di muka bumi yang dibekali dengan berbagai hak, dan
              dibebani dengan berbagai kewajiban. Juga dalam Islam, manusia merupakan
              makhluk yang terdiri dari ruh atau jiwa dan raga. Manusia menurut Islam,
              merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang diberi ruh Ilahi dan dibuat dari mani.
              Kata ruh adalah soul dalam bahasa Inggris yang juga sama dengan jiwa.
              Bahkan, berbagai ayat dalam kitab suci umat Islam mengungkapkan bahwa Islam
              mengajarkan manusia untuk mendapatkan kebahagiaan yang seimbang antara
              dunia dan akhirat, yakni keseimbangan kebahagiaan spiritual dan material
              sebagaimana yang sering diucapkan umat Islam dalam berdoa: “Ya Tuhan
              berikanlah aku kebahagian dunia dan juga kebahagiaan akhirat dan jauhkanlah
              aku dari api neraka”. Ayat di atas dan doa tersebut menunjukkan bahwa dalam
              Islam manusia itu terdiri dari ruh dan kebahagiaan ruh ini tercapai melalui ibadah.
              Manusia juga dalam Islam percaya mengenai apa yang tidak terlihat dengan
              indera penglihatan. Dengan kata lain, manusia Islam menyakini adanya kehidupan
              di akhirat. Ini merupakan keyakinan mereka bahwa ada kehidupan spiritual di
              akhir zaman. Terlalu banyak kiranya ayat-ayat dalam kitab suci al-Qur’an dimana
              Tuhan berfirman mengenai kejadian & asal usul manusia dari jiwa dan raga,antara
              lain:
                  Surah ke-23, al-Mu’minun ayat 12-15 yang terjemahannya sebagai berikut:
                  “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal)
tanah.”(ayat 12)
“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim).” (ayat 13)
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu darah itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk lain).
Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”(ayat 14)
“Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu benar-benar akan mati.”(ayat
15)
Surah ke-32 al-Sajdah ayat 7-9 yang terjemahannya sebagai berikut:
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang
memulai penciptaan manusia dari tanah.”(ayat 7)
“Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air
mani).”(ayat 8)
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuhnya) ruh
(ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati (tetapi) kamu sedikit yang bersyukur.”(ayat 9)
Surah ke-37 al-Shaffat ayat 11 yang terjemahannya sebagai berikut:
“.....Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.”
Surah ke-17 al-Isra ayat 85 yang terjemahnya sebagai berikut:
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: ruh itu termasuk
urusan Tuhan-Ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.”
Surah ke-76 al-Insan ayat 72 yang terjemahannya sebagai berikut:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang
bercampur (antara benih laki-laki dengan perempuan) yang Kami hendak
mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia
mendengar dan melihat.”
Surah ke-86 al-Thariq ayat 5-7 yang terjemahannya sebagai berikut:
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah ia diciptakan?”(ayat 5)
“Dia diciptakan dari air yang terpancar.”(ayat 6)
“Yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.”(ayat 7)
Kehidupan manusia di alam ini diawali dengan tidak ada,kemudian
ada (lahir) dan terakhir tidak ada lagi (mati) (lihat al-Qur’an surah ke-7 al-
A’raf ayat 25). Mengenai lamanya hidup manusia didunia tidak perlu kita
perbincangkan di sini,sebab sulit untuk memberikan jawaban yang pasti
tentang hal tersebut.
       Dapat dikemukakan bahwa filsafat Islam pada umumnya, memandang
manusia terdiri dari dua substansi yang bersifat materi (badan) dan substansi
yang bersifat immateri (jiwa) dan hakikat dari manusia adalah substansi
immaterialnya seperti ditulis oleh Imam al-Ghazali mengemukakan bahwa
essensi manusia adalah jiwanya:
“Adanya jiwa dalam dirinya membuat manusia itu menjadi ciptaan Tuhan
yang unggul. Dengan jiwa itu pula manusia dapat mengenal Tuhannya dan
sifat-sifatNya bukan dengan organ tubuh lainnya. Dengan jiwa itu jualah,
manusia dapat mendekatkan diri dengan tuhan dan berusaha mewujudkan.
Jadi, jiwa adalah raja dalam diri manusia dan anggota tubuh lainnya adalah
unsur-unsur yang melaksanakan perintah tuhan. Jiwa itu diterima oleh tuhan
apabila dia tetap bebas dari hal-hal selain dari tuhan. Apabila ia terikat pada
hal-hal yang bukan dengan tuhan, dia telah menjauh darinya. Jiwa manusialah
yang akan dipertanyakan dan disiksa.
       Hal ini dikemukakan oleh Imam al-Ghazali dan juga dikutip oleh Dr.
Muhammad Nasir Nasution dalam bukunya, ”Manusia menurut al-Ghazali”.
Ulasan al-Ghazali juga mengungkapkan bahwa akal bukanlah daya yang
terpenting dalam kehidupan keberagamaan manusia karena usaha
penyempurnaan dan iman diri bukanlah proses intelektual melainkan
penajaman dari daya intuisi dan emosi. Yang penting adalah menjaga
keseimbangan antara daya-daya tersebut. Mungkin yang dimaksud disini ialah
apabila seseorang mempertajam atau meningkatkan daya fisiknya, sebaiknya
juga ia menambah daya nalar dan imannya sehingga dia menjadi manusia
yang utuh”.
       Esensi manusia atau jiwanya, masih dalam ulasan al-Ghazali
merupakan unsur immaterial yang berdiri sendiri dan juga adalah subjek yang
mengetahui disebut juga subjek yang sadar. Al-Ghazali memberi contoh bagai
seorang manusia yang menghentikan kegiatannya, masih tetap sadar walaupun
dia berada dalam keadaan tenang dan tidak berbuat apapun. Maka aktifitas
fisiknya menghilang tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang tidak hilang, yaitu
kesadaran akan dirinya. Dia sadar bahwa ia ada; bahkan ia sadar bahwa ia
sadar. Inilah yang dapat dipahami dari istilah,” Subjek yang mengetahui ”.
Manusia sadar dan mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk dan ia
mampu mengoreksi semua unsur-unsur tersebut, apabila ia berbuat salah,
unsur jiwa dalam dirinya akan menyadarkannya karena ia adalah subjek yang
mengetahui.
        Substansi immaterial atau jiwa itu juga disebut al-nafs dalam islam.
Imam Ghazali menguraikan al-nafs atau nafsu sebagai berikut: “Makna
pertama ialah “hasrat:” atau diri yang rendah. Hasrat merupakan kata yang
menyeluruh yang terdiri dari ketama’an, amarah dan unsur-unsur keji lainnya.
Nabi Muhammad SAW bersabda,” Musuh anda yang terbesar adalah nafsu
anda yang terletak dikedua belah sisi anda”. Makna kedua dari Nafs adalah
jiwa seperti dijelakan terdahulu. Apabila nafsu menjadi tenang dan telah bebas
dari amarah dan birahi dia disebut nafsu Mutmainah atau jiwa yang tenang
dan aman, seperti difirmankan oleh Allah SWT,” O..jiwa yang tenang,
kembalilah ketuhanmu dengan tenang dan menenangkannya (89-27)”. Dalam
ma’na yang pertama nafsu bersekutu dengan setan. Apabila nafsu sudah tidak
tenang dia tidak akan sempurna; ia disebut nafsu Lawamah atau jiwa yang
ternoda dan jiwa yang demikian mengabaikan tugas-tugas ilahinya. Apabila
jiwa menyerahkan diri kepada setan, ia disebut nafsu Ammarah atau nafsu
yang dikuasai setan”.
        Al-nafs mempunyai daya-daya dan daya berfikir terkandung
didalamnya. Kesempurnaan manusia diperoleh dengan jalan mempertajam
daya berfikir ini.
Bila kita bandingkan pandangan al-Ghazali dan Koentjaraningrat mengenai
manusia, maka terlihat kesamaan yang dalam. Tentu Koentjaraningrat tidak
mengatakan rujukannya adalah al-Ghazali atau al-Qur’an dan Hadits. Istilah
yang digunakan oleh Koentjara ningrat adalah kepribadia individu.
      Kepribadian, menurut Koentjaratningrat, dalam bukunya: Pengantar
      Antropologi 1, adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan
      tingkah laku atau tindakan seorang individu yang berada pada setiap individu
      (Koentjaraningrat 1996, hlm. 99 ). Dalam buku yagn sama Koentjaraningrat
      juga menguraikan bahwa ada beberapa unsur dalam kepribadian. Kalau al-
      Ghazali mengemukakan bahwa manusia memili beragam daya, yakni daya
      fikir, daya fisik, daya rasa dan daya moral. Maka Koentjaraningrat, Abraham
      Marslow, Kelvin S. Hall dan Gardner Lindsay menyebut daya-daya tersebut
      sebagai unsur-unsur akal dan jiwa yang melangkapi kepribadian manusia,
      seperti unsur pengetahuan, unsur perasaan, unsur motivasi. Hanya istilah yang
      berbeda; al-Ghazali menggunakan perkataan “daya” atau “al-nafs” sedangkan
      berbagai pakar dari timur dan barat tersebut terdahulu menyebutnya sebagai
      unsur-unsur dalam diri manusia.


 Manusia dari sudut pandang Kristiani
          Pandangan kita mengenai hakekat manusia berpijak kepada apa yang
   diinformasikan oleh Alkitab, khususnya dalam Kejadian 1:26-27, yaitu
   pernyataan Allah disekitar penciptaan alam semesta dengan isinya dimana
   manusia termasuk didalamnya. Manusia diciptakan menurut " gambar dan rupa"
   Allah (In His own image). Kata -kata yang digunakan untuk "gambar dan rupa"
   didalam teks asli Alkitab dalamk bahasa Ibrani adalah "tselem dan demuth".
   Tselem artinya " gambar yang asli, patung atau model" sedangkan demuth artinya
   "copy, tembusan" hal ini menunjuk pada unsur kesamaan.
          Pada umumnya kata tselem dan demuth dalam kaitannya dengan kejadian
   1:26-27 diartikan tunggal sebagai bahwa manusia diciptakan segambar dengan
   Allah (Latin.Imago Dei-similitudo), dalam Perjanjian baru diterjemahkan "eikoon
   theou" atau homoiosis. Dalam hal ini jelas bahwa gambar Allah tadi sebenarnya
   merupakan suatu yang interen didalam diri manusia (sesuatu yang tidak dapat
   dilepaskan dari diri manusia itu sendiri).
a) Dalam kitab Kejadian ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan berkaitan
   dengan hakekat manusia dalam penciptaannya.
   Bahwa manusia adalah hasil ciptaan Allah (Kejadian 1:26-27 ; 2:7). Manusia
   bukanlah "pletikan" Allah, jelmaan dari sebagian diri Allah, bukan pula anak
   dalam arti biologis yang keluar dari diri Allah. Manusia adalah mahluk yang
   riil ada, hasil karya dari tangan agung Sang Khalik. Untuk ini harus dicamkan
   bahwa manusia bagaimanapun berbeda dengan Allah. Allah adalah khalik dan
   manusia adalah hasil karyaNya. Manusia adalah umat dan Sang Khalik adalah
   Allah yang menjadi obyek pemujaan dan penyembahan. Allah tidak pernah
   berubah menjadi manusia secara permanen atau sebaliknya. Dalam hal ini
   nyata bahwa manusia bukanlah eksistensi yang berdiri sendiri (indipenden),
   manusia ada karena Allah yang menghendaki manusia itu ada. Dengan
   demikian teori Evolusi ilmiah (Naturalis evolotion) terbantahkan.
b) Manusia diciptakan dengan cara yang sangat uniek tidak seperti Allah
   menciptakan hasil ciptaanNya yang lain. Manusia diciptakan dari apa yang
   tidak ada menjadi ada, baik bahan maupun idenya (Kejadian 1:27, Ibr. Bara,
   menciptakan tanpa bahan, menciptakan dari apa yang tidak ada. Creatio ex
   nihilo), Manusia diciptakan dengan tanganNya sendiri (Kejadian 2:7,
   Ibr.yatser, aktivitas yang kreatif), Allah membentuk (to carve, yatser).
   Didalam kata yatser mengandung unsur seni. Kemudian Allah
   menghembuskan nafas ke lubang hidung manusia, sehingga manusia menjadi
   mahluk hidup. Manusia bukanlah hasil proses evolosi dari binatang tingkat
   rendah ke pada bentuk binatang tingkat tinggi.
c) Manusia diciptakan melalui sebuah musyawarah dan pertimbangan dalam diri
   Allah yang jamak tetapi tunggal itu (Kejadian 1:26-27). Ini menunjukkan
   bahwa mahluk yang disebut manusia ini adalah mahluk yang luar biasa. Ini
   pula bisa berarti bahwa segala konsekwensi dan resiko menciptakan mahluk
   yang disebut manusia ini telah dipertimbangkan dan diperhitungkan. Oleh
   karenannya atas hasil karyaNya ini Allah berkata "sangat baik" (Kejadian
   1:31)
d) Manusia diciptakan menurut rupa dan gambar Allah. Ini menunjuk bahwa
      manusia adalah sebuah eksistensi yang sangat uniek sekaligus "dahsyat" (Kej
      1:26-27). Didalam pernyataan ini tersimpul hakekat manusia yang akan
      menunjukkan perbedaan hakiki dan prinsipil antara manusia dan hasil ciptaan
      Allah yang lain. Hal ini juga menunjukkan adanya potensi untuk berhubungan
      intim yang dapat terjalin antara Allah dan manusia.


      Struktur Permanen manusia Dan Pengertian Keserupaan Dengan Allah.
             Dalam sejarah gereja terjadi pergumulan mengenai struktur permanen
      manusia. Ini merupakan rahasia kehidupan yang tidak mudah diuraikan dan
      ditemukan formulasinya. Dalam hal ini telah ditemukan dua pandangan yang
      diakui oleh gereja-gereja, yaitu teori dikhotomi dan trikhotomi. Gereja-gereja
      barat pada umumnya menerima teori dikhotomi, bahwa manusia terdiri dari
      dua unsur yaitu manusia batiniah dan manusia lahiriah atau unsur materi dan
      non materi). Tetapi gereja-gereja di timur menganut pandangan teori
      trikhotomi, bahwa manusia terdiri dari 3 unsur yaitu roh (unsur relegius), jiwa
      (unsur psikhologis) dan tubuh (unsur gisik). Tentu masing-masing pandangan
      memiliki argumentasi yang menggunakan landasan Alkitab.
             Pandangan lain yang cukup populer adalah pandangan monisme.
      Monisme berpandangan bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang tidak
      terbagi- bagiatas beberapa unsur. Sebutan tubuh, jiwa dan roh hanya sebagai
      sinonim. Monisme menolah dualisme atau trialisme. Olerh sebab itu Monisme
      juga tidak percaya adanya kenyataan "keadaan sementara" (intermediate
      state), yaitu terpisahnya jiwa dan roh dari tubuh pada saat kematian sampai
      Tuhan Yesus datang kembali. Disini manusia dipandang sebagai kesatuan
      secara psikofisik.


 Manusia dari sudut pandang Agama Buddha
          Dalam ajaran agama Buddha, manusia menempati kedudukan yang khusus
   dan tampak memberi corak yang dominan pada hampir seluruh ajarannya.
   Kenyataan yang dihadapi manusia dalam hidup sehari-hari merupakan titik tolak
dan dasar dari seluruh ajaran Buddha. Hal ini dibicarakan dalam ajaran yang
   disebut tilakhama (Tiga corak umum agama Buddha), catur arya satyani (empat
   kesunyataan mulia), hukum karma (hukum perbuatan), dan tumimbal lahir
   (kelahiran kembali).
          Manusia, menurut ajaran Buddha, adalah kumpulan dari energi fisik dan
   mental yang selalu dalam keadaan bergerak, yang disebut Pancakhanda atau lima
   kelompok kegemaran yaitu rupakhanda (jasmani), vedanakhanda (pencerahan),
   sannakhandha (pencerapan), shankharakhandha (bentuk-bentuk pikiran), dan
   vinnanakhandha (kesadaran) . Kelima kelompok tersebut saling berkaitan dan
   bergantung satu sama lain dalam proses berangkai, kesadaran ada karena adanya
   pikiran, pikiran timbul disebabkan adanya penyerapan, penyerapan tercipta karena
   adanya perasaan, dan perasaan timbul karena adanya wujud atau Rupa. Kelima
   khanda tersebut juga sering diringkas menjadi dua yaitu: nama dan rupa. Nama
   adalah kumpulan dari perasaan, pikiran, penyerapan dan perasaan yang dapat
   digolongkan sebagai unsur rohaniah, sedang Rupa adalah badan jasmani yang
   terdiri dari empat unsur materi yaitu unsur tanah, air, api, dan udara atau hawa.
          Manusia dalam ajaran Buddha merupakan makhluk dimana jenis
   kelaminnya ditentukan pada saat pembuahan karena karma dari perbuatannya
   dalam hidup terdahulu. Ditinjau dari hukum karma, ada akibatnya bila orang
   melakukan pelanggaran seksual. Ajaran Budhha sangat menuntut disiplin dalam
   perbuatan seksual. Dan kedua unsur tersebut diatas adalah dasar dari manusia,
   oleh karena itu, Sebagaimana dijelaskan dalam buku filsafat whitehead tentang
   jati diri manusia bahwa emosi, kenikmatan, harapan, kekuatan, penyesalan dan
   macam-macam pengalaman mental adalah unsur-unsur pembentuk jiwa manusia.
   Badan juga berfungsi sebagi “bidang ekspresi manusia”. Jiwa manusia adalah
   kesatuan yang kompleks dari kegiatan-kegiatan mental, dari yang paling rendah
   hingga yang bersifat intelektual.


 Manusia dari sudut pandang Agama Hindu
          Manusia adalah atman dan pada hakikatnya “atman” itu ialah Brahman.
   Manusia tidak mempunyai kehidupan pribadi dan tidak mempunyai
tanggungjawab perseorangan. Karena disesatkan oleh avidya (ketidaktahuan),
          manusia menganggap gejala-gejala kosmis itu sebagai suatu kenyataan. Jika
          manusia telah melebur ke dalam Brahman, maka lenyaplah segala perbedaan.
          Maka tak ada artinya lagi perbedaan antara kebajikan dengan keburukan, antara
          baik dengan jahat.
                 Dewasa ini di India, Etika itu disusun terutama di sekitar pengertian
          “Varna Dharma”. Berdasarkan pengertian ini, diuraikanlah kesanggupan moral
          manusia, dibentangkan juga moral jabatan dan akhirnya diterangkan kebajikan
          manakah yang diperlukan untuk memenuhi tugas-tugas jabatan dengan sebaik-
          baiknya. Tetapi di dalam agama Hindu Etika tidak mempunyai arti yang tetap.
          Agama Hindu tidak mengenal kepercayaan akan Allah, Sang Pencipta. Karena
          itulah tak dikenalnya pula kepercayaan akan penciptaan manusia menurut gambar
          Allah. Agama Hindu tidak melihat garis batas antara Allah dengan ciptaanNya.
          Dan dengan demikian tidak ada tempat bagi Etika di dalam arti yang
          sesungguhnya.


2. Psikologi

          Memahami makhluk Tuhan yang bernama manusia sungguh sangat sukar.
   Berbagai macam pandangan para tokoh mengenai manusia. Ahli mantic (logika)
   menyatakan bahwa manusia adalah “Hayawan Natiq” (manusia adalah hewan berpikir),
   seorang ahli filsafat yaitu Ibnu Khaldun menyatakan bahwa manusia itu madaniyyun bi
   al-thaba atau manusia adalah makhluk yang bergantung kepada tabiatnya. Sedangkan
   Aristoteles berpendapat bahwa manusia adalah “zoon political” atau “political animal
   (manusia adalah hewan yang berpolitik).

          Mengenai sifat makhluk yang bernama manusia itu sendiri yakni bahwa makhluk
   itu memiliki potensi lupa atau memiliki kemampuan bergerak yang melahirkan
   dinamisme, atau makhluk yang selalu atau sewajarnya melahirkan rasa senang,
   humanisme dan kebahagiaan pada pihak-pihak lain. Dan juga manusia itu pada
   hakikatnya merupakan makhluk yang berfikir, berbicara, berjalan, menangis, merasa,
   bersikap dan bertindak serta bergerak.
Mengenai manusia ada beberapa filosof yang berbeda pendapat:

 Plato
          Menurut Plato, martabat manusia sebagai pribadi tidak terbatas pada
   mulainya jiwa bersatu dengan raga, jiwa tidak berada lebih dulu sebelum
   manusia atau pribadi adalah jiwa sendiri. Sedangkan badan oleh Plato yang
   disebut sebagai alat yang berguna sewaktu masih hidup didunia ini, tetapi
   badan itu disamping berguna sekaligus juga memberati usaha jiwa untuk
   mencapai kesempurnaan, yaitu kembali kepada dunia “ide”.
          Sedangkan jiwa berada sebelum bersatu dengan badan. Persatuan jiwa
   dengan badan merupakan hukuman, karena kegagalan jiwa untuk
   memusatkan perhatianya kepada dunia “ide”, jadi manusia mempunyai Pra-
   eksistensi yaitu sudah ada sebelum dipersatukan dengan badan dan jatuh
   kedunia ini.
 Thomas Aquinas
          Ia berpendapat bahwa yang disebut manusia sebagai pribadi adalah
   makhluk individual, kalau hidup, ialah makhluk yang merupakan kesatuan
   antara jiwa dan badan. Sedangkan yang dimaksud pribadi adalah masing-
   masing manusia individual : manusia yang konkret dan yang riil dan juga
   mempunyai kodrat yang rasional. Manusia adalah suatu substansi yag komplit
   terdiri dari badan (material) dan jiwa (forma).
 David Hcme
           Berbicara mengenai pribadi adalah identitas diri yaitu kesamaan jati
   diri manusia dalam kaitannya dengan waktu. Beliau berpegang teguh bahwa
   pengetahuan ilmiah hanya dapat dicapaidengan titik tolak pengalaman indrawi
   yaitu penglihatan, penciuman, perabaan, pencicipan dan pendengaran.
 Immanuel Kant
          Memahami pribadi yaitu sesuatu yang sadar akan identitas numeric
   mengenai dirinya sendiri pada waktu yang berbeda-beda beliau percaya
   bahwa identitas diripun tidak dapat dipergunakan untuk menyanggah
   keyakinan bahwa segala sesuatu didunia ini selalu mengalir berganti.
 John Dewey
“pribadi” berarti seseorang bertindak sebagai wakil dari suatu group
       atau masyarakat. Seorang individu hanya bisa disebut pribadi kalau ia
       mengemban dan menampilkan nilai-nilai social masyarakat tertentu.
Jiwa Manusia

       Jiwa manusia sering dimengerti sebagai suatu benda halus atau suatu makhluk
halus yang merasuki, meresapi serta menggunakan badan untuk mewujudkan cita-
cita jiwawi. Terkadang pula jiwa manusia digambarkan atau dibayangkan persis
seperti tubuhnya hanya saja tidak bissa diraba atau ditangkap sifat dari jiwa juga
tergantung pada tarafnya.

       Taraf tertinggi yaitu rasional, didalam manusia mengandaikan dukungan dari
taraf-taraf yang lebih rendah, yaitu taraf anarganik (benda mati) taraf vegetatif
(tumbuhan) dan taraf sensitive (binatang).

       Dalam taraf rasional atau manusia pembaharuan merupakan peristiwa yang
terus menerus terjadi. Pembaharuan menjadi begitu efektif didalam sejarah
kehidupan manusia, karena didalam diri manusia terdapat kesadaran intelektual yang
mempunyai kemampuan sangat efektif untuk menyederhanakan pengalaman dan
memberi tekanan kepada segi yang dianggap pentingsambil menyingkirkan yang
dianggap tidak relevan.

       Kemampuan itu disebut kemampuan abstraksi, kemampuan abstraksi disisni
berfungsi rasiio atau budi ssebagai yang menjalankan pemerintah atas keseluruhan
ataupun bagian-bagian didalam manusia.

       Didalam manusia terdapat 2 sumber bagi munculnya kebaruan yang satu
merupakan hasil dari koordinasi yang ketat dari tubuh manusia sebagaimana juga
terdapat pada binatanng, dan yang lain dari identitas yang hebat dari fungsi
intelektual.

       Perlu disadari bahwa budi tidak identik dengan jiwa, budi meskipun
menduduki posisi tertinggi dan memegang dominasi atas bagian-bagian lain,
hanyalah bagian dari jiwa, jiwa manusia adalah keseluruhan kompleks kegiatan
mental dari taraf yang paling rendah sampai yang palling tinggi emosi, kenikmatan,
harapan, ketakutan, penyesalan, penilaian dari macam-macam pengalaman mental
innilah yang merupakan unsure-unsur pembentukan “jiwa manusia”, dan jiwa
manusia itu ditandai dengan mental.

       Taraf pengalaman mental manusia terdiri dari penngalaman-pengalamn
mental yang begitu kompleks, kegiatan mental yang kompleks ini merupakan
kesatuan dari emosi, rasa senang (enjoyment), harapan, kehawatiran dan ketakutan
penyesalan penilaian terhadap macam-macam alternatif serta macam-macam
keputusan, pengalaman mental mempunyai dasarnya didalam pengalamn fisik.

       Badan juga berfungsi sebagai bidang ekspresi manusia. Jiwa manusia adalah
kesatuan kompleks dari kegiatan mental, dari yang paling rendah ke yang bersifat
intelektual.

       Mengenai kedudukan manusia yang palinng menarik adalah sendiri dalam
lngkungan yang diselidiki pula. Ternyata penyelidikan mengenai lingkungan ini lebih
(dianggap) memuaskan dari pada penylidikan tentang manusia itu sendiri.

       Bicara masalah hidup manusia itu memang unik, hidup adalah aktivitas, dan
segala aktivitas membawa besertanya masalah-masalh tertentu. Masalah-masalah
termaksud harus dipecahkan dengan berhasil untuk menjadikan manusia itu sesuatu
yang sukses. Masalah-masalah tesebut dibagi 2 kategori, yaitu masalah immediate
problem dan masalah asasi (utimmate problems)

       Immediate problems ialah masalah-maslah praktis sehari-hari , masalah yang
kemballi kepada keperluan-keperluan pribadi yang mendesak dan masalah seperti
:administrasi negara, produksi, konsumsi dan distribusi. Kemudian masalah asai
manusia , maka setiap manusia yang memperhatikan hidup dengan serius akan
mendapatkan drinya berhadapan muka dengan masalah-masalah asasi tersebut.
Setelah dia merasakan desakan beban dan liku-liku hidup.
Manusia Mempunyai Pengetahuan

       Pengetahuan merupakan bagi makhluk yang mempunnyainya apakah dia
manusia, malaikat atau banatang suatu kekayaan dan kesempurnaan. Dengan adanya
pengetahuan yang dimilikinya manusia bisa memahami dirinya sendiri dan
keberadaanya. Pengetahuan lebiih merupakan suatu cara berada dari pada suatau cara
mempunyai. Aktifitas itu tidak berupa penyitaan atau pemilikan benda-benda
sebaliknya berupa keterbukaan terhadap mereka.

       Jadi pengetahuan adalah suatu kegiatan mempengaruhi subjek yang
mengetahui dalam dirinya. Dia adalah suatu ketentuan yang memperkaya eksistensi
subyek.

Seputar Manusia

       Kita menyadari diri kita meskipun sebagai satu kesatuan yang utuh, namun
diri kita jelas terdiri dari bagian-bagian dan aspek-aspek yang begitu kaya, terdiri dari
badan dan jiwa yang masing-masing kegiatan, kemampuan dan gaya serta
perkembanganya sendiri.

       Para pendukung fanatik tradisi, yang boleh disebut kaum konservatif, kurang
lebiih berpegang pada keyakinan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah, tidak
tetap dan tidak dapat diramalkan secara logis. Sebab kodrat manusia telah rusak berat
dan tidak tersembuhkan karena telah dicederai oleh dosa asal, atau sejenis itu.
Sedangkan para pendukung revolusioner, yang biasanya disebut kaum liberal
berpendapat bahwa manusia pada hakikatnya baik dan bisa mencapai kesempurnaan.

       Mengenai badan manusia dan strukturnya didalam ini berproses secara
sederhana biasa dkatakan bahwa kutub fisi berfungsi secara husus pada wal proses.
Kutub fisiklah yang menangkap atau menerima bahan atau penelolaan yang telah
disajikan oleh dunia, sedangkan kutub mental berkegiatan untuk mengelola bahan
tersebut sampai pada tahap kepenuhan diri.
Dengan demikian menjadi jelas bahwa badan harus dimengerti secara luas,
yaitu sebagai hasil dari seluruh proses yang bersifat obyektif, tidak berubah dan
menjadi bahan bagi kutub fisik dari pengada-pengada baru. Didalam pengertian yang
digunakan disi, badan bukan hanya terbatas pada tubuh, tetapi segala bentuk ekspresi
yang bisa diamati pada manusia yang telah selesai berproses setiap saatnya, misalnya
saja termasuk didalamnya, bagaimana seorang tertawa, menangis, berjalan, lari,
duduk, tidur dan seterusnya untuk saat ini kita memusatkan perhatian kita pada tubuh
manusia.

         Kegiatan dari macam-macam kegiatan mental disebut jiwa manusia
sedangkan kegiatan mental dari unsure tertinggi membentuk budi atau rasio manusia.

         Pada dasarnya atau pada hakikatnya hidup manusia adalah pengalaman
bersama, hidup manusia, bahkan didalam unsur-unsurnya yaNg paling individual,
merupakan kehidupan bersama dan tingkah laku manusia, didalam strukturnya yang
asasi, yang selalu menunjukkan kepada pribadi.

         Dengan singkat boleh dikatakan bahwa manusia adalah anak masyarakat.
Contohnya : bila masyarakat menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan memandang
rendah sikap menonjolkan diri, sifat ini akan mempengaruhi, anak-anaknya untuk
bertindak berfikir dengan cara yang sama.

         SUMBER:

-   Zakcy Syata, Filsafat Manusia (Terbit Terang : Surabaya),hal.9
-   Hardono Hadi, Jati Diri Manusia (Kanisius : Yogyakarta, 1996), hal.32-37
-   Ibid, hal. 88-93
-   Poejdja Wijatna, Manusia dengan Alamnya (Bina Aksara : Jakarta, 1983), hal.
    50
-   Endang Syaifuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama (Bina Ilmu : Surabaya,
    1987), hal. 30
-   Lois Leahy, Manusia Sebuah Misteri (Gramedia Utama : Jakarta, 1993), hal.77
-   Hardono Hadi, Jati Diri Manusia (Kanisius : Yogyakarta, 1996), hal.84
-   Ibid, hal. 96
       -   Ibid, hal.117


3. Manusia menurut para ahli:
       Nicolaus D. & A. Sudiarja
           Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan
           rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang.
       Abineno J. I
           Manusia adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan "jiwa abadi yang berada atau
           yang terbungkus dalam tubuh yang fana"
       Upanisads
           Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana
           atau badan fisik
       Sokrates
           Manusia adalah mahluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu dengan kuku datar
           dan lebar
       Kees Bertens
           Manusia adalah suatu mahluk yang terdiri dari 2 unsur yang kesatuannya tidak
           dinyatakan
       I Wayan Watra
           Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa
           dan karsa
       Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany
           Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir,
           dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan roh),
           manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan
       Erbe Sentanu
           Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dibilang
           manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan
           mahluk yang lain
 Paula J. C & Janet W. K
              Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban
              tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun
              pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan,

Manusia menurut pandangan saya:

       Menurut saya, manusia adalah makhluk yang unik, mempunyai jiwa dan tubuh. Manusia
mempunyai susunan tubuh yang rumit. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang mulia, yang
diberikan kemampuan untuk berpikir dan mengetahui mana yang baik dan buruk serta
melakukan hal-hal yang sesuai keinginannya. Manusia tidak bisa hidup sendiri, manusia harus
bersosialisasi untuk bertahan hidup. Manusia diciptakan Tuhan demikian rupanya dan sempurna
di antara makhluk ciptaan-Nya yang lain.
Why and How?

        -   Why are they different?
            Mereka berbeda karena keadaan dan wilayah tempat tinggal mereka yang
            berbeda. Mereka yang terlahir di wilayah Negara yang damai, tanpa peperangan,
            tidak perlu repot untuk memikirkan keadaan mereka hari ini, hari esok, beberapa
            hari kemudian atau bahkan beberapa tahun kemudian. Sebagian dari mereka
            hanya memikirkan apa yang akan mereka kenakan esok hari, apa yang akan
            mereka akan pada pagi hari, siang hari, malam hari atau bahkan esok hari.
            Mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri tanpa sekalipun memperdulikan
            teman-teman sebaya mereka di Negara lain.
            Sementara itu, mereka yang terlahir di wilayah perang, perlu berjuang keras
            untuk memikirkan keadaan mereka yang sangat memprihatinkan, mereka harus
            berjuang mencari makan dan mempertahankan hidup mereka, mereka
            memikirkan bagaimana keadaan mereka esok hari, mengapa mereka harus berada
            dalam keadaan seperti dan kapan keadaan ini harus berakhir.
        -   How?
            Bagaimana seyogyanya keadaan anak-anak itu? Dan apakah Tuhan
            menginginkan keadaan mereka seperti itu?
            Menurut saya, keadaan anak-anak itu harusnya keadaan yang memungkinkan
            mereka untuk bermain dengan bebas, tidak perlu memikirkan bagaimana cara
            untuk bertahan hidup. Mereka harus bisa bermain dengan bebas dengan teman-
            teman sebaya mereka, mereka harus mampu mengembangkan pikiran kreatif
            mereka.
            Keadaan anak-anak itu bukanlah takdir ataupun keinginan Tuhan. Tuhan tidak
            pernah menciptakan mereka dalam keadaan seperti itu. Justtu karena keserakahan
            sesame manusia, anak-anak itu ikut menjadi korban. Mereka yang seharusnya
            bermain dan menikmati masa kecil mereka kini menjadi korban atas keserakahan
            sesama manusia.`

More Related Content

What's hot (17)

Perjalanan hidup
Perjalanan hidupPerjalanan hidup
Perjalanan hidup
 
Pelatihan Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Pelatihan Tata Kelola Kehidupan Manusia di DuniaPelatihan Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Pelatihan Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
 
Pelatihan Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Pelatihan Tata Kelola Kehidupan Manusia di DuniaPelatihan Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
Pelatihan Tata Kelola Kehidupan Manusia di Dunia
 
Multi Artikel Religius Islam
Multi Artikel Religius Islam Multi Artikel Religius Islam
Multi Artikel Religius Islam
 
Pelajaran PAI smk pariwisata baitul hamdi ap1
Pelajaran PAI smk pariwisata baitul hamdi ap1Pelajaran PAI smk pariwisata baitul hamdi ap1
Pelajaran PAI smk pariwisata baitul hamdi ap1
 
Forever Life Management
Forever Life ManagementForever Life Management
Forever Life Management
 
Esensi Hidup Manusia di Dunia
Esensi Hidup Manusia di DuniaEsensi Hidup Manusia di Dunia
Esensi Hidup Manusia di Dunia
 
Makalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah AkhlakMakalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah Akhlak
 
hakikat manusia dalam pandangan islam
hakikat manusia dalam pandangan islamhakikat manusia dalam pandangan islam
hakikat manusia dalam pandangan islam
 
matlamat penciptaan manusia. CTU asasi sains
matlamat penciptaan manusia. CTU asasi sainsmatlamat penciptaan manusia. CTU asasi sains
matlamat penciptaan manusia. CTU asasi sains
 
Islam sebagai addin
Islam sebagai addinIslam sebagai addin
Islam sebagai addin
 
Uswatun hasanah & erina rusdian sari
Uswatun hasanah & erina rusdian sariUswatun hasanah & erina rusdian sari
Uswatun hasanah & erina rusdian sari
 
Ahlak Kepada Allah dan Rasullulah
Ahlak Kepada Allah dan RasullulahAhlak Kepada Allah dan Rasullulah
Ahlak Kepada Allah dan Rasullulah
 
Makalah agama-
Makalah agama-Makalah agama-
Makalah agama-
 
malaikat
malaikatmalaikat
malaikat
 
Makalah tentang islam
Makalah tentang islamMakalah tentang islam
Makalah tentang islam
 
Al islam rangkuman
Al islam   rangkumanAl islam   rangkuman
Al islam rangkuman
 

Similar to MANUSIA FILSAFAT

Proses pembentukan kepribadian sosial yang islami di dasarkan dengan hadits r...
Proses pembentukan kepribadian sosial yang islami di dasarkan dengan hadits r...Proses pembentukan kepribadian sosial yang islami di dasarkan dengan hadits r...
Proses pembentukan kepribadian sosial yang islami di dasarkan dengan hadits r...Operator Warnet Vast Raha
 
psikologi dalam islam
psikologi dalam islampsikologi dalam islam
psikologi dalam islampsikologi12
 
Hakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab IHakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab Iarvant
 
Modul 1 pai
Modul 1 paiModul 1 pai
Modul 1 paiMelAdila
 
Pembahasan hakikat-manusia-dalam-islam
Pembahasan hakikat-manusia-dalam-islamPembahasan hakikat-manusia-dalam-islam
Pembahasan hakikat-manusia-dalam-islamkangklinsman
 
Hakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islamHakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islamAsmida Herawati
 
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and team
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and teamPsikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and team
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and teamAddini Nurilma
 
Pemahaman Tentang Manusia
Pemahaman Tentang ManusiaPemahaman Tentang Manusia
Pemahaman Tentang Manusiailham fathoni
 
Psikologi manusia menurut perspektif islam
Psikologi manusia menurut perspektif islamPsikologi manusia menurut perspektif islam
Psikologi manusia menurut perspektif islamUmmu Mohamed
 
Tafsir Al azhar 114 an nas
Tafsir Al azhar 114 an nasTafsir Al azhar 114 an nas
Tafsir Al azhar 114 an nasMuhammad Idris
 
Bab 1_Manusia dan Agama.pptx
Bab 1_Manusia dan Agama.pptxBab 1_Manusia dan Agama.pptx
Bab 1_Manusia dan Agama.pptxBazliHashim2
 

Similar to MANUSIA FILSAFAT (20)

Proses pembentukan kepribadian sosial yang islami di dasarkan dengan hadits r...
Proses pembentukan kepribadian sosial yang islami di dasarkan dengan hadits r...Proses pembentukan kepribadian sosial yang islami di dasarkan dengan hadits r...
Proses pembentukan kepribadian sosial yang islami di dasarkan dengan hadits r...
 
psikologi dalam islam
psikologi dalam islampsikologi dalam islam
psikologi dalam islam
 
Hakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab IHakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab I
 
Manusia dan Agama
Manusia dan AgamaManusia dan Agama
Manusia dan Agama
 
Agama , haris
Agama , harisAgama , haris
Agama , haris
 
Modul 11 kb 2
Modul 11 kb 2Modul 11 kb 2
Modul 11 kb 2
 
Pkk complete
Pkk completePkk complete
Pkk complete
 
Modul 1 pai
Modul 1 paiModul 1 pai
Modul 1 pai
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
bimbingan konseling.docx
bimbingan konseling.docxbimbingan konseling.docx
bimbingan konseling.docx
 
Pembahasan hakikat-manusia-dalam-islam
Pembahasan hakikat-manusia-dalam-islamPembahasan hakikat-manusia-dalam-islam
Pembahasan hakikat-manusia-dalam-islam
 
Hakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islamHakikat manusia menurut islam
Hakikat manusia menurut islam
 
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and team
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and teamPsikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and team
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and team
 
CTU 101
CTU 101CTU 101
CTU 101
 
Pemahaman Tentang Manusia
Pemahaman Tentang ManusiaPemahaman Tentang Manusia
Pemahaman Tentang Manusia
 
Psikologi manusia menurut perspektif islam
Psikologi manusia menurut perspektif islamPsikologi manusia menurut perspektif islam
Psikologi manusia menurut perspektif islam
 
Tafsir Al azhar 114 an nas
Tafsir Al azhar 114 an nasTafsir Al azhar 114 an nas
Tafsir Al azhar 114 an nas
 
Wawancara i
Wawancara iWawancara i
Wawancara i
 
E valuasi 1
E valuasi 1E valuasi 1
E valuasi 1
 
Bab 1_Manusia dan Agama.pptx
Bab 1_Manusia dan Agama.pptxBab 1_Manusia dan Agama.pptx
Bab 1_Manusia dan Agama.pptx
 

MANUSIA FILSAFAT

  • 1. Tugas FILSAFAT Manusia Nama : Alfina Dewi Hermansyah NIM : Q11112254 Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
  • 2. Manusia dari sudut pandang: 1. Agama  Manusia dari sudut pandang Agama Islam. Apakah sesungguhnya pandangan Islam tentang manusia? Dalam Islam manusia bukan sekedar binatang menyusui yang hanya makan,minum dan berhubungan seks, bukan juga hanya “a thinking animal”, tetapi dari itu, ia memiliki potensial pada dan dalam dirinya yang menjadikannya dalam bahasa al- Qur’an unik, berbeda dari yang lain. Pandangan Islam mengenai kehidupan manusia di bumi ini amatlah menyeluruh (comprehensive) dalam artian bahwa kehidupan di dunia ini merupakan sebagian dari kehidupan di akhirat. Tindakan di dunia akan mempengaruhi kehidupannya di akhirat. Dalam Islam manusia merupakan khalifah Allah di muka bumi yang dibekali dengan berbagai hak, dan dibebani dengan berbagai kewajiban. Juga dalam Islam, manusia merupakan makhluk yang terdiri dari ruh atau jiwa dan raga. Manusia menurut Islam, merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang diberi ruh Ilahi dan dibuat dari mani. Kata ruh adalah soul dalam bahasa Inggris yang juga sama dengan jiwa. Bahkan, berbagai ayat dalam kitab suci umat Islam mengungkapkan bahwa Islam mengajarkan manusia untuk mendapatkan kebahagiaan yang seimbang antara dunia dan akhirat, yakni keseimbangan kebahagiaan spiritual dan material sebagaimana yang sering diucapkan umat Islam dalam berdoa: “Ya Tuhan berikanlah aku kebahagian dunia dan juga kebahagiaan akhirat dan jauhkanlah aku dari api neraka”. Ayat di atas dan doa tersebut menunjukkan bahwa dalam Islam manusia itu terdiri dari ruh dan kebahagiaan ruh ini tercapai melalui ibadah. Manusia juga dalam Islam percaya mengenai apa yang tidak terlihat dengan indera penglihatan. Dengan kata lain, manusia Islam menyakini adanya kehidupan di akhirat. Ini merupakan keyakinan mereka bahwa ada kehidupan spiritual di akhir zaman. Terlalu banyak kiranya ayat-ayat dalam kitab suci al-Qur’an dimana Tuhan berfirman mengenai kejadian & asal usul manusia dari jiwa dan raga,antara lain: Surah ke-23, al-Mu’minun ayat 12-15 yang terjemahannya sebagai berikut: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal)
  • 3. tanah.”(ayat 12) “Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).” (ayat 13) “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu darah itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk lain). Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”(ayat 14) “Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu benar-benar akan mati.”(ayat 15) Surah ke-32 al-Sajdah ayat 7-9 yang terjemahannya sebagai berikut: “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.”(ayat 7) “Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).”(ayat 8) “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuhnya) ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati (tetapi) kamu sedikit yang bersyukur.”(ayat 9) Surah ke-37 al-Shaffat ayat 11 yang terjemahannya sebagai berikut: “.....Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.” Surah ke-17 al-Isra ayat 85 yang terjemahnya sebagai berikut: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: ruh itu termasuk urusan Tuhan-Ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” Surah ke-76 al-Insan ayat 72 yang terjemahannya sebagai berikut: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur (antara benih laki-laki dengan perempuan) yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” Surah ke-86 al-Thariq ayat 5-7 yang terjemahannya sebagai berikut: “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah ia diciptakan?”(ayat 5) “Dia diciptakan dari air yang terpancar.”(ayat 6) “Yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.”(ayat 7)
  • 4. Kehidupan manusia di alam ini diawali dengan tidak ada,kemudian ada (lahir) dan terakhir tidak ada lagi (mati) (lihat al-Qur’an surah ke-7 al- A’raf ayat 25). Mengenai lamanya hidup manusia didunia tidak perlu kita perbincangkan di sini,sebab sulit untuk memberikan jawaban yang pasti tentang hal tersebut. Dapat dikemukakan bahwa filsafat Islam pada umumnya, memandang manusia terdiri dari dua substansi yang bersifat materi (badan) dan substansi yang bersifat immateri (jiwa) dan hakikat dari manusia adalah substansi immaterialnya seperti ditulis oleh Imam al-Ghazali mengemukakan bahwa essensi manusia adalah jiwanya: “Adanya jiwa dalam dirinya membuat manusia itu menjadi ciptaan Tuhan yang unggul. Dengan jiwa itu pula manusia dapat mengenal Tuhannya dan sifat-sifatNya bukan dengan organ tubuh lainnya. Dengan jiwa itu jualah, manusia dapat mendekatkan diri dengan tuhan dan berusaha mewujudkan. Jadi, jiwa adalah raja dalam diri manusia dan anggota tubuh lainnya adalah unsur-unsur yang melaksanakan perintah tuhan. Jiwa itu diterima oleh tuhan apabila dia tetap bebas dari hal-hal selain dari tuhan. Apabila ia terikat pada hal-hal yang bukan dengan tuhan, dia telah menjauh darinya. Jiwa manusialah yang akan dipertanyakan dan disiksa. Hal ini dikemukakan oleh Imam al-Ghazali dan juga dikutip oleh Dr. Muhammad Nasir Nasution dalam bukunya, ”Manusia menurut al-Ghazali”. Ulasan al-Ghazali juga mengungkapkan bahwa akal bukanlah daya yang terpenting dalam kehidupan keberagamaan manusia karena usaha penyempurnaan dan iman diri bukanlah proses intelektual melainkan penajaman dari daya intuisi dan emosi. Yang penting adalah menjaga keseimbangan antara daya-daya tersebut. Mungkin yang dimaksud disini ialah apabila seseorang mempertajam atau meningkatkan daya fisiknya, sebaiknya juga ia menambah daya nalar dan imannya sehingga dia menjadi manusia yang utuh”. Esensi manusia atau jiwanya, masih dalam ulasan al-Ghazali merupakan unsur immaterial yang berdiri sendiri dan juga adalah subjek yang
  • 5. mengetahui disebut juga subjek yang sadar. Al-Ghazali memberi contoh bagai seorang manusia yang menghentikan kegiatannya, masih tetap sadar walaupun dia berada dalam keadaan tenang dan tidak berbuat apapun. Maka aktifitas fisiknya menghilang tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang tidak hilang, yaitu kesadaran akan dirinya. Dia sadar bahwa ia ada; bahkan ia sadar bahwa ia sadar. Inilah yang dapat dipahami dari istilah,” Subjek yang mengetahui ”. Manusia sadar dan mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk dan ia mampu mengoreksi semua unsur-unsur tersebut, apabila ia berbuat salah, unsur jiwa dalam dirinya akan menyadarkannya karena ia adalah subjek yang mengetahui. Substansi immaterial atau jiwa itu juga disebut al-nafs dalam islam. Imam Ghazali menguraikan al-nafs atau nafsu sebagai berikut: “Makna pertama ialah “hasrat:” atau diri yang rendah. Hasrat merupakan kata yang menyeluruh yang terdiri dari ketama’an, amarah dan unsur-unsur keji lainnya. Nabi Muhammad SAW bersabda,” Musuh anda yang terbesar adalah nafsu anda yang terletak dikedua belah sisi anda”. Makna kedua dari Nafs adalah jiwa seperti dijelakan terdahulu. Apabila nafsu menjadi tenang dan telah bebas dari amarah dan birahi dia disebut nafsu Mutmainah atau jiwa yang tenang dan aman, seperti difirmankan oleh Allah SWT,” O..jiwa yang tenang, kembalilah ketuhanmu dengan tenang dan menenangkannya (89-27)”. Dalam ma’na yang pertama nafsu bersekutu dengan setan. Apabila nafsu sudah tidak tenang dia tidak akan sempurna; ia disebut nafsu Lawamah atau jiwa yang ternoda dan jiwa yang demikian mengabaikan tugas-tugas ilahinya. Apabila jiwa menyerahkan diri kepada setan, ia disebut nafsu Ammarah atau nafsu yang dikuasai setan”. Al-nafs mempunyai daya-daya dan daya berfikir terkandung didalamnya. Kesempurnaan manusia diperoleh dengan jalan mempertajam daya berfikir ini. Bila kita bandingkan pandangan al-Ghazali dan Koentjaraningrat mengenai manusia, maka terlihat kesamaan yang dalam. Tentu Koentjaraningrat tidak mengatakan rujukannya adalah al-Ghazali atau al-Qur’an dan Hadits. Istilah
  • 6. yang digunakan oleh Koentjara ningrat adalah kepribadia individu. Kepribadian, menurut Koentjaratningrat, dalam bukunya: Pengantar Antropologi 1, adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu yang berada pada setiap individu (Koentjaraningrat 1996, hlm. 99 ). Dalam buku yagn sama Koentjaraningrat juga menguraikan bahwa ada beberapa unsur dalam kepribadian. Kalau al- Ghazali mengemukakan bahwa manusia memili beragam daya, yakni daya fikir, daya fisik, daya rasa dan daya moral. Maka Koentjaraningrat, Abraham Marslow, Kelvin S. Hall dan Gardner Lindsay menyebut daya-daya tersebut sebagai unsur-unsur akal dan jiwa yang melangkapi kepribadian manusia, seperti unsur pengetahuan, unsur perasaan, unsur motivasi. Hanya istilah yang berbeda; al-Ghazali menggunakan perkataan “daya” atau “al-nafs” sedangkan berbagai pakar dari timur dan barat tersebut terdahulu menyebutnya sebagai unsur-unsur dalam diri manusia.  Manusia dari sudut pandang Kristiani Pandangan kita mengenai hakekat manusia berpijak kepada apa yang diinformasikan oleh Alkitab, khususnya dalam Kejadian 1:26-27, yaitu pernyataan Allah disekitar penciptaan alam semesta dengan isinya dimana manusia termasuk didalamnya. Manusia diciptakan menurut " gambar dan rupa" Allah (In His own image). Kata -kata yang digunakan untuk "gambar dan rupa" didalam teks asli Alkitab dalamk bahasa Ibrani adalah "tselem dan demuth". Tselem artinya " gambar yang asli, patung atau model" sedangkan demuth artinya "copy, tembusan" hal ini menunjuk pada unsur kesamaan. Pada umumnya kata tselem dan demuth dalam kaitannya dengan kejadian 1:26-27 diartikan tunggal sebagai bahwa manusia diciptakan segambar dengan Allah (Latin.Imago Dei-similitudo), dalam Perjanjian baru diterjemahkan "eikoon theou" atau homoiosis. Dalam hal ini jelas bahwa gambar Allah tadi sebenarnya merupakan suatu yang interen didalam diri manusia (sesuatu yang tidak dapat dilepaskan dari diri manusia itu sendiri).
  • 7. a) Dalam kitab Kejadian ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan berkaitan dengan hakekat manusia dalam penciptaannya. Bahwa manusia adalah hasil ciptaan Allah (Kejadian 1:26-27 ; 2:7). Manusia bukanlah "pletikan" Allah, jelmaan dari sebagian diri Allah, bukan pula anak dalam arti biologis yang keluar dari diri Allah. Manusia adalah mahluk yang riil ada, hasil karya dari tangan agung Sang Khalik. Untuk ini harus dicamkan bahwa manusia bagaimanapun berbeda dengan Allah. Allah adalah khalik dan manusia adalah hasil karyaNya. Manusia adalah umat dan Sang Khalik adalah Allah yang menjadi obyek pemujaan dan penyembahan. Allah tidak pernah berubah menjadi manusia secara permanen atau sebaliknya. Dalam hal ini nyata bahwa manusia bukanlah eksistensi yang berdiri sendiri (indipenden), manusia ada karena Allah yang menghendaki manusia itu ada. Dengan demikian teori Evolusi ilmiah (Naturalis evolotion) terbantahkan. b) Manusia diciptakan dengan cara yang sangat uniek tidak seperti Allah menciptakan hasil ciptaanNya yang lain. Manusia diciptakan dari apa yang tidak ada menjadi ada, baik bahan maupun idenya (Kejadian 1:27, Ibr. Bara, menciptakan tanpa bahan, menciptakan dari apa yang tidak ada. Creatio ex nihilo), Manusia diciptakan dengan tanganNya sendiri (Kejadian 2:7, Ibr.yatser, aktivitas yang kreatif), Allah membentuk (to carve, yatser). Didalam kata yatser mengandung unsur seni. Kemudian Allah menghembuskan nafas ke lubang hidung manusia, sehingga manusia menjadi mahluk hidup. Manusia bukanlah hasil proses evolosi dari binatang tingkat rendah ke pada bentuk binatang tingkat tinggi. c) Manusia diciptakan melalui sebuah musyawarah dan pertimbangan dalam diri Allah yang jamak tetapi tunggal itu (Kejadian 1:26-27). Ini menunjukkan bahwa mahluk yang disebut manusia ini adalah mahluk yang luar biasa. Ini pula bisa berarti bahwa segala konsekwensi dan resiko menciptakan mahluk yang disebut manusia ini telah dipertimbangkan dan diperhitungkan. Oleh karenannya atas hasil karyaNya ini Allah berkata "sangat baik" (Kejadian 1:31)
  • 8. d) Manusia diciptakan menurut rupa dan gambar Allah. Ini menunjuk bahwa manusia adalah sebuah eksistensi yang sangat uniek sekaligus "dahsyat" (Kej 1:26-27). Didalam pernyataan ini tersimpul hakekat manusia yang akan menunjukkan perbedaan hakiki dan prinsipil antara manusia dan hasil ciptaan Allah yang lain. Hal ini juga menunjukkan adanya potensi untuk berhubungan intim yang dapat terjalin antara Allah dan manusia. Struktur Permanen manusia Dan Pengertian Keserupaan Dengan Allah. Dalam sejarah gereja terjadi pergumulan mengenai struktur permanen manusia. Ini merupakan rahasia kehidupan yang tidak mudah diuraikan dan ditemukan formulasinya. Dalam hal ini telah ditemukan dua pandangan yang diakui oleh gereja-gereja, yaitu teori dikhotomi dan trikhotomi. Gereja-gereja barat pada umumnya menerima teori dikhotomi, bahwa manusia terdiri dari dua unsur yaitu manusia batiniah dan manusia lahiriah atau unsur materi dan non materi). Tetapi gereja-gereja di timur menganut pandangan teori trikhotomi, bahwa manusia terdiri dari 3 unsur yaitu roh (unsur relegius), jiwa (unsur psikhologis) dan tubuh (unsur gisik). Tentu masing-masing pandangan memiliki argumentasi yang menggunakan landasan Alkitab. Pandangan lain yang cukup populer adalah pandangan monisme. Monisme berpandangan bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang tidak terbagi- bagiatas beberapa unsur. Sebutan tubuh, jiwa dan roh hanya sebagai sinonim. Monisme menolah dualisme atau trialisme. Olerh sebab itu Monisme juga tidak percaya adanya kenyataan "keadaan sementara" (intermediate state), yaitu terpisahnya jiwa dan roh dari tubuh pada saat kematian sampai Tuhan Yesus datang kembali. Disini manusia dipandang sebagai kesatuan secara psikofisik.  Manusia dari sudut pandang Agama Buddha Dalam ajaran agama Buddha, manusia menempati kedudukan yang khusus dan tampak memberi corak yang dominan pada hampir seluruh ajarannya. Kenyataan yang dihadapi manusia dalam hidup sehari-hari merupakan titik tolak
  • 9. dan dasar dari seluruh ajaran Buddha. Hal ini dibicarakan dalam ajaran yang disebut tilakhama (Tiga corak umum agama Buddha), catur arya satyani (empat kesunyataan mulia), hukum karma (hukum perbuatan), dan tumimbal lahir (kelahiran kembali). Manusia, menurut ajaran Buddha, adalah kumpulan dari energi fisik dan mental yang selalu dalam keadaan bergerak, yang disebut Pancakhanda atau lima kelompok kegemaran yaitu rupakhanda (jasmani), vedanakhanda (pencerahan), sannakhandha (pencerapan), shankharakhandha (bentuk-bentuk pikiran), dan vinnanakhandha (kesadaran) . Kelima kelompok tersebut saling berkaitan dan bergantung satu sama lain dalam proses berangkai, kesadaran ada karena adanya pikiran, pikiran timbul disebabkan adanya penyerapan, penyerapan tercipta karena adanya perasaan, dan perasaan timbul karena adanya wujud atau Rupa. Kelima khanda tersebut juga sering diringkas menjadi dua yaitu: nama dan rupa. Nama adalah kumpulan dari perasaan, pikiran, penyerapan dan perasaan yang dapat digolongkan sebagai unsur rohaniah, sedang Rupa adalah badan jasmani yang terdiri dari empat unsur materi yaitu unsur tanah, air, api, dan udara atau hawa. Manusia dalam ajaran Buddha merupakan makhluk dimana jenis kelaminnya ditentukan pada saat pembuahan karena karma dari perbuatannya dalam hidup terdahulu. Ditinjau dari hukum karma, ada akibatnya bila orang melakukan pelanggaran seksual. Ajaran Budhha sangat menuntut disiplin dalam perbuatan seksual. Dan kedua unsur tersebut diatas adalah dasar dari manusia, oleh karena itu, Sebagaimana dijelaskan dalam buku filsafat whitehead tentang jati diri manusia bahwa emosi, kenikmatan, harapan, kekuatan, penyesalan dan macam-macam pengalaman mental adalah unsur-unsur pembentuk jiwa manusia. Badan juga berfungsi sebagi “bidang ekspresi manusia”. Jiwa manusia adalah kesatuan yang kompleks dari kegiatan-kegiatan mental, dari yang paling rendah hingga yang bersifat intelektual.  Manusia dari sudut pandang Agama Hindu Manusia adalah atman dan pada hakikatnya “atman” itu ialah Brahman. Manusia tidak mempunyai kehidupan pribadi dan tidak mempunyai
  • 10. tanggungjawab perseorangan. Karena disesatkan oleh avidya (ketidaktahuan), manusia menganggap gejala-gejala kosmis itu sebagai suatu kenyataan. Jika manusia telah melebur ke dalam Brahman, maka lenyaplah segala perbedaan. Maka tak ada artinya lagi perbedaan antara kebajikan dengan keburukan, antara baik dengan jahat. Dewasa ini di India, Etika itu disusun terutama di sekitar pengertian “Varna Dharma”. Berdasarkan pengertian ini, diuraikanlah kesanggupan moral manusia, dibentangkan juga moral jabatan dan akhirnya diterangkan kebajikan manakah yang diperlukan untuk memenuhi tugas-tugas jabatan dengan sebaik- baiknya. Tetapi di dalam agama Hindu Etika tidak mempunyai arti yang tetap. Agama Hindu tidak mengenal kepercayaan akan Allah, Sang Pencipta. Karena itulah tak dikenalnya pula kepercayaan akan penciptaan manusia menurut gambar Allah. Agama Hindu tidak melihat garis batas antara Allah dengan ciptaanNya. Dan dengan demikian tidak ada tempat bagi Etika di dalam arti yang sesungguhnya. 2. Psikologi Memahami makhluk Tuhan yang bernama manusia sungguh sangat sukar. Berbagai macam pandangan para tokoh mengenai manusia. Ahli mantic (logika) menyatakan bahwa manusia adalah “Hayawan Natiq” (manusia adalah hewan berpikir), seorang ahli filsafat yaitu Ibnu Khaldun menyatakan bahwa manusia itu madaniyyun bi al-thaba atau manusia adalah makhluk yang bergantung kepada tabiatnya. Sedangkan Aristoteles berpendapat bahwa manusia adalah “zoon political” atau “political animal (manusia adalah hewan yang berpolitik). Mengenai sifat makhluk yang bernama manusia itu sendiri yakni bahwa makhluk itu memiliki potensi lupa atau memiliki kemampuan bergerak yang melahirkan dinamisme, atau makhluk yang selalu atau sewajarnya melahirkan rasa senang, humanisme dan kebahagiaan pada pihak-pihak lain. Dan juga manusia itu pada hakikatnya merupakan makhluk yang berfikir, berbicara, berjalan, menangis, merasa, bersikap dan bertindak serta bergerak.
  • 11. Mengenai manusia ada beberapa filosof yang berbeda pendapat:  Plato Menurut Plato, martabat manusia sebagai pribadi tidak terbatas pada mulainya jiwa bersatu dengan raga, jiwa tidak berada lebih dulu sebelum manusia atau pribadi adalah jiwa sendiri. Sedangkan badan oleh Plato yang disebut sebagai alat yang berguna sewaktu masih hidup didunia ini, tetapi badan itu disamping berguna sekaligus juga memberati usaha jiwa untuk mencapai kesempurnaan, yaitu kembali kepada dunia “ide”. Sedangkan jiwa berada sebelum bersatu dengan badan. Persatuan jiwa dengan badan merupakan hukuman, karena kegagalan jiwa untuk memusatkan perhatianya kepada dunia “ide”, jadi manusia mempunyai Pra- eksistensi yaitu sudah ada sebelum dipersatukan dengan badan dan jatuh kedunia ini.  Thomas Aquinas Ia berpendapat bahwa yang disebut manusia sebagai pribadi adalah makhluk individual, kalau hidup, ialah makhluk yang merupakan kesatuan antara jiwa dan badan. Sedangkan yang dimaksud pribadi adalah masing- masing manusia individual : manusia yang konkret dan yang riil dan juga mempunyai kodrat yang rasional. Manusia adalah suatu substansi yag komplit terdiri dari badan (material) dan jiwa (forma).  David Hcme Berbicara mengenai pribadi adalah identitas diri yaitu kesamaan jati diri manusia dalam kaitannya dengan waktu. Beliau berpegang teguh bahwa pengetahuan ilmiah hanya dapat dicapaidengan titik tolak pengalaman indrawi yaitu penglihatan, penciuman, perabaan, pencicipan dan pendengaran.  Immanuel Kant Memahami pribadi yaitu sesuatu yang sadar akan identitas numeric mengenai dirinya sendiri pada waktu yang berbeda-beda beliau percaya bahwa identitas diripun tidak dapat dipergunakan untuk menyanggah keyakinan bahwa segala sesuatu didunia ini selalu mengalir berganti.  John Dewey
  • 12. “pribadi” berarti seseorang bertindak sebagai wakil dari suatu group atau masyarakat. Seorang individu hanya bisa disebut pribadi kalau ia mengemban dan menampilkan nilai-nilai social masyarakat tertentu. Jiwa Manusia Jiwa manusia sering dimengerti sebagai suatu benda halus atau suatu makhluk halus yang merasuki, meresapi serta menggunakan badan untuk mewujudkan cita- cita jiwawi. Terkadang pula jiwa manusia digambarkan atau dibayangkan persis seperti tubuhnya hanya saja tidak bissa diraba atau ditangkap sifat dari jiwa juga tergantung pada tarafnya. Taraf tertinggi yaitu rasional, didalam manusia mengandaikan dukungan dari taraf-taraf yang lebih rendah, yaitu taraf anarganik (benda mati) taraf vegetatif (tumbuhan) dan taraf sensitive (binatang). Dalam taraf rasional atau manusia pembaharuan merupakan peristiwa yang terus menerus terjadi. Pembaharuan menjadi begitu efektif didalam sejarah kehidupan manusia, karena didalam diri manusia terdapat kesadaran intelektual yang mempunyai kemampuan sangat efektif untuk menyederhanakan pengalaman dan memberi tekanan kepada segi yang dianggap pentingsambil menyingkirkan yang dianggap tidak relevan. Kemampuan itu disebut kemampuan abstraksi, kemampuan abstraksi disisni berfungsi rasiio atau budi ssebagai yang menjalankan pemerintah atas keseluruhan ataupun bagian-bagian didalam manusia. Didalam manusia terdapat 2 sumber bagi munculnya kebaruan yang satu merupakan hasil dari koordinasi yang ketat dari tubuh manusia sebagaimana juga terdapat pada binatanng, dan yang lain dari identitas yang hebat dari fungsi intelektual. Perlu disadari bahwa budi tidak identik dengan jiwa, budi meskipun menduduki posisi tertinggi dan memegang dominasi atas bagian-bagian lain,
  • 13. hanyalah bagian dari jiwa, jiwa manusia adalah keseluruhan kompleks kegiatan mental dari taraf yang paling rendah sampai yang palling tinggi emosi, kenikmatan, harapan, ketakutan, penyesalan, penilaian dari macam-macam pengalaman mental innilah yang merupakan unsure-unsur pembentukan “jiwa manusia”, dan jiwa manusia itu ditandai dengan mental. Taraf pengalaman mental manusia terdiri dari penngalaman-pengalamn mental yang begitu kompleks, kegiatan mental yang kompleks ini merupakan kesatuan dari emosi, rasa senang (enjoyment), harapan, kehawatiran dan ketakutan penyesalan penilaian terhadap macam-macam alternatif serta macam-macam keputusan, pengalaman mental mempunyai dasarnya didalam pengalamn fisik. Badan juga berfungsi sebagai bidang ekspresi manusia. Jiwa manusia adalah kesatuan kompleks dari kegiatan mental, dari yang paling rendah ke yang bersifat intelektual. Mengenai kedudukan manusia yang palinng menarik adalah sendiri dalam lngkungan yang diselidiki pula. Ternyata penyelidikan mengenai lingkungan ini lebih (dianggap) memuaskan dari pada penylidikan tentang manusia itu sendiri. Bicara masalah hidup manusia itu memang unik, hidup adalah aktivitas, dan segala aktivitas membawa besertanya masalah-masalh tertentu. Masalah-masalah termaksud harus dipecahkan dengan berhasil untuk menjadikan manusia itu sesuatu yang sukses. Masalah-masalah tesebut dibagi 2 kategori, yaitu masalah immediate problem dan masalah asasi (utimmate problems) Immediate problems ialah masalah-maslah praktis sehari-hari , masalah yang kemballi kepada keperluan-keperluan pribadi yang mendesak dan masalah seperti :administrasi negara, produksi, konsumsi dan distribusi. Kemudian masalah asai manusia , maka setiap manusia yang memperhatikan hidup dengan serius akan mendapatkan drinya berhadapan muka dengan masalah-masalah asasi tersebut. Setelah dia merasakan desakan beban dan liku-liku hidup.
  • 14. Manusia Mempunyai Pengetahuan Pengetahuan merupakan bagi makhluk yang mempunnyainya apakah dia manusia, malaikat atau banatang suatu kekayaan dan kesempurnaan. Dengan adanya pengetahuan yang dimilikinya manusia bisa memahami dirinya sendiri dan keberadaanya. Pengetahuan lebiih merupakan suatu cara berada dari pada suatau cara mempunyai. Aktifitas itu tidak berupa penyitaan atau pemilikan benda-benda sebaliknya berupa keterbukaan terhadap mereka. Jadi pengetahuan adalah suatu kegiatan mempengaruhi subjek yang mengetahui dalam dirinya. Dia adalah suatu ketentuan yang memperkaya eksistensi subyek. Seputar Manusia Kita menyadari diri kita meskipun sebagai satu kesatuan yang utuh, namun diri kita jelas terdiri dari bagian-bagian dan aspek-aspek yang begitu kaya, terdiri dari badan dan jiwa yang masing-masing kegiatan, kemampuan dan gaya serta perkembanganya sendiri. Para pendukung fanatik tradisi, yang boleh disebut kaum konservatif, kurang lebiih berpegang pada keyakinan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah, tidak tetap dan tidak dapat diramalkan secara logis. Sebab kodrat manusia telah rusak berat dan tidak tersembuhkan karena telah dicederai oleh dosa asal, atau sejenis itu. Sedangkan para pendukung revolusioner, yang biasanya disebut kaum liberal berpendapat bahwa manusia pada hakikatnya baik dan bisa mencapai kesempurnaan. Mengenai badan manusia dan strukturnya didalam ini berproses secara sederhana biasa dkatakan bahwa kutub fisi berfungsi secara husus pada wal proses. Kutub fisiklah yang menangkap atau menerima bahan atau penelolaan yang telah disajikan oleh dunia, sedangkan kutub mental berkegiatan untuk mengelola bahan tersebut sampai pada tahap kepenuhan diri.
  • 15. Dengan demikian menjadi jelas bahwa badan harus dimengerti secara luas, yaitu sebagai hasil dari seluruh proses yang bersifat obyektif, tidak berubah dan menjadi bahan bagi kutub fisik dari pengada-pengada baru. Didalam pengertian yang digunakan disi, badan bukan hanya terbatas pada tubuh, tetapi segala bentuk ekspresi yang bisa diamati pada manusia yang telah selesai berproses setiap saatnya, misalnya saja termasuk didalamnya, bagaimana seorang tertawa, menangis, berjalan, lari, duduk, tidur dan seterusnya untuk saat ini kita memusatkan perhatian kita pada tubuh manusia. Kegiatan dari macam-macam kegiatan mental disebut jiwa manusia sedangkan kegiatan mental dari unsure tertinggi membentuk budi atau rasio manusia. Pada dasarnya atau pada hakikatnya hidup manusia adalah pengalaman bersama, hidup manusia, bahkan didalam unsur-unsurnya yaNg paling individual, merupakan kehidupan bersama dan tingkah laku manusia, didalam strukturnya yang asasi, yang selalu menunjukkan kepada pribadi. Dengan singkat boleh dikatakan bahwa manusia adalah anak masyarakat. Contohnya : bila masyarakat menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan memandang rendah sikap menonjolkan diri, sifat ini akan mempengaruhi, anak-anaknya untuk bertindak berfikir dengan cara yang sama. SUMBER: - Zakcy Syata, Filsafat Manusia (Terbit Terang : Surabaya),hal.9 - Hardono Hadi, Jati Diri Manusia (Kanisius : Yogyakarta, 1996), hal.32-37 - Ibid, hal. 88-93 - Poejdja Wijatna, Manusia dengan Alamnya (Bina Aksara : Jakarta, 1983), hal. 50 - Endang Syaifuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama (Bina Ilmu : Surabaya, 1987), hal. 30 - Lois Leahy, Manusia Sebuah Misteri (Gramedia Utama : Jakarta, 1993), hal.77 - Hardono Hadi, Jati Diri Manusia (Kanisius : Yogyakarta, 1996), hal.84
  • 16. - Ibid, hal. 96 - Ibid, hal.117 3. Manusia menurut para ahli:  Nicolaus D. & A. Sudiarja Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang.  Abineno J. I Manusia adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan "jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana"  Upanisads Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana atau badan fisik  Sokrates Manusia adalah mahluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu dengan kuku datar dan lebar  Kees Bertens Manusia adalah suatu mahluk yang terdiri dari 2 unsur yang kesatuannya tidak dinyatakan  I Wayan Watra Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa  Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan roh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan  Erbe Sentanu Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dibilang manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain
  • 17.  Paula J. C & Janet W. K Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan, Manusia menurut pandangan saya: Menurut saya, manusia adalah makhluk yang unik, mempunyai jiwa dan tubuh. Manusia mempunyai susunan tubuh yang rumit. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang mulia, yang diberikan kemampuan untuk berpikir dan mengetahui mana yang baik dan buruk serta melakukan hal-hal yang sesuai keinginannya. Manusia tidak bisa hidup sendiri, manusia harus bersosialisasi untuk bertahan hidup. Manusia diciptakan Tuhan demikian rupanya dan sempurna di antara makhluk ciptaan-Nya yang lain.
  • 18. Why and How? - Why are they different? Mereka berbeda karena keadaan dan wilayah tempat tinggal mereka yang berbeda. Mereka yang terlahir di wilayah Negara yang damai, tanpa peperangan, tidak perlu repot untuk memikirkan keadaan mereka hari ini, hari esok, beberapa hari kemudian atau bahkan beberapa tahun kemudian. Sebagian dari mereka hanya memikirkan apa yang akan mereka kenakan esok hari, apa yang akan mereka akan pada pagi hari, siang hari, malam hari atau bahkan esok hari. Mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri tanpa sekalipun memperdulikan teman-teman sebaya mereka di Negara lain. Sementara itu, mereka yang terlahir di wilayah perang, perlu berjuang keras untuk memikirkan keadaan mereka yang sangat memprihatinkan, mereka harus berjuang mencari makan dan mempertahankan hidup mereka, mereka memikirkan bagaimana keadaan mereka esok hari, mengapa mereka harus berada dalam keadaan seperti dan kapan keadaan ini harus berakhir. - How? Bagaimana seyogyanya keadaan anak-anak itu? Dan apakah Tuhan menginginkan keadaan mereka seperti itu? Menurut saya, keadaan anak-anak itu harusnya keadaan yang memungkinkan mereka untuk bermain dengan bebas, tidak perlu memikirkan bagaimana cara untuk bertahan hidup. Mereka harus bisa bermain dengan bebas dengan teman- teman sebaya mereka, mereka harus mampu mengembangkan pikiran kreatif mereka. Keadaan anak-anak itu bukanlah takdir ataupun keinginan Tuhan. Tuhan tidak pernah menciptakan mereka dalam keadaan seperti itu. Justtu karena keserakahan sesame manusia, anak-anak itu ikut menjadi korban. Mereka yang seharusnya bermain dan menikmati masa kecil mereka kini menjadi korban atas keserakahan sesama manusia.`